Share

2 || Byantara

Author: Black Aurora
last update Huling Na-update: 2023-06-06 22:56:55

Kia merasakan seperti ada sekelumit memorinya yang hilang karena kepalanya yang sangat pusing akibat alkohol.

Yang ia ingat terakhir kali, adalah ketika Bartender tampan itu menghajar Si Baju Hitam. Lalu Kia membisikkan kalimat dengan nada mesra penuh rayuan kepada lelaki itu, yang memintanya untuk membawa gadis itu pergi sejauh mungkin agar tidak ada yang bisa menemukan mereka.

Lalu... lalu??

Kia mengerang pelan, saat tikaman rasa sakit yang menghujam kepalanya terasa sangat nyeri bagaikan ribuan jarum tajam menusuk kulitnya. Gadis itu pun perlahan membuka mata, dan tersentak kaget.

Karena sepasang mata sekelam malam dan sedingin es, tengah beradu pandang dengannya. Sontak saja Kia menatap kondisi dirinya dan lelaki yang masih berpakaian lengkap. Oh, mereka belum melakukan apa pun.

Gadis itu mengenyit. "Uhm... Si Bartender kan?" Tanyanya sambil berusaha memijat pelipisnya yang sakit.

"Ini dimana?" Tanya Kia lagi, setelah menyadari bahwa dirinya tengah terbaring di atas sebuah ranjang empuk berukuran besar, di dalam sebuah kamar yang luas dengan tata letak dan perabotan seperti di dalam sebuah hotel mewah.

Lelaki yang duduk di samping ranjang itu tidak menjawab. Ia pun seketika berdiri, tapi hanya untuk bergerak menaiki ranjang dan mendekat ke arah Kia.

"Boleh saya membantu memijat kepala Anda? Mungkin saya bisa sedikit meringankan rasa sakitnya."

"Memangnya kamu bisa memijat?" Tanya Kia skeptis.

"Sedikit. Saya pernah belajar totok urat syaraf untuk pengobatan," sahut lelaki itu sembari mengedikkan bahunya, yang membuat perhatian Kia pun seketika tertuju pada bongkahan otot biseps yang tercetak di lengan kemeja putihnya.

Lelaki itu telah melepaskan rompi coklat emas sebagai salah satu seragam yang dikenakan oleh pekerja club. Dan kini ia pun hanya mengenakan kemeja putih lengan panjang yanh digulung sebatas siku, serta celana panjang coklat tua.

"Hm... baiklah. Lagipula kepalaku juga sudah sakit. Kalau-kalau kamu malah membuatnya semakin sakit pun tidak masalah," cetus Kia meremehkan.

Gadis itu pun beranjak untuk duduk, dan Si Bartender bergerak ke belakang Kia. Kedua tangannya terjulur untuk mulai memijat lembut dimulai dari ubun-ubun gadis itu dari belakang.

"Aaaahh... pijatanmu ternyata benar-benar enak sekali," erang Kia sembari memejamkan mata merasakan jemari kokoh lelaki itu yang bergerak memutar memijat kepalanya.

Tanpa sadar dan karena terlena, Kia pun kini telah menyandarkan bagian belakang kepalanya di dada lelaki itu.

"Siapa namamu?" Tanya Kia dengan suara yang agak serak karena rileks dan sedikit mengantuk.

"Byantara," sahut lelaki itu dengan suara beratnya yang maskulin. "Apa pijatannya tidak terlalu kuat, Nona? Perlu saya pelankan?"

Kia hanya menjawab dengan mengguman pelan dan kedua manik yang masih tetap terpejam, menyuarakan kalimat tak jelas yang bermakna bahwa ia cukup menikmatinya.

"Sebaiknya Nona tiduran agar lebih rileks," saran lelaki itu, yang kemudian dituruti oleh Kia.

Gadis itu kembali mengguman pelan saat Byantara bukan hanya memijat kepalanya, tapi juga bahu dan lengannya.

Namun saat Byantara hendak kembali memijat bagian kepala Kia, tiba-tiba saja gadis itu memegang tangannya, membuat gerakannya sontak terhenti.

Byantara pun mengangkat alisnya yang lebat, bertanya tanpa suara atas sikap Kia.

Gadis itu menyunggingkan senyum yang secantik bidadari, membuat jantung Byantara berdebar.

"Byan." Kia mengucapkan satu kata dengan suara lembut namun sangat seksi, membuat perhatian Byantara terpaku pada bibir sensual yang menggiurkan itu.

"Aku akan memanggilmu Byan," lanjut Kia sambil beranjak untuk kembali duduk. Dengan gestur menggoda, gadis itu sengaja mendekatkan wajahnya dengan wajah Byan tanpa menanggalkan senyum di wajahnya. Hal yang sangat ia sadari menjadi salah satu senjata untuk menaklukkan para lelaki ke dalam pesonanya.

"Pijatanmu sensasional sekali, Byan. Aku suka. Bagaimana jika kamu menjadi pemijat pribadiku saja, hm?"

Byan masih diam saja ketika Kia menggodanya, meskipun Byan yang biasanya benci jika ada wanita yang menggodanya. Tapi untuk kali ini, Byan tidak menepis tangan Kia yang mulai merayap di dadanya untuk meraba otot-ototnya.

Ia justru ingin tahu, sejauh mana wanita cantik ini membuatnya terhanyut. Ia ingin tahu sejauh mana wanita penggoda dengan mata sayunya yang seolah memancarkan kesedihan itu akan membuatnya terbawa.

"Kenapa kamu diam saja, Byan? Apa kamu tidak menyukaiku," bisik Kia di telinga Byan. "Apa aku kurang menarik?"

Byan menyentak tangan nakal Kia yang mulai membuat napasnya memburu. Sial. Kenapa begitu cepatnya gadis ini membuatnya terangsang??

"Aku belum tahu namamu."

Kia tertawa kecil mendengar Byan yang mulai mengucap aku-kamu alih-alih saya-Anda/Nona. Kilat gairah yang berbayang begitu jelas di wajah tampannya tak bisa dipungkiri lagi jika lelaki itu sedang menahan sekuat tenaga hasratnya.

"Kia. Namaku Kia," sahut gadis itu, dengan sengaja memberikan satu kecupan lembut di bibir Byan. "Well, sekarang kita sudah tahu nama masing-masing. Lalu selanjutnya apa?" Pancingnya.

"Kia," ulang Byan sembari menatap manik indah sayu milik Kia. "Nama yang secantik pemiliknya," puji lelaki itu sembari tersenyum. "Apa kamu yakin akan melakukannya denganku, Kia?"

Gadis itu pun mengangguk. "Kamulah yang ditunjuk oleh botol birku, jadi sangat fair. Lagipula kamu sangat tampan dan juga mahir memijat," cetus Kia seraya melayangkan kerlingan nakal. Gadis itu meraih ujung gaunnya, menaikkannya ke atas dengan perlahan dan seksi, hingga akhirnya gaun hitam ketat itu pun terlepas dan ia lemparkan begitu saja ke sembarang arah.

Tatapan lelaki normal Byan pun sontak tertuju pada tubuh berlekuk sempurna yang lagi-lagi membuatnya menelan ludah. Seperti yang sudah ia duga, Kia memang sangat indah.

Kulitnya putih, mulus tanpa cela. Lembut dan meleleh seperti mentega ketika disentuh. Dadanya bulat penuh dan tampak sangat menggiurkan. Lekukan pinggulnya membuat pikiran seorang lelaki akan melayang ke langit ke tujuh saat menatapnya.

Gadis ini masih mengenakan bra dan panties hitam, membuat Byan tak sabar untuk segera melucutinya.

"Aku sudah melepas bajuku, sekarang giliranmu."

Byan tersadar dari lamunannya saat mendengar suara lembut Kia. Tiba-tiba saja timbul keinginannya untuk ikut serta dalam permaian saling menggoda ini.

"Kalau begitu, bagaimana jika kamu saja yang melepasnya?" Tanya Byan dengan alis lebatnya yang terangkat.

Kia menelengkan kepala dan menggigit bibirnya. "Oke. Akan kulakukan."

Jemari lentik itu pun mulai menari di bagian depan kemeja putih Byan. Kia sengaja menggoda dengan berlama-lama membuka kancing kemeja Byan, membuat lelaki itu semakin terbakar dalam gairahnya sendiri.

"Lupakan." Byan menarik tangan Kia dari kemejanya yang sudah setengah terbuka. "Aku bisa gila karena menunggunya," desis lelaki itu, yang langsung memagut bibir lembut Kia dengan tekanan kuat demi melampiaskan gelora yang membuat kinerja otaknya melumpuh.

Kia menyambut ciuman Byan dengan sama berhasratnya. Selain Alex Guntoro sialan, Kia baru merasakan hasrat yang membuatnya pusing hanya kepada lelaki ini. Byantara.

Byan memindahkan kecupannya di leher jenjang Kia saat napas gadis itu mulai memburu. Dengan penuh nafsu, Byan menghisap kulit putih lembut itu kuat-kuat, membuat Kia merintih lirih antara sakit dan nikmat.

Lelaki itu lalu mendorong Kia dengan kuat, hingga gadis itu pun tak pelak jatuh dan kembali terbaring di atas kasur.

Dengan tidak sabar, Byan segera membuka lebar kemejanya tanpa melepaskan kancingnya lagi, membuat robekan besar di material kain itu dengan kancing-kancingnya yang lepas dan jatuh berhamburan ke atas ranjang serta sebagian terhempas ke lantai.

Kia tersenyum kagum melihat bongkahan otot liat yang menghiasi tubuh kokoh Byan. Lelaki ini pasti sangat menjaga kebugaran tubuhnya, terlihat dari daging padat tak berlemak dan abs sempurna.

Byan segera mengambil posisi menelungkup di atas Kia, dengan menumpukan kedua sikunya di atas kasur agar tubuh besarnya tidak membebani tubuh seksi yang jauh lebih mungil darinya itu.

"Kamu tahu, Kia? Bukan ujung botol bir yang membuatku menjadi teman tidurmu malam ini, tapi takdir," cetus Byan sembari melayangkan kecupan-kecupan kecil di sepanjang tulang selangka Kia yang menyembul cantik.

"Takdir ya?" Kia tersenyum dan menutup kedua matanya menikmati bibir Byan yang sibuk menyecap tubuhnya. "Benar. Takdir. Sebuah algoritma dari hukum sebab-akibat."

Byan tak lagi dapat mendengar perkataan Kia, karena sedang sibuk membuka bra gadis itu. Manik legamnya berbinar takjub melihat bukit yang indah, padat dan bulat dengan puncaknya yang berwarna pink menggemaskan.

Jemari Kia mencengkram kepala Byan, tenggelam di dalam kelebatan rambut tebal lelaki itu. Suara desahannya yang mengalun sensual membuat Byan pening karena semakin tenggelam dalam gairah.

"Uh... Byan..." Kia serasa melayang saat jemari lelaki itu yang semula berada di dadanya, kini mulai merayap turun ke perutnya yang datar, mengusap pinggang ramping sehalus sutra.

Lalu turun dan terus turun... hingga akhirnya berhenti di tujuan utamanya.

Awalnya Byan mengusap-usapnya lembut, sebelum kemudian satu jarinya menelusup masuk ke dalamnya. Dan mulai bergerilya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Gairah Cinta Sang Penggoda   35 || Kamulah Alasannya (Tamat)

    "Byan!" Suara yang memanggilnya itu membuat Byan mengangkat wajahnya yang semula tertunduk dalam kalut. Lelaki itu pun berdiri dari duduknya di atas sofa panjang rumah sakit tempat penunggu pasien yang sedang berada di ruang emergency. Tak terkira betapa leganya dirinya melihat wajah secantik bidadari dengan sosoknya yang akan selamanya sempurna di matanya itu, kini tengah memeluk dirinya dengan erat.Byan menghirup aroma lembut rambut istrinya yang sejenak mengalihkan gelisahnya, memberikan suntikan adrenalin yang kembali memimbulkan asa yang semula telah surut. Byan membuka mulutnya, untuk mengeluarkan suara serak yang dipenuhi kecemasan mendalam. "Kia, ayah..." "Ayahmu akan baik-baik saja," potong Kia. Ia mengeratkan pelukannya sebelum mulai melepasnya perlahan sembari mendongakkan wajahnya, hingga kini ia beradu tatap dengan wajah tampan suaminya yang kini terlihat murung. Satu tangannya terulur untuk mengusap pipi Byan. Seulas senyuman manis ia berikan untuk suaminya, berha

  • Gairah Cinta Sang Penggoda   34 || Infark Miokardial

    Kedua lelaki itu saling menatap dengan sorot yang dipenuhi oleh permusuhan. Perkataan telak dari Byan barusan sebenarnya cukup membuat batin Alex goyah, namun lelaki itu sepertinya menolak untuk menyerah. Meskipun harapan yang semula hadir karena ia meyakini bahwa janin yang dikandung Kia adalah miliknya, kini menjadi semu. Seiring dengan penyesalan demi penyesalan yang saat ini memenuhi benaknya.Alex mengutuk diri sendiri yang begitu bodohnya karena telah menyia-nyiakan Kia, setelah kehilangan membuatnya sadar bahwa sesungguhnya ia mencintai gadis itu. Alex mengira bahwa Kia hanyalah "ngambek" padanya, karena ia tidak bisa memberi status yang jelas untuk Kia dan malah hendak menikahi Tessa.Ia pun mengira bahwa Kia hanya ingin bermaksud membuat dirinya cemburu dengan mendekati Byan, karena Alex yang berkeyakinan jika Kia juga masih mencintainya.Namun kabar berita yang diberikan oleh Bara membuat Alex sangat terkejut. Ketika berita pertama yang ia dengar adalah Byan yang membawa K

  • Gairah Cinta Sang Penggoda   33 || Yakin

    "Morning, my sexy wifey." Suara berat yang berbisik lembut di telinganya itu membuat Kia seketika terbangun. Ia sedang menguap, ketika bibir Byan mengecup dadanya dengan bertubi-tubi dan membuat Kia tertawa pelan. Wanita itu lalu tersenyum dan mengelus rambut lebat lelaki itu yang masih asyik berkelana di dadanya dan tidak terlihat ingin beranjak. "Byan." "Hm?" Kia terdiam sebentar, seperti sedang berpikir untuk menyusun kalimat yang tepat. Namun akhirnya ia pun menyerah, karena kehamilan ini membuat kepalanya terasa agak pusing di pagi hari untuk berpikir terlalu berat. "Uhm... sampai kapan kita di sini?" Kia pun akhirnya menyuarakan pertanyaan yang terus berputar di dalam benaknya secara gamblang. "Di sini?" Ulang Byan yang telah mengangkat kepalanya dari dada Kia dan menatap istrinya sambil menaikkan alis. "Maksudmu di Bali? Atau di resort?" "Di Bali. Maksudku, sampai kapan kita di Bali," sahut Kia cepat. Ia tahu resort ini memiliki arti yang sangat dalam bagi Byan,

  • Gairah Cinta Sang Penggoda   32 : Momen Istimewa

    Sempurna.Kia tak bisa menemukan kata yang jauh lebih tepat untuk mendeskripsikan semua yang sedang terjadi hari ini... selain tanpa cela.Semua yang ia pandang terlihat begitu indah dan memukau. Bunga-bunga berwarna putih, merah muda lembut, kuning pucat dan biru muda menghias seluruh ruangan yang menjadi dekorasi acara pernikahannya hari ini.Manik coklat sayu itu pun mengerjap pelan seolah tak percaya, karena kalimat yang dalam hati ia ucapkan sendiri barusan.Pernikahannya.Selama seminggu penuh kemarin, dirinya dirawat di rumah sakit karena dokter menyarankan Kia untuk total bedrest, sebagai upaya untuk menjaga kehamilannya yang masih muda dan agak rentan.Lalu ketika ia telah diperbolehkan untuk pulang, tiga hari kemudian Byan pun mengundang Om dan Tantenya Kia yang bernama Burhan dan Ana untuk datang ke Bali. Mereka berdua adalah satu-satunya keluarga Kia yang tertinggal, setelah ayahnya meninggal ketika Kia masih kecil dan ibunya juga telah berpulang beberapa tahun yang lalu.

  • Gairah Cinta Sang Penggoda   31 || Kesempatan Kedua

    Kia bernapas pelan sebelum perlahan ia membuka kedua matanya. Posisi kepalanya yang bertumpu di atas lengan Byan terasa sangat nyaman, begitu pun halnya dengan 'selimut hidup' yang semalaman mendekap tubuhnya erat, seolah tak ingin kehilangan. Untuk kali ini, Kia-lah yang lebih dulu terbangun dibandingkan Byan selepas mereka tertidur setelah puas bercinta.Gadis itu pun sontak mendongak, untuk menatap seraut wajah tampan Byan yang masih terlelap dengan pulasnya.Bibir penuh Kia pun melukiskan sebuah senyuman, ketika teringat kembali pada perkataan yang semalam dengan sengaja diucapkan berulang-ulang oleh Byan. "I love you, Kia." Mengingat kembali suara berat dan maskulin Byan berucap lembut menyuarakan isi hatinya, membuat Kia larut dalam kebahagiaan yang merasuk ke dalam sukma.Tahu jika ia tidak akan pernah merasa bosan mendengar kalimat itu. Tidak, selama hanya Byan-lah yang akan selalu mengucapkannya.Apakah boleh jatuh cinta bisa terasa seindah ini?Rasanya seperti seumur hid

  • Gairah Cinta Sang Penggoda   30 || My Destiny

    Pintu itu terbuka dari luar, berbarengan dengan masuknya kedua sosok dari arah luar ke dalam ruang Presidential Suite.Mereka sama-sama diam tanpa bersuara berjalan menuju ke arah master bedroom, meskipun dengan suara-suara di dalam benak masing-masing yang ribut. "Aku mau menelepon dulu," ucap Byan kepada Kia yang sejak tadi mengekorinya karena tangannya yang terus digenggam.Gadis itu mengangguk perlahan sambil tersenyum. "Aku akan menunggumu di balkon." "Kamu tidak perlu kemana-mana, Kia. Percakapan ini bukanlah rahasia," tegas Byan dengan maniknya yang kelam menatap Kia lekat-lekat, mencoba menggali apa yang sedang dipikirkan oleh gadisnya yang mendadak menjadi pendiam itu."Tidak apa-apa, Byan. Aku cuma mau menghirup udara segar saja," kilah Kia beralasan.Byan terdiam sesaat tanpa lepas mamandang wajah cantik yang dengan senyuman yang memikat, namun lelaki itu sangat menyadari bahwa sesungguhnya dibalik itu Kia sedang menyembunyikan sesuatu. 'Bara sialan! Ini semua gara-gara

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status