Melihat Malini yang berulang kali tak sabar, Chandrakanta ingin ikut membantu, apalagi bagian tubuh Malini yang bergelayut ketika sedikit menunduk membuatnya semakin tergoda."Malini kau begitu menggoda" rutuknya lalu mulai menarik pinggang istri kelimanya itu."Maaas ...." panggil Malini dengan nafas yang terengah-engah."Ya sayang ....""Mas tidak boleh menolak semua yang saya inginkan. Ingat itu!""Baik!" jawab Chandrakanta tak mampu menahan gelak tawanya. Melihat Malini yang begitu gairah, Chandrakanta merasa geli namun juga menikmati setiap sentuhan yang ia lakukan.Chandrakanta awalnya hanya diam saja ketika Malini mulai meletakkan bibir sensualnya. Mungkin mencoba menggoda. Namun, ketika hawa hangat dan erangan kembali terdengar, pria itu tak mampu menahannya. Toh sejak tadi memang Chandrakanta menginginkannya.Keduanya menautkan lidah, bagai dua ular yang sedang dimabuk cinta. Jari jemari lain bermain di beberapa tubuh lain, membuat Malini semakin mendesah hebat."Shhh ... Uh
***Wajah cantik, mata besar dengan bulu mata lentik tersembunyi dalam sebuah selendang besar berwarna gelap. Ia tak mengenakan terompah. Mengenakan sepatu tipis datar yang diikat ke betisnya yang indah adalah pilihan terbaiknya malam itu.Agak terlihat kikuk memang. Mungkin karena si wanita tak terbiasa menguntit. Namun, benaknya berulang kali mengatakan bahwa ini akan baik-baik saja. Toh tidak akan ada yang mengenalinya dan ini adalah cara satu-satunya agar ia menemukan seorang pria yang tengah dicarinya saat.Beberapa wanita mengenakan kemben sutra tipis dengan rambut yang dicepol menampakan leher jenjang dan bahu yang indah, nampak berlalu lalang seraya membawa kendi dan bambu-bambu panjang berisi minuman-minuman yang memabukkan.Masih berusaha untuk mencari dan mencari. Mata indahnya memindai ke seluruh meja yang berisi orang-orang dengan berbagai macam karakter. Di sudut sana ada dua orang yang tengah bercakap-cakap dengan suara yang besar. Sementara di sudut lain ada empat oran
..."Tentu ... boleh. Mas akan usahakan agar selendang itu tak robek."Moko berdiri semakin dekat di hadapan Malini. Mungkin dalam pandangan beberapa orang, posisi yang seperti itu adalah posisi sepasang insan manusia yang tengah melakukan hal-hal dalam tanda kutip. Apalagi ketika hati dilanda perasaan licik dan penuh amarah. Mungkin mereka akan menduga-duga keduanya tengah melakukan sesuatu.Seperti itulah Walimah dan Suhita memandang keduanya. Mereka yang datang bersama Prabawa dan Chandrakanta langsung mencak-mencak ketika mendapati Malini dan Moko yang tengah berdekatan satu sama lain. Padahal tidak melakukan apapun."Oaalaa wanita sundel!" hardik Suhita memaki wanita yang sudah menolong untuk membawa pulang anaknya."Loh ... Ibu ... Dik Walimah ... Prabawa ... Saya hanya ....""Sudah Mas diam. Wanita ini memang penggoda. Buktinya saja juragan sampai tergila-gila. Ya karena memang dia penggoda ...."Walimah mencengkram rambut dan selendang Malini. Namun ditahan oleh Moko."Janga
...Sebentar-sebentar Soraya terjaga. Walaupun ia sudah membaca Rapal Mantra Perlindungan, tetap saja perasaan cemas, takut dan mungkin juga perasaan bersalah menghantuinya.Merasa terancam, kadang kala ia ingin menyampaikan kebenaran itu kepada Chandrakanta, namun Beatrix acap kali melarangnya."Jangan Nyonya, jika Nyonya Soraya mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada juragan Chandrakanta dan Nyonya Yuvati, saya tidak yakin bahwa juragan dan Nyonya Yuvati akan memaafkan Nyonya Soraya. Bagaimana jika juragan akan memutuskan hubungan? Bukankah yang akan naik kedudukannya nanti adalah Nyonya Malini?"Tentu saja ancaman kedudukannya digantikan dengan Malini adalah hal yang lebih menakutkan daripada ancaman sesuatu yang kerap mengusiknya.Sesuatu dalam tanda kutip yang kerap datang menyambangi kamarnya selama beberapa bulan belakangan."Apakah sesuatu yang kerap menghantuiku itu adalah hantu suster yang bekerja di rumah sakit ?Suster yang membubuhkan obat beracun ke dalam infus Ma
...Mak Pikat tak perlu mengeluarkan semua kemampuannya untuk menarik Paramita ke dalam kehidupan anaknya, Prayogi. Ia hanya memerlukan sedikit kemampuan dan kekuatannya. Membaca Rapal Mantra Pemikat dan sekarang keduanya tengah tersenyum menikmati hasil.Paramita duduk dengan cantik mengenakan pakaian pengantin berwarna putih. Di sebelahnya ada Prayogi yang tak pernah berhenti menyunggingkan senyum kelegaannya.Di samping mereka ada Pitaloka bersama Tasha yang mengenakan gaun berwarna senada. Wanita itu tak kalah semringah. Mungkin bukan karena ikut merayakan kebahagiaan adiknya. Namun, karena sebuah alasan yang lain, yang hanya dirinya, Mak Pikat, Prayogi, dan Tuhan saja yang tahu.Memang semuanya sedikit terlambat. Tadinya Pitaloka ingin menjagal langkah Malini untuk tak menikah dengan Chandrakanta. Namun, ia tak mampu.Akhirnya, dengan Mak Pikat lah Pitaloka memohon pertolongan agar dipasangkam susuk pemikat. Tak mengapa jika menjadi istri keenam juragan Chandrakanta yang pentin
...Wanita itu sepertinya amat sangat menginginkan hubungan dengan suaminya kembali baik-baik saja. Ia bertekad kuat untuk menyelesaikan apapun yang mengganggu hubungannya."Untuk saat ini bisakah Mas fokus kepadaku?" tegurnya saat pria yang berada di hadapannya menganggap pembicaraannya kali ini tidak terlalu serius.Si pria malah bersandar dan memejamkan mata pada sisi lain."Ayolah Mas, ini adalah pagi yang indah. Walau semalam cukup mengecewakan," ucapnya.Si pria terdiam. Istrinya kembali menghalangi nafas. Jari jemari lentik yang tak pernah memegang pekerjaan rumah tangga itu memijat tangan suaminya dengan lembut. Menelusuri telapak tangan kasar, lalu jari jemari itu naik ke pergelangan tangan dan lengan yang kekar. Mungkin mencoba menggoda namun, suaminya diam saja tak bergerak."Apa Mas masih marah kepada aku dan ibu?""Mas rasanya sudah muak dan bosan untuk memperingati kamu dan ibu. Tetap saja kalian berdua tak mau berubah. Sekarang hatiku dalam suasana yang tidak baik. Be
..."Sayang ... kemari akan aku ceritakan sebuah rahasia," bisik Moko di telinga Walimah.Walimah meringsek ke dalam pelukan Moko. Keduanya mulai bercumbu dengan lebih intim."Rahasia apa, Mas?" tanya Walimah. "Apakah ini sudah cukup dekat?" tanya Moko.Walimah kembali mendekatkan dirinya kulit dengan kulit. Keduanya menempel satu sama lain."Katakanlah tentang rahasia tadi.""Aku ... sebenarnya ....""Ah ... ayolah Mas jangan bercanda," ucap walimah tak sabar."Aku sebenarnya benar-benar mencintaimu. Semenjak dulu ...." ucap Moko pendek lalu kembali memeluk Walimah dengan eratnya. Walimah kembali berbunga-bunga mendengar perkataan indah itu. Sungguh pagi ini adalah pagi yang hangat dan menggembirakan baginya."Ah ... rasanya aku ingin menghabiskan seluruh hidupku bersama, Mas.""Ya, tentu saja. Mengapa tidak sayang. "Rasanya hari ini benar-benar bahagia. Aku rela jika dunia hancur tapi berada dalam pelukan Mas seperti ini."Ya ... Mas juga.""Apakah kamu lelah setelah melewati i
...Tepat jam 07.00 pagi Chandrakanta sudah berada di kediaman istri keempatnya. Namun, rumah mewah yang saat ini didominasi dengan warna kehijauan itu nampak belum terbuka pintu dan jendelanya.Leon belakangan sangat suka menginap di rumah Malini ataupun Yuvati sehingga jarang menemani Soraya di rumah. Tapi baik Soraya ataupun Beatrix tidak ada yang merasa keberatan akan hal itu."Tumben sepi. Bahkan tukang kebun dan sopir pribadinya pun tidak ada. Apakah Soraya sedang sakit? Tapi jika ia sakit mengapa tidak pernah mengabariku dan Yuvati," gumam Chandrakanta pelan.Sudah lama memang, semenjak kejadian beberapa waktu lalu, ketika kehangatan itu mulai terjalin dan di saat Malini kritis hingga Chandrakanta menikah lagi, Soraya tak pernah berjumpa dengan Chandrakanta.Ada sedikit rindu yang menyeruak. Namun perasaan janggal juga sempat menyapa hati Chandrakanta."Tak biasanya rumah kediaman Soraya terlihat suram seperti ini. Apa yang terjadi? Apakah Soraya melakukan hal-hal yang aneh l