MasukKendaraan berdecit, berputar arah menuju rute di mana Arion akan menemui Valencia. Ia terpaksa menemui wanita itu untuk mengalihkan perhatian orang yang berada di dalam kendaraan di belakang sana. Arion yakin bahwa orang-orang di dalam mobil itu adalah orang suruhan Erland. Arion dapat melihat dari kendaraan yang terdapat logo Dawson Group. “Bukankah mereka terlalu mencolok, Tuan?” tanya Eric yang tampak fokus ke depan. “Ya, mereka memang bodoh!” balas Arion sembari melirik ke arah spion. Sebelah sudut bibirnya ditarik ke samping. Sementara itu, Robert berusaha untuk tetap menjaga jarak dengan kendaraan yang ada di depannya. Ia tidak tahu bahwa Arion sudah mengetahui tindakannya mengikuti pria itu. Semua itu karena tugas dari Erland. Pria itu ingin mengetahui keberadaan Esther. Dan Erland sangat yakin bahwa Arion lah yang menyembunyikan wanita itu. Arion tetap berusaha tenang, ia tahu tujuan Erland menyuruh anak buahnya untuk mengikuti dirinya. Itu sebabnya ia harus mengecoh mer
Esther terpejam kala sebuah benda kenyal menyentuh bibirnya. Refleks ia membalas kecupan yang diberikan oleh pria itu. Esther membuka mulut, menyambut permainan lidah. Kedua tangannya meremas kuat jas pria itu. Sesaat ia tenggelam dalam permainan bibir yang dilakukan oleh Arion. Deru napas Arion begitu panas, menyapu kulit wajah. Pria itu sangat pandai membuat Esther melayang hanya dengan sebuah sentuhan. Arion menahan pinggang Esther, dan satu tangannya memegang tengkuk. Ia semakin memperdalam kecupannya, melumat, mengabsen setiap inci gigi Esther dan membelit indera perasa wanita itu. Puas dengan permainan bibir, Arion berpindah. Ia membuka kerah kemeja yang dikenakan Esther kemudian kembali menenggelamkan kepalanya, menyusuri bagian ceruk leher hingga tulang selangka dengan indera perasanya. Esther meloloskan desahannya ketika Arion meninggalkan jejak percintaan di beberapa bagian tubuhnya. “Uh…Arion.” Esther mendongak, kedua matanya terpejam. Sekujur tubuhnya meremang.
“Apa-apaan ini, Arion?” Esther tertegun untuk beberapa saat. Ia nyaris tidak mempercayai penglihatannya. Esther bahkan sampai tidak bisa berkata-kata. Ruangan macam apa ini? Sementara Arion tampak tersenyum, menikmati keterkejutan Esther. Namun, di sisi lain ia merasa gugup karena ia telah membuka aibnya sendiri. Ia telah menyimpan ini begitu lama. Dan ia berpikir. Inilah saatnya ia menunjukkannya kepada Esther untuk meyakinkan wanita itu terhadap perasaannya. “Kau ingin melihatnya?” Arion menggerakkan kepala sebagai isyarat agar Esther masuk ke dalam ruangan tersebut. Esther menatap Arion sekilas, keraguan merambat di sudut hatinya. Arion mengulurkan tangannya, dan dengan ragu Esther menyambutnya. Langkah kakinya terayun pelan. Seolah digelayuti oleh keraguan. Namun, ketika Esther berhasil memasuki ruangan, ia semakin terperangah. Ada banyak potret tentang dirinya tergantung di dinding, bahkan tidak ada celah sedikit pun yang tidak terisi. Esther menatap deretan bingka
Tatapan Esther seketika membesar. Apa yang baru saja ia dengar? Suara itu… Esther melihat layar, nomor itu tanpa nama. Tetapi wanita di seberang sana mengaku sebagai Valencia. Mendadak hati Esther memanas. Darahnya mendidih tanpa sebab. Tunggu, apa ini yang dinamakan cemburu? “Halo…kau benar Arion ‘kan?” Seperti duri, suara itu kembali menusuk gendang telinga Esther. Esther terdiam. Ia tidak menjawab. Menunggu kalimat selanjutnya. “Halo…apa kau mendengarku?” Esther penasaran dengan tujuan wanita itu menelpon Arion. Meski begitu ia tetap menahan diri untuk tidak bersuara. “Hei…Arion jawab aku!” Esther terdiam. Ia merasa bingung hendak menjawab. Ia berpikir, bila dirinya bersuara, bisa menimbulkan masalah. Akhirnya ia memutuskan untuk menutup panggilan secara sepihak. Esther kembali meletakkan ponsel itu ke tempatnya. Di saat yang bersamaan, pintu kamarnya terbuka. Esther segera membalik diri dan melihat Arion memasuki kamarnya. “Kakak ipar, kau sudah bangun?” tanyanya l
“Astaga! Kau mengejutkanku!” pekik Esther saat melihat sosok itu. Arion mengulas senyum tipis kemudian menatap pintu di hadapannya dengan tatapan dingin. “Kakak ipar? Apa yang akan kau lakukan di ruangan ini?” tanya Arion. Nada bicaranya terdengar sangat dingin. Menyadari itu, Esther segera menarik tangannya dari knop pintu dan memikirkan sesuatu untuk mencari sebuah jawaban. “Emm…aku…penasaran saja. Pintu ini berbeda dari pintu lainnya,” jawab Esther jujur. Ya memang ia tertarik karena bentuk ukiran pintu yang sedikit aneh. “Penasaran bukan berarti kau bisa masuk tanpa izin ‘kan?” sindir Arion. Esther menggigit bibir bawahnya. Yang dikatakan Arion benar. Dan Esther harus mengakui kesalahannya. Tidak seharusnya ia memasuki ruangan tanpa izin pemilik rumah. “Maafkan aku, Arion,” ucap Esther akhirnya. Mendengar itu, Arion seketika mengulas senyum. Ia meraih jemari Esther kemudian menariknya perlahan. “Ayo kita ke kamar, ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu,” kata Arion.Kening
“Nona Vale? Kau di sini?” Arion tidak menyangka bahwa ia akan bertemu Valencia, wanita yang dijodohkan dengan dirinya, di sini. “Ya, Tuan Arion. Kebetulan saya adalah brand ambassador salah satu produk ponsel di sini,” jawab Valencia lembut. “Ah begitu rupanya.” Tidak heran, Valencia adalah seorang model. Menjadi brand ambassador adalah salah satu bagian dari pekerjaannya. Tetapi itu sama sekali tidak membuat Arion tertarik. Arion kembali memilih ponsel yang terpanjang di etalase kaca. Kemudian berkata kepada manajer. “Berikan aku yang ini,” tunjuk Arion pada benda pipih berwarna titan. Valencia menatap Arion takjub. Sejak pertama kali pertemuannya, Valencia sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pria ini. Ia sering melihat pria tampan di sekelilingnya. Tetapi Arion memiliki aura yang tidak dimiliki pria lain. Tampan dan mapan, adalah idaman setiap wanita. Akan tetapi, Valencia melihat sesuatu yang berbeda dari Arion. Apa ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandang







