تسجيل الدخولPintu mansion utama keluarga Walker itu terbuka perlahan, dan seketika itu juga, atmosfer di dalam ruangan berubah.
Adam melangkah masuk dengan penuh wibawa, namun pemandangan di pelukannya-lah yang membuat semua orang terpaku.Adam menggendong Alan Sky dengan sangat protektif, sementara tangan satunya menggenggam erat jemari Aurora.Mereka tidak sekadar masuk ke dalam ruangan, tapi mereka seolah sedang menunjukkan sebuah unit keluarga yang utuh dan tak tergoyahkan.Di samping Adam, Aurora tampil memukau dengan gaunnya, namun pancaran kebahagiaan saat ia melirik ke arah Alan-lah yang memberikan kesan elegan yang sesungguhnya.Mereka benar-benar menjadi pusat perhatian malam itu. Setiap bisikan tamu dan kerabat seolah teredam oleh aura kuat yang dipancarkan Adam.Pertemuan makan malam itu berlangsung dengan agenda yang sangat jelas, yaitu membahas detail pernikahan Adam dan Aurora yang akan digelar dalam waktu dekat.A"Siapa?" desak Aurora, suaranya gemetar. "Apa ini perbuatan Elina? Dia begitu membenciku sejak awal, tapi … apa iya sampai sejauh ini?"Adam berbalik perlahan. Sinar lampu ruangan yang temaram membuat bayangan wajahnya terlihat begitu mengintimidasi."Bukan hanya Elina," jawabnya dengan nada rendah yang mematikan. "Dia tidak bekerja sendirian.""Lalu siapa lagi?""Mantan istriku."Nama itu meluncur dari bibir Adam laksana vonis mati. Ruangan itu seketika menjadi senyap. Aurora terpaku, jantungnya seolah berhenti berdetak sesaat. Ia tidak pernah menyangka bahwa kebencian yang mengincarnya berasal dari masa lalu Adam yang seharusnya sudah terkubur."Mereka berkolaborasi," lanjut Adam dengan seringai tipis yang mengerikan. "Satu ingin membalas dendam karena merasa posisinya terancam, dan yang satu lagi ingin merebut kembali apa yang sudah bukan miliknya. Dan kau, Aurora ... kau adalah target yang menurut mereka paling mudah untuk disingkirkan.”"Apa aku terlihat sebodoh dan selemah itu
"Baik, Sus. Silakan lakukan."Aurora akhirnya menyerah pada keraguannya. Ia membiarkan suster itu mendekat, pasrah saat jemari wanita itu mulai menyentuh kateter infusnya dengan gerakan yang tampak begitu mendesak. Namun, tepat saat ujung selang baru itu nyaris tersambung ke pembuluh darahnya, pintu kamar VIP itu terbuka dengan dentuman keras.DOR!"Aaaaa!" Aurora menjerit histeris. Ia spontan menutup telinga dan memejamkan mata, tubuhnya tersentak hebat karena syok yang menghantam jantungnya.Suasana tenang itu seketika pecah oleh aroma mesiu yang tajam. Saat Aurora memberanikan diri membuka mata, pemandangan di depannya begitu mengerikan. Suster itu sudah tersungkur di lantai marmer, memegangi telapak tangannya yang hancur bersimbah darah. Timah panas baru saja menembus dagingnya, membuatnya menggelinjang kesakitan sambil merintih pilu.Di ambang pintu, Adam berdiri dengan sisa asap yang mengepul dari moncong senjatanya. Wajahnya gelap, urat-urat di lehernya menegang, memancarkan
Hati Aurora luruh seketika. Di balik kemegahan nama Walker yang seringkali terasa dingin, ia menemukan kehangatan yang begitu tulus pada diri Adam. Pria itu tidak hanya mencintainya di saat ia tampil cantik dan sempurna, tapi juga tetap mendekapnya dengan bangga di saat ia berada di titik paling rendah dan memalukan. Keteguhan Adam menjadi jawaban atas segala keraguan yang selama ini menghantui Aurora.Tak terasa, malam pun perlahan merayap, menyelimuti rumah sakit dengan kesunyian yang tenang. Adam baru saja keluar kamar untuk menerima telepon penting yang tampaknya berkaitan dengan "rencana jebakannya", meninggalkan Aurora sendirian di dalam kamar VIP yang luas itu.Tak lama kemudian, pintu diketuk pelan. Seorang dokter pria paruh baya masuk bersama seorang suster."Selamat malam, Nona Aurora. Bagaimana perasaan Anda sekarang? Masih ada rasa melilit di perut?" tanya dokter itu sambil tersenyum ramah, tangannya sigap memeriksa stetoskop.Aurora mengangguk kecil, memberikan senyum
"Tuan Muda, tidak ada hasil apa pun. Semua bersih tanpa jejak. Sepertinya, musuh telah memperkirakan ini."Adam terdiam, jemarinya mengetuk pinggiran arloji mahalnya dengan ritme yang lambat namun menekan. Ia telah meminta anak buahnya mengumpulkan bukti sekecil apa pun, namun hasilnya nihil. Tempat itu seolah telah disterilkan dari segala bentuk kesalahan."Orang ini terlalu cerdik," gumam Adam, matanya menyipit tajam. "Dia tahu persis letak titik buta CCTV. Jika kita tidak bisa meringkusnya karena minim bukti, maka ... kita harus menjebaknya agar keluar dari sarangnya. Kurasa, aku punya ide yang jauh lebih efektif daripada sekadar menginterogasi pelayan."Anak buahnya saling pandang dalam keheningan yang mencekam, namun sang bos tak membocorkan sepatah kata pun mengenai rencananya. Adam berbalik, meninggalkan mereka yang masih mematung, dan membawa langkah tegapnya menuju ruang perawatan Aurora.Di dalam kamar VIP yang tenang
"Pegangan!" perintah Adam singkat namun penuh penekanan. Tanpa membuang waktu, ia menyusupkan lengannya di bawah lutut dan punggung Aurora, mengangkat tubuh gadis itu dalam gendongan bridal style.Ara justru mundur. Di suasana kacau seperti ini, ia justru sangat malu. "Dam, apa maksud kamu? Kamu gak ... jijik sama aku? Jangan pegang aku, Dam!” Suara Aurora bergetar hebat, ia berusaha menjauhkan tubuhnya karena merasa dirinya kotor dan berbau."Ra, ini keadaan darurat! Jangan pikirkan jijik atau gak! Kamu jelas dehidrasi berat! Ada yang nyampur makanan kamu dengan obat pencahar dosis tinggi!" tegas Adam. Adam sudah makan asam garam dalam dunia bisnis dan intrik keluarga besar. Ia tahu persis ini bukan sekadar sakit perut biasa atau alergi. Kecepatan reaksi tubuh Aurora menunjukkan adanya zat kimia yang dipaksakan masuk."Tapi baju kamu ... jas kamu ...." Aurora terisak, menyembunyikan wajahnya di dada Adam karena malu
“Dengan pengaruh dan kekuasaan yang kau miliki, aku yakin kau pasti bisa menghadirkan chef handal untuk menyajikan rendang atau menu autentik lainnya dengan presentasi berkelas. Bagaimana menurutmu?”Adam terdiam sejenak mendengar usulan sang kekasih. Ia tampak mempertimbangkan usul itu sambil menatap Aurora yang terlihat sangat bersemangat.“Rendang di tengah pesta formal Walker?” Adam mengulanginya dengan nada rendah, lalu sebuah senyum tipis muncul di wajahnya. “Ide yang berani. Aku suka caramu ingin memperkenalkan asal-usulmu kepada mereka.”Bibi Delanie langsung menjentikkan jarinya setuju. “Oh, yeah, C’est magnifique! Sebuah kejutan rasa yang eksotis. Kita bisa menyajikannya dengan gaya fine dining yang sangat mewah. Adam, kau harus cari koki terbaik di Jakarta dan terbangkan dia ke Paris besok!”“Apapun untuk calon istriku,” jawab Adam mantap sambil mengecup punggung tangan Aurora. “Besok, koki terbaik akan sudah ada di dapur mansion untuk





![Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku]](https://acfs1.goodnovel.com/dist/src/assets/images/book/43949cad-default_cover.png)

