Share

GLPM125

Penulis: Chocoberry pie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-18 14:45:00

Langit malam memayungi kota dengan mendung tipis, seakan ikut menyimpan beban yang tak terucap. Mobil hitam Rey terparkir rapi di seberang Seventy Eight Resto. Mesin sudah lama dimatikan, tapi lelaki itu belum beranjak. Di dalam kabin yang temaram, Rey menatap kosong ke arah gedung restoran, sorot matanya redup dan gelisah.

Hatinya digerogoti rasa bersalah. Ada sesuatu dalam diri Aura yang akhir-akhir ini tak lagi sama. Senyumnya berbeda. Tatapannya tak lagi menyala. Bahkan saat bicara pun, suaranya seperti jauh.

Pintu resto terbuka. Rey refleks menegakkan tubuhnya. Tapi yang dilihatnya bukan Aura.

Ega keluar dengan langkah santai, bahu sedikit turun saking lelahnya shift malam. Ia menenteng tas selempang dan sekotak makanan dapur. Saat melihat mobil Rey, dia langsung mengangkat alis dan menyeberang.

Tok. Tok.

Rey menurunkan jendela.

“Mas Rey ...” Ega nyengir, lalu matanya menelisik ke dalam kabin. “Sendirian? Lagi nyari ilham atau nungguin seseorang yang hatinya udah kayak freezer ku
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM128

    Langit mendung menggantung rendah di atas Lapas Perempuan Kelas I. Udara terasa pengap, bukan hanya karena cuaca, tapi juga karena suasana gelap yang tak kasat mata yang tumbuh dan mengendap dalam dinding tebal lembaga pemasyarakatan itu.Clarissa turun dari mobil hitam dengan kaca gelap. Langkahnya anggun tapi tegas. Mantel panjang warna pasir membalut tubuhnya, sepatu hak tingginya mengetuk lantai beton dengan bunyi yang menggetarkan.Ia memberikan identitas, dan sipir yang menyambutnya hanya mengangguk, sebelum mengantar dengan ekspresi ragu.“Dia ... sedang tidak stabil,” gumam sipir wanita bertubuh kekar itu sambil menekan tombol pembuka gerbang dalam.Clarissa tidak menjawab. Wajahnya tetap datar, hanya bulu matanya yang berkedip lambat saat sipir melanjutkan dengan nada memperingatkan.“Kami sudah isolasi dia dari sel utama. Ada indikasi gangguan kejiwaan. Sering berkelahi. Minggu lalu kakinya patah dipukul narapidana lain. Tapi ... dia bilang seseorang bernama Maureen yang mel

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM127

    Suara shower masih mengalun lembut dari kamar mandi utama. Uap tipis menyusup dari celah pintu yang terbuka sedikit, seperti tirai rahasia yang menyamarkan kegalauan di dalamnya.Aura berdiri di dapur, sendok kayu di tangannya menggantung di atas adonan pancake. Tapi pikirannya jauh, melayang, bukan pada sarapan atau ulang tahun yang baru berlalu, melainkan pada dua garis merah yang kembali muncul pagi ini. Bahkan di lima test pack yang berbeda.Ia tidak yakin apakah tangannya gemetar karena rasa mual yang membuncah dari perutnya ... atau karena ketakutan yang tak kunjung reda.Kalau Rey tahu … bagaimana reaksinya? Apa dia akan merasa dijebak, seperti dengan Clarissa? Apa dia akan menganggapku serendah itu?Ia berlari cepat-cepat, tangannya menutupi mulutnya. Seolah dengan melakukan itu, ia dapat menahan gejolak di dalam perutnya. Aura menghela napas pelan, membasuh mulutnya, lalu memandangi pantulan dirinya di cermin. Wajah pucat. Mata sembab. Bibirnya menggigil, menyembunyikan raha

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM126

    Pagi itu sunyi, hanya suara lembut angin dari AC yang terdengar. Cahaya matahari belum sepenuhnya menembus gorden tebal penthouse mereka, tapi Aura sudah bangun lebih dulu dari Rey. Ia bangkit pelan dari ranjang, berjinjit tanpa suara agar tak membangunkannya.Di genggamannya ada kantong plastik kecil berisi beberapa test pack dari apotek. Ia sengaja membelinya kemarin, diam-diam, tanpa sepengetahuan siapapun. Bukan karena ia tak percaya hasil tes kemarin, tapi karena ada satu bagian dalam dirinya yang masih ingin menyangkal. Masih berharap semuanya hanya kesalahan. Mungkin dari hormon atau stres beberapa waktu terakhir. Aura masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya. Jemarinya sedikit gemetar saat membuka satu per satu bungkus test pack, meletakkannya berderet di tepi wastafel marmer. Lima buah. Semuanya berbeda merek. Kali ini ia ingin benar-benar yakin, tanpa celah untuk ragu lagi.Degup jantungnya semakin cepat.Satu persatu alat itu ia gunakan sesuai instruksi, dan meletakkanny

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM125

    Langit malam memayungi kota dengan mendung tipis, seakan ikut menyimpan beban yang tak terucap. Mobil hitam Rey terparkir rapi di seberang Seventy Eight Resto. Mesin sudah lama dimatikan, tapi lelaki itu belum beranjak. Di dalam kabin yang temaram, Rey menatap kosong ke arah gedung restoran, sorot matanya redup dan gelisah.Hatinya digerogoti rasa bersalah. Ada sesuatu dalam diri Aura yang akhir-akhir ini tak lagi sama. Senyumnya berbeda. Tatapannya tak lagi menyala. Bahkan saat bicara pun, suaranya seperti jauh.Pintu resto terbuka. Rey refleks menegakkan tubuhnya. Tapi yang dilihatnya bukan Aura.Ega keluar dengan langkah santai, bahu sedikit turun saking lelahnya shift malam. Ia menenteng tas selempang dan sekotak makanan dapur. Saat melihat mobil Rey, dia langsung mengangkat alis dan menyeberang.Tok. Tok.Rey menurunkan jendela.“Mas Rey ...” Ega nyengir, lalu matanya menelisik ke dalam kabin. “Sendirian? Lagi nyari ilham atau nungguin seseorang yang hatinya udah kayak freezer ku

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM124

    Lalu, saat akhirnya ia melihat hasil testpack itu ... lututnya nyaris tak sanggup menopang tubuhnya.Dua garis. Jelas. Tegas. Tidak bisa disangkal.Dunia seolah berhenti berputar sesaat.Mulutnya menganga, tapi tak ada suara keluar. Air mata menggenang di pelupuknya. Tangannya menutup mulut, menahan tangis dan teriakan panik yang hampir pecah.‘Aku hamil.’Tok. Tok.Ketukan di pintu membuatnya tersentak.“Aura?” suara Rey pelan tapi terdengar penuh kecemasan dari balik pintu. “Kamu di dalam? Kamu nggak apa-apa?”Aura terdiam sejenak, panik. Ia buru-buru menyambar testpack itu, membungkusnya dengan tisu seadanya, dan menyelipkannya kembali ke dalam laci. Ia mencuci tangannya cepat, membasuh wajahnya, mencoba menutupi kepanikan yang mengguncang dadanya.“Sebentar ...!” serunya dengan suara agak serak. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu.Rey langsung berdiri di ambang pintu dengan wajah cemas. “Kamu kenapa lama banget? Aku kira kamu jatuh atau ....”“Aku cuma ... agak mua

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM123

    Langkah-langkah Aura terasa ringan tapi jantungnya justru berat. Suara Ricko dan Jessy masih menggema dalam kepalanya. “Cla nggak pernah hamil, Aura. Dia cuma nebeng nama Manda, anak pejabat yang emang pengin aborsi diam-diam karena bokapnya lagi kampanye. Lo pikir Rey bisa ketipu sama kebohongan sekonyol itu? Gue rasa ... dia tahu, tapi diem. Atau ... dia ditipu orang dalam. Temen-temen Manda semua anak kelas atas. Clarissa numpang dramanya.”Dan Jessy, selalu jadi suara realitas yang tajam.“Ra, kamu yakin ini yang kamu mau? Dunia mereka rumit. Bayangin kamu harus membesarkan anak di tengah lingkungan yang penuh manipulasi, dendam, dan pengkhianatan.”Aura menunduk. Tangannya menyentuh perutnya secara naluriah.Tapi semuanya seperti menguap begitu saja saat ia membuka pintu penthouse.Gelap. Hening. Lalu ... lampu gantung di atas meja makan menyala lembut. Aroma lilin vanila menyebar ke seluruh ruangan. Dan di tengah meja makan elegan itu, terhidang makan malam hangat yang jelas bu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status