Share

Gairah Liar Paman Tiriku
Gairah Liar Paman Tiriku
Author: Skuka_V

1. Putus

Author: Skuka_V
last update Last Updated: 2025-07-02 16:07:12

“Kita putus.”

Maira diam terpaku menatap sosok pria yang sedang berdiri menatapnya. Entah berapa puluh kali dia meminta putus dengan berbagai alasan dan kini terulang lagi.

“Kenapa lagi?” tanya Maira berusaha tetap tenang.

“Aku bosan,” jawabnya enteng.

“Hanya itu?” desaknya. Pria itu hanya mengedikkan kedua bahunya seolah menganggap semuanya itu mudah baginya.

Wanita cantik bermata coklat itu pun menyeka rambutnya dan mulai frustasi. “Kenapa kamu mudah sekali mengatakan kata putus. Hanya karena bosan kamu membuangku?”

“Iya, aku bosan memiliki hubungan dengan wanita yang kekanak-kanakan.”

“Apa?” wanita itu pun berdecak tak percaya. “Kekanakan ... yang benar saja selama ini aku yang mengimbangi sikap egoismu itu. Aku yang selalu meminta maaf lebih dulu padahal kamu yang salah.”

“Lihat kamu mengungkit semuanya. Apa kamu pikir aku bisa bertahan dengan wanita yang selalu mengoceh hanya karena hal-hal kecil. Kamu selalu marah kalau aku telat mengabari dan aku benci selalu mengikuti kemanapun kamu pergi. Wanita dewasa tak seperti itu Maira. Aku benar-benar sudah lelah dengan sikapmu itu jadi, kita putus saja.” Setelah mengatakan itu Nathan pun beranjak pergi meninggalkan Maira.

“Tunggu, Nathan Arkana Prasetyo.” Langkahnya terhenti lalu berbalik. Sesaat keduanya saling bertatapan. “Setelah ini jangan pernah membujukku untuk kembali lagi.”

“Nggak akan, aku pastikan ini yang terakhir dan aku nggak akan pernah menemuimu lagi.”

Setelah mengatakan itu pria itu pun pergi. Maira hanya bisa diam memandangi punggung kekasihnya yang semakin lama menghilang. Baginya keputusan sepihak ini cukup membuatnya sakit hati, tanpa sebab dia di campakan begitu saja.

“Sial, dia benar-benar pergi.”

Dengan kasar Maira menyeka air matanya sambil mengejar pujaan hatinya. Sekuat tenaga dia berlari ke basement, tapi sayangnya Nathan sudah masuk ke dalam mobil.

“Nathan, TUNGGU!”

Tepat saat mobil Nathan berjalan melewatinya, Maira pun sengaja merentangkan tangannya mencoba menghalangi.

“KELUAR … Aku bilang KELUAR!”

Maira memukul kap mobil dengan kencang seolah meluapkan kekesalannya.

Nathan pun keluar dari dalam mobil menghampiri Maira. “Nggak perlu berteriak!” hardik Nathan.

“Beri aku alasan kenapa kamu memutuskan hubungan kita begitu saja?"

"Nggak bisakah kamu bersikap dewasa Maira, aku sudah muak dengan hubungan kita. Hubungan ini sudah berakhir jadi berhentilah seolah kamu yang paling tersakiti.”

“Apa? Dengar Nathan kalau kamu memutuskan aku karena hal lain mungkin aku bisa terima, tapi kamu memutuskan hubungan kita disaat semuanya baik-baik saja."

“Cukup Maira! Aku sudah bosan dengan hubungan kita, lagi pula usiaku sudah nggak muda lagi aku nggak mau bermain-main denganmu.”

“Bermain-main, apa kamu pikir selama ini hubungan kita hanya main-main?”

“Iya, karena kamu tak pantas untuk dijadikan istri."

"Istri ... bukannya kamu yang selalu mengalihkan pembicaraan saat kita membahas pernikahan?"

"Karena aku nggak mau menikah sama wanita sepertimu!"

Suara tamparan terdengar begitu nyaring hingga membuat tangan Maira terasa kebas.

“Brengsek, setelah apa yang aku lakukan untukmu, kamu membuangku begitu saja? Aku bersumpah kamu tak akan pernah bahagia dengan wanita manapun.”

Tangan Maira terkepal dengan kuat. Setelah meluapkan emosinya Maira pun kembali masuk ke dalam apartemen tanpa menoleh sedikitpun.

Sementara itu, Nathan masih diam berdiri di depan mobilnya seolah menenangkan pikirannya.

***

Maira Catrina Mawardi terlahir sebagai anak tunggal dari keluarga Mawardi. Namun, sejak ibunya meninggal dan papanya menikah dengan wanita yang usianya tak beda jauh dengannya, Maira pun memilih kabur ke Singapura karena tak setuju dengan keputusan papanya itu.

Namun, disinilah Maira sekarang, berdiri menatap rumah yang belum pernah dia datangi setelah ibu tirinya itu mengabari bahwa sang ayah kecelakaan.

Meski awalnya enggan, akhirnya Maira memilih kembali ke Indonesia dan meninggalkan pekerjaan serta mimpinya di negeri orang.

“Maira.” Suara wanita terdengar memanggil namanya.

Dia pun berbalik, betapa terkejutnya Maira saat mendapati Mila yang tak lain ibu tirinya sedang berjalan ke arahnya.

“Sial,” desisnya.

“Terima kasih kamu sudah datang. Ayo masuk, Papamu ada di dalam.”

Dengan kasar Maira menepis tangan wanita itu lalu masuk ke dalam rumah untuk menemui Papanya. Namun, keadaannya tak seperti yang dia bayangkan.

“Kamu datang Maira, Papa sangat merindukanmu, Nak!” Pria paruh baya itu pun berlari ke hadapan Maira lalu memeluknya dengan erat.

“Sepertinya kecelakaan itu hanya omong kosong belaka,” tutur Maira enggan membalas pelukan pria itu.

Perlahan pria itu pun melepaskan pelukannya. “Papa benar-benar kecelakaan, tapi hanya luka ringan. Kenapa, apa kamu menyesal sudah datang ke sini?”

Maira hanya berdecak lalu menepis tangan Toni Mawardi yang tak lain papanya itu.

“Ehm, Papa memintamu datang karena Papa rindu sama kamu Maira. Apa Papa harus mati dulu agar kamu pulang menemui Papa?”

Maira menghela napasnya, jujur sebenarnya dia sangat merindukan papanya. Namun, Maira harus menahan rasa itu karena tak suka dengan ibu tirinya.

"Karena Papa baik-baik saja, sebaiknya aku pulang."

“Tunggu dulu, ada yang ingin Papa bicarakan. Ikut Papa!”

Maira pun berjalan mengikuti langkah Toni ke ruang kerjanya.

"Tutup pintunya, Papa ingin bicara empat mata denganmu."

Maira pun menurut lalu menghampiri meja kerja Toni. Di atas meja sudah ada berkas yang di simpan di sana.

“Papa sudah mengalihkan semua saham atas nama kamu, jadi tetaplah disini dan urus semua perusahaan Papa. Untuk itu Papa ingin kamu belajar berbisnis dengan Om-mu.”

Maira mengerutkan dahinya selama ini dia tak memiliki Om karena Papanya anak tunggal sama seperti dirinya, bahkan almarhum ibunya pun tak memiliki saudara.

“Om?”

“Iya, dia adik Mama Mila.”

Argh sial, mendengar namanya disebut membuat Maira kesal. “Nggak usah, aku bisa sendiri.”

“Kalau kamu nggak mau terpaksa Papa akan mengalihkan perusahaan atas nama Mamamu.”

“Ap-apa? Yang benar saja, hanya masalah sepele seperti ini Papa ingin mengganti namaku dengan nama rubah betina itu!”

“Suuuttt ... pelankan suaramu, dia bukan rubah betina tapi MAMA barumu. Pikirkan baik-baik, Papa yakin kamu akan setuju dengan keputusan Papa,” ucap Toni seolah mengerti apa yang ada di pikiran Maira.

Toni yakin putrinya tak akan setuju jika semua aset miliknya atas nama istri barunya.

“Oh ya, hari ini Om-mu akan datang atau mungkin dia sudah datang,” sambungnya melihat jam tangan.

“Secepat ini?” tanya Maira terkejut.

“Iya, Papa sudah mengatur pertemuan kalian. Bukankah lebih cepat lebih baik agar kamu segera mengurus perusahaan ini.”

"Pah, aku—"

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian keduanya. "Permisi Sayang.” Wajah Mila menyembul dari celah pintu. “Nathan sudah datang."

Nathan, mendengar namanya sedikit membuat Maira tertegun sesaat

"Baiklah, aku segera turun." Mata Toni kini beralih ke Maira. "Ayo, turun."

Mau tidak mau dia harus mengikuti kemauan papanya dari pada kehilangan segalanya.

"Bersikap baiklah, Papa tak mau namamu jelek di depan keluarga Mila."

Maira hanya diam tak peduli dengan ucapan Toni karena selama ini dia membenci ibu tirinya itu.

"Selamat datang Nathan."

Langkah Maira terhenti, matanya pun fokus ke sosok yang tak asing baginya. "Nathan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Liar Paman Tiriku   56. Bukan Cinta Terlarang

    Pelukan Nathan semakin erat, Maira hanya diam merasakan aroma tubuh pria yang begitu dia rindukan. Perlahan Nathan mengurai pelukannya, menatap kedua mata Maira dalam-dalam. Tanpa aba-aba, Nathan mencium bibir Maira. Mencurahkan kerinduannya yang beberapa hari ini tak bisa dia luapkan. “Aku akan menikah,” ucap Maira saat bibir keduanya perlahan menjauh. “Menikah?” “Hm, aku akan menikah dengan Devan,” jawab Maira sekenanya sambil melihat reaksi pria yang ada di hadapannya. Namun, pria itu hanya diam seolah tak bisa mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. “Jadi mulai sekarang jaga sikapmu karena sebentar lagi aku akan menjadi istri dari keponakanmu." "Apa kamu serius?" tanya Nathan meyakinkan diri. "Apa wajahku terlihat main-main?" Seketika Nathan tertawa. "Ayolah, hubungan kalian nggak akan berjalan dengan mulus." "Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?" "Karena aku tahu siapa Tanteku sebenarnya. Dia hanya akan memanfaatkanmu saja, apa lagi sekarang kamu seorang C

  • Gairah Liar Paman Tiriku   55. Menghindar

    Perlahan aku membuka mata saat mendengar seseorang masuk ke dalam kamar.“Mbak Aisyah sudah sadar,” ucap Aira. Aku pikir Mas Arya yang datang ternyata Aira menampilkan senyuman yang biasa dia tunjukkan.“Mbak mau minum atau makan sesuatu? Aku panggilkan Dokter dulu ya.”Sengaja aku membiarkan dia mengoceh tak mau menimpali ucapannya. Tak lama terdengar suara Mas Arya membuatku sedikit lega.Namun, bukan hanya Mas Arya yang datang tetapi mertuaku juga ikut masuk bersama Abyan.“Sayang, kamu sudah sadar?”“Iya, Mas,” jawabku lalu menoleh ke arah mertuaku. Bukannya menyapaku wanita paruh baya itu malah sibuk bermain dengan Abyan.“Aisyah, syukurlah kalau kamu baik-baik saja,” ucap ayah mertua yang mengalihkan perhatianku.“Iya, Ayah. Maaf sudah merepotkan.”Ayah hanya tersenyum lalu duduk di sofa. Bukannya ingin disapa ibu mertuaku, hanya saja wanita itu benar-benar tak menaruh perhatian untukku.“Ibu,” panggil Abyan.Suara pintu terbuka mengalihkan semua perhatian yang ada di sana. Tak

  • Gairah Liar Paman Tiriku   54. Pembalasan Maira

    Keduanya saling bertatapan, sebelum akhirnya Maira beranjak dari sofa lalu keluar dari apartemen Nathan. Dijadikan pemuas nafsu, membuat Maira geram. Angannya terlalu jauh, dia pikir bisa mengambil hati Nathan dan merubah arah pikirannya. Ternyata selama ini dia salah, tetap saja dia akan di buang jika waktunya tiba. Pagi harinya, Maira sudah siap dengan setelan kerja berwarna putih yang membalut tubuhnya. Tak lupa dia mengkerli rambutnya agar terlihat bergelombang. Saat melewati pintu apartemen Nathan dia berpura-pura tak melihat lalu masuk ke dalam lift. “Devan,” ucap Maira terkejut melihat pria itu tengah berdiri tepat saat pintu lift terbuka. “Hai.” Maira masuk ke dalam lift yang sama menuju basement apartemen. “Beberapa hari nggak ketemu banyak sekali perubahan,” puji Maira. “Berubah menjadi tampan kan? Aku yakin penampilanku ini bisa meluluhkan hatimu,” ungkapnya panjang lebar. Maira tertawa mendengar candaan yang biasa Devan ucapkan. “Hm, kamu terlihat

  • Gairah Liar Paman Tiriku   53. Hanya Pemuas Nafsu

    Maira terus mengetuk jemarinya di atas meja. Hari sudah larut tapi dia begitu gelisah dan tak bisa tidur.Dia terus melihat layar ponsel berharap Nathan menghubunginya. Namun pria itu sama sekali tak memberi kabar bahkan mengabaikan pesannya.“Apa aku ke rumahnya saja? Tapi kalau aku ke sana, ada si rubah betina yang juga tinggal di rumah itu,” gumamnya.Tak karuan, Maira pun memilih keluar dari dalam kamar untuk mencari angin. Namun, tepat saat dia membuka pintu pria yang sedari tadi dia tunggu sedang duduk di sofa.“Kapan kamu datang?” tanya Maira seraya duduk di samping Nathan.“Barusan, aku pikir kamu sudah tidur,” jawabnya.Maira menyandarkan kepalanya di bahu Nathan, merasakan aroma tubuh pria yang dia rindukan akhir-akhir ini.“Sepertinya Selly tak meninggalkan parfum ditubuhmu,” cibir Maira.“Sebelum ke sini aku sudah mandi untuk menghilangkan jejak dia.”Ucapan Nathan cukup membuat Maira memicingkan matanya. Dia lalu bergeser seolah tak ingin bersentuhan dengan Nathan.“Aku

  • Gairah Liar Paman Tiriku   52. Ancaman

    Suara dentuman pintu begitu nyaring terdengar seolah meluapkan emosi. Iya, Maira begitu kesal karena Adi berani mengancamnya dengan foto dirinya dan Nathan.“Sial, ternyata dia memata-mataiku. Apa dia masih punya foto lain? Argh, kenapa aku harus berurusan dengan dia,” kesal Maira.Tak tinggal diam Maira pun menghubungi Nathan. Terdengar suara sambungan telepon yang terhubung.[Halo.]“Kamu di mana, ada yang ingin aku bicarakan?”[Aku lagi di luar. Apa itu sangat penting? Kalau nggak kita bisa bicara lewat telepon.]“Ini tentang Selly dan dalang di balik semuanya,” ungkap Maira.[Maksudmu?]“Ternyata ada seseorang yang memata-matai kita, bahkan dia yang memberitahu Selly soal hubungan kita.”[Oh begitu.]Maira sedikit menggeser teleponnya tak menyangka dengan respon Nathan yang terdengar biasa saja.“Kamu dengar aku kan?”[Hm, kita bicara nanti.]Setelah mengatakan itu Maira terlihat sangat kesal hingga mengumpat tak jelas.Sementara itu di tempat lain, Nathan sedang duduk bersama se

  • Gairah Liar Paman Tiriku   51. Ancaman Adi

    Suasana terasa canggung saat Toni keluar dari ruang kerja Maira, meninggal mereka berdua.Maira kembali ke meja kerjanya membiarkan ibu tirinya itu berdiri di ambang pintu.“Apa ada yang ingin kamu bicarakan?” tanya Maira sinis.Mila berdecak tak percaya, sifat Maira berubah seketika saat mereka hanya berdua.“Ternyata sikapmu bisa berubah seketika.”“Aku mencoba menirumu. Bukannya kamu juga seperti itu, di depan Papa dan Nathan terlihat seperti Ibu Peri sedangkan saat nggak ada mereka wajah iblis-mu di perlihatkan,” cibir Maira tak kalah pedas.Mila berjalan mendekati Maira menatapnya dengan sinis. “Kamu sama sekali nggak mengenalku, Maira. Aku bisa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang aku inginkan.”“Uuhhh … takut. Lakukan apa yang kamu inginkan, tapi perlu kamu ingat kalau tembok saja punya telinga.”Mila mengepalkan tangannya dia lalu berbalik meninggalkan Maira begitu saja.“Dasar rubah betina, kamu pikir aku takut dengan ancamanmu,” gumam Maira.Dia lalu mengambil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status