Beranda / Urban / Godaan Penghuni Kos Puteri / Perasaan Wulan x Ungkapan Kata Hati

Share

Perasaan Wulan x Ungkapan Kata Hati

Penulis: NomNom69
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-18 14:55:48

"Ga, Ra… untuk sementara ini kamar Anita biarin kosong dulu aja ya,” kata Tante Maya sambil menutup pintu kamarnya perlahan.

“Barang-barang dia masih lengkap di dalam kan?”

Raga dan Laura yang duduk berdampingan di ruang tamu saling pandang sebentar.

“Iya, Tan,” jawab mereka hampir bersamaan.

Tante Maya melangkah mendekat, raut wajahnya tampak lelah.

“Tadi pihak kepolisian baru ngabarin,” katanya pelan.

“Katanya Anita gak punya kontak sanak saudara. Tante jadi bingung, barang-barangnya mau disimpan di mana.”

Raga menghela napas sebentar, lalu duduk lebih tegak.

“Gini, Tan,” ujarnya.

“Kalo masih ada space sekitar dua atau tiga meter, mending minta tukang buatin ruangan kecil buat gudang.”

Laura menoleh ke arah Raga, menyimak.

“Biar nanti pas udah jadi, barang-barang Anita kita pindahin ke sana dulu,” lanjut Raga.

“Jadi kamarnya bisa tetap kosong dan rapi.”

Tante Maya menyilangkan tangan di dada, tampak berpikir cukup lama.

“Hmmm…” gumamnya pelan.

“Ya udah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Maudy x Perjodohan

    “Maudyy! Kamu kok curang sih! Nyolong-nyolong Mas Raga gituu.”Pesan itu muncul di layar ponsel Maudy saat ia sedang duduk santai di tepi ranjang hotel.Maudy tertawa kecil membaca chat itu. Raga terlihat sedang membuka koper kecil di dekat sofa, punggungnya membelakangi Maudy, sibuk mengeluarkan baju ganti.Dengan jari ringan, Maudy membalas.“Yaampun Wulan sayang, kamu tenang aja yaa. Nanti aku balikin kok.”Tak lama, balasan Wulan masuk lagi.“Iyalah, balikin lho yaa. Awas aja kalo ampe ada yang kurang.”Maudy langsung menutup mulutnya, menahan tawa. Senyumnya cengengesan, matanya menyipit geli. Tanpa sadar, ia tertawa kecil agak lama.Raga menoleh dari arah sofa.“Kamu kenapa sih, Dy?” tanyanya sambil berdiri, menutup koper.Maudy buru-buru menurunkan ponselnya.“Eh, nggak apa-apa kok, Mas. Lagi whatsapp-an aja ama temen.”Raga mengangguk, lalu berjalan ke arah jendela, membuka sedikit tirai dan melihat pemandangan malam dari balik kaca.Sementara itu, Maudy kembali melirik ponsel

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Staycation x With Maudy

    “Gaa…” panggil Tante Maya yang sedang duduk santai di ruang tamu rumahnya. “Iya, Tan,” jawab Raga sambil keluar dari kamar mandi. Handuk masih melingkar di lehernya, rambutnya ia keringkan pelan sambil melangkah mendekat. “Tadi Maudy nge-WA Tante,” kata Tante Maya sambil menoleh ke arahnya. Raga berhenti di dekat sofa, lalu duduk. “WA apa, Tan?” “Dia minta izin,” lanjut Tante Maya. “Katanya mau ngajak kamu keluar.” Raga mengangkat alis sedikit. “Ngajak aku keluar? Kok dia nggak WA aku langsung ya?” Tante Maya tersenyum kecil. “Mungkin dia mau izin dulu sama Tante, baru ngomong ke kamu.” Raga mengangguk pelan. “Hm… gitu ya. Ya kalau Tante ngizinin, aku sih nggak masalah.” “Kalau kamunya mau, Tante izinin,” kata Tante Maya. “Kamu atur aja sendiri kapan perginya sama dia.” “Iya, Tan,” jawab Raga singkat. Tante Maya menatap Raga beberapa detik, lalu tersenyum dengan ekspresi setengah menggoda. “Kamu tuh idola banget di kosan, ya. Sampai Maudy yang udah nggak

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Perasaan Wulan x Ungkapan Kata Hati

    "Ga, Ra… untuk sementara ini kamar Anita biarin kosong dulu aja ya,” kata Tante Maya sambil menutup pintu kamarnya perlahan. “Barang-barang dia masih lengkap di dalam kan?” Raga dan Laura yang duduk berdampingan di ruang tamu saling pandang sebentar. “Iya, Tan,” jawab mereka hampir bersamaan. Tante Maya melangkah mendekat, raut wajahnya tampak lelah. “Tadi pihak kepolisian baru ngabarin,” katanya pelan. “Katanya Anita gak punya kontak sanak saudara. Tante jadi bingung, barang-barangnya mau disimpan di mana.” Raga menghela napas sebentar, lalu duduk lebih tegak. “Gini, Tan,” ujarnya. “Kalo masih ada space sekitar dua atau tiga meter, mending minta tukang buatin ruangan kecil buat gudang.” Laura menoleh ke arah Raga, menyimak. “Biar nanti pas udah jadi, barang-barang Anita kita pindahin ke sana dulu,” lanjut Raga. “Jadi kamarnya bisa tetap kosong dan rapi.” Tante Maya menyilangkan tangan di dada, tampak berpikir cukup lama. “Hmmm…” gumamnya pelan. “Ya udah

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Pengumuman Baru Kosan x Perubahan

    Malam pun tiba, saung kosan terlihat lebih ramai dari biasanya. Semua penghuni sudah hadir dan duduk melingkar. Raga datang membawa termos kopi dan teh, sementara Laura menenteng beberapa bungkus camilan yang langsung diletakkan di tengah. Suasana awal cukup cair, ada obrolan ringan, tawa kecil, dan candaan khas penghuni kos yang sudah saling kenal lama. Tak lama kemudian, Tante Maya datang dari arah rumah, tersenyum sambil melangkah ke saung dan ikut duduk bersama mereka. “Udah kumpul semua?” tanya Tante Maya sambil menatap satu per satu. “Udah, Tan!” jawab mereka hampir bersamaan. Tante Maya tersenyum, menghela napas pendek, lalu memulai pertemuan. “Assalamualaikum semuanya. Makasih ya udah mau nyempetin dateng malam ini.” Semua mengangguk, obrolan pelan langsung mereda. Perhatian tertuju ke Tante Maya. “Ada beberapa hal yang mau Tante sampaikan,” lanjutnya tenang. “Yang pertama, kita bakal nambah empat kamar kosan lagi. Sekarang proses pembangunannya sudah mulai.” B

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Busted! Anita!

    “Ga! Buruan kamu ke kosan.” Raga yang baru saja selesai mandi sore itu langsung meraih kaus, mengenakannya seadanya. Rambutnya masih basah saat ia keluar rumah dan melangkah cepat menuju kosan. Firasat buruk menekan sejak langkah pertama. Begitu tiba di depan gerbang, langkah Raga mendadak melambat. “Martin…?” gumamnya pelan. Di halaman kosan, Martin terlihat berjalan turun dari arah tangga bersama beberapa anggota tim reserse narkoba. Di tengah mereka, Anita berjalan tertunduk. Kedua tangannya diborgol, wajahnya pucat, tanpa riasan, jauh dari kesan santai yang biasa ia tunjukkan. Beberapa warga sekitar sudah berkumpul di depan gerbang. Ada yang berbisik, ada yang terang-terangan memandang dengan rasa penasaran. Suasana kosan yang biasanya tenang berubah riuh oleh desas-desus dan tatapan ingin tahu. Pandangan Raga menyapu cepat ke dalam. Di dapur, Laura duduk diam di samping Tante Maya. Tidak ada obrolan. Tidak ada air mata. Hanya wajah tegang dan mata yang kosong. Raga

  • Godaan Penghuni Kos Puteri   Satu Jaringan Tertangkap

    “Hah!? Farhan ketangkep?” suara Anita refleks meninggi sebelum buru-buru ia tekan lagi. Ponsel menempel di telinga, sementara langkahnya mondar-mandir di kamar. “Iya, Nit. Gue dapet kabar dari anak-anak kemarin,” suara Dede terdengar lebih tenang. Anita berhenti di dekat jendela, satu tangannya menekan pelipis. “Terus sekarang gimana? Kok bisa sih?” napasnya agak tersengal, dan mulai merasa panik. “Sementara stop dulu deh semua transaksi,” jawab Dede cepat. “Tunggu situasi bener-bener aman. Kita gak tau apa yang di nyanyiin Farhan ke polisi nanti.” Anita menghela napas panjang, lalu berbalik dan duduk di tepi ranjang. Matanya kosong menatap lantai. “Terus acara di vila gimana?” tanyanya ragu. “Itu kan udah direncanain dari jauh hari.” “Itu tetep jadi, Nit,” kata Dede. “Nggak enak sama yang lain. Lagian vilanya juga udah dibayar.” Anita terdiam sejenak. “Aman nggak?” suaranya kini jauh lebih pelan, hampir seperti bisikan. “Aman. Lo tenang aja,” Dede menegaskan. “Farhan ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status