Raga menunduk, wajahnya benar-benar pucat. Ucapannya berulang kali hanyalah permohonan maaf, seolah tak ada jalan keluar selain berharap Maudy luluh. Di depan matanya, Maudy tampak semakin menikmati posisi unggulnya. “Kamu tau kan, alat itu hal yang sensitif buat perempuan, Mas?” ucap Maudy dengan nada menekan. “I-iya, maaf Dy,” jawab Raga pelan. Hanya kata maaf yang bisa keluar dari mulutnya saat itu. Maudy mencondongkan tubuhnya, matanya tajam menatap Raga. “Apa jangan-jangan waktu kamu di depan kamarku malam-malam itu… kamu abis nguping ya?” Raga langsung terdiam, keringat dingin membasahi pelipisnya. “Ngaku, Mas!” suara Maudy meninggi, penuh desakan. “I-iyaa… aku nggak sengaja, Dy. Sumpah, maaf. Tolong jangan aduin ke Tante Maya. Nanti aku dipecat… plis…” Raga memohon, suaranya nyaris bergetar. Maudy bersandar lagi ke sandaran ranjang, menatap Raga dengan senyum tipis. “Duh, gimana ya… aku nggak punya pilihan lain, kecuali—” “Aku bakal lakuin apa aja. Tapi jangan a
Terakhir Diperbarui : 2025-10-04 Baca selengkapnya