Share

GLP10

last update Last Updated: 2025-07-22 18:00:15

Runa mendongakkan kepalanya, ia dapat melihat sesuatu bergerak dengan sensual di leher Kian, beberapa senti dari wajahnya. Ia menelan salivanya, menahan hasratnya yang tiba-tiba saja datang.

Namun, Kian seperti bisa merasakan kegelisahannya. Lelaki itu meraih pinggang Runa dan menariknya lebih dekat. Saking dekatnya, Runa dapat mendengar dan merasakan hembusan napasnya yang sedang beradu.

Sentuhan itu … Runa tak dapat mengingkari bahwa sisi manusianya merindukan sentuhan itu. Sentuhan penuh cinta dan gairah yang tak pernah didapatkan dari suaminya. Sentuhan yang menyatakan kepedulian, perasaan cinta dan perasaan diinginkan.

Runa melingkarkan kedua tangannya di leher Kian. Perlahan ia berjingkat dan mengecup lembut leher Kian. Merasakan sesuatu yang terlihat sensual di matanya, sementara jemari tangannya membelai setiap lekuk pahatan indah otot perut Kian,

“Runa ….” Suara serak itu terdengar begitu erotis di telinga Runa, seperti sedang memujany
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
serahkan semua pada Kian pasti beres Runa.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP42

    Juwita mengangkat wajahnya perlahan, ia masih ragu. "Run … ini sudah klien besar kedua yang mundur dalam minggu ini."Runa memejamkan mata sejenak, lalu membukanya lagi dengan tatapan tajam. "Oke. Catat baik-baik. Kita akan buat daftar semua klien yang mundur, beserta alasan mereka. Aku mau tahu siapa yang menghubungi mereka sebelum keputusan itu diambil.""Baik … tapi —""Nggak ada tapi." Runa memotong cepat, lalu duduk di kursinya. "Kalau mereka mau main kotor, kita nggak akan diam. Darrel pikir dia bisa tekan aku lewat bisnis? Salah besar."Juwita menggenggam tablet lebih erat. "Run,aku … aku cuma takut ini bakal makin besar."Runa menatapnya lama. "Wit, dengar. Kita sudah terlalu jauh untuk mundur. Kalau mereka mau perang, kita kasih perang. Tapi kali ini … kita yang pilih medannya."Juwita mengangguk pelan, tapi ekspresinya masih khawatir. Ia berbalik menuju pintu, lalu berhenti. "Run … kamu hati-hati, sepertinya Darrel nggak main-main."Runa tersenyum tipis, senyum yang lebih mi

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP41

    Telepon di meja Runa bergetar keras, tapi ia justru menutupnya dan menekan tombol panggil setelah memilih nomor Darrel. Setiap nada tunggu membuat darahnya berdesir lebih cepat, hingga akhirnya suara itu terdengar di telinganya. Datar dan nyaris tanpa emosi.“Runa.”“Jangan pura-pura nggak tahu.” Suara Runa tajam, tanpa ucapan salam. “Aku baru saja lihat live stream itu. Litha, di depan ratusan ribu orang, memainkan narasi yang jelas-jelas menjatuhkan aku. Dan kamu … membiarkannya.”Terdengar tawa kecil di ujung sana, tawa pendek yang dingin. “Membiarkannya? Runa, aku tidak bisa mengontrol semua orang, apalagi Litha.”Runa mengepalkan tangan. “Omong kosong. Aku yakin dia nggak akan bisa ngomong se-presisi itu tanpa ada yang membisikinya. Dan satu-satunya orang yang diuntungkan dari semua ini adalah —”“Cukup.” Nada suara Darrel berubah tajam, memotong kalimatnya. “Kalau kamu mau nuduh aku, pastikan kamu siap dengan bukti. Atau … sebenarnya kamu cemburu karena aku nggak pernah punya ha

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP40

    Pagi itu, kantor masih sunyi. Hanya suara kipas pendingin dan derit kursi yang mengisi ruang. Runa baru saja membuka laptopnya ketika suara langkah terburu-buru terdengar dari arah koridor. Juwita muncul di pintu dengan wajah pucat dan napas tersengal, seperti baru saja berlari dari ujung gedung.“Run …” suaranya parau, matanya lebar. “Kamu harus lihat ini. Sekarang.”Tanpa menunggu persetujuan, Juwita menaruh ponselnya di atas meja kerja Runa. Layar menampilkan sebuah siaran langsung di media sosial yang sudah ditonton puluhan ribu orang.Di layar, Litha duduk di kursi beludru abu-abu, di depan meja kaca dengan bunga putih yang disusun rapi. Latar belakangnya sederhana, tapi pencahayaan sempurna membuat kulitnya terlihat bercahaya. Gaun biru pastel yang ia kenakan memberi kesan lembut yang rapuh.“Pagi ini …” suara Litha terdengar rendah, nyaris gemetar, “saya memutuskan untuk bicara … setelah sekian lama saya memilih diam.”Ia berhenti sebentar, menunduk, dan menarik napas panjang.

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP39

    Malam sudah sangat larut saat pintu apartemen terbuka perlahan. Darrel masuk dan menutupnya tanpa suara. Gerakannya tenang, tapi berat seperti seseorang yang baru saja menjalani jam-jam panjang penuh basa-basi dan senyum palsu. Aroma parfum kayu yang hangat langsung menyusup ke ruangan, mendahului sosoknya. Jas hitamnya basah di bagian bahu, rambutnya sedikit acak akibat hujan.Litha duduk di sofa, kaki disilangkan dengan posisi yang tampak santai tapi penuh perhitungan. Gaun satin tipis berwarna gelap terlihat cantik dengan warna kulitnya yang kontras, mengikuti lekuknya dengan kilau lembut yang hampir terlalu intim untuk malam yang dingin. Rambutnya terurai agak berantakan, eyeliner-nya juga mulai memudar. Di meja kopi, segelas wine merah hanya tersisa setengah, namun jemarinya memegangnya seolah tak akan melepaskan.“Kamu datang juga,” suaranya datar, nyaris dingin, tanpa menoleh.Darrel menggantung jasnya di kursi makan, lalu berjalan pelan, tatapannya mengikuti Litha dari ujung k

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP38

    Restoran itu temaram diterangi cahaya lilin yang bergoyang lembut di setiap meja. Dindingnya berlapis kayu tua mengkilap, aroma rempah hangat bercampur samar dengan bau anggur merah yang baru dibuka. Musik jazz pelan mengalun dari sudut ruangan, seakan ingin menenangkan, tapi justru membuat udara di antara mereka terasa semakin berat.Runa melangkah masuk, tumit sepatunya beradu dengan lantai kayu, setiap langkah terdengar mantap dengan irama yang sempurna. Matanya menangkap sosok Darrel yang sudah duduk di meja pojok, jas hitamnya rapi, dasinya tertata sempurna, dan di bibirnya tersungging senyum tipis. Senyum yang bagi kebanyakan orang tampak hangat, tapi bagi Runa justru terasa seperti jerat yang siap mengencang.“Kamu cantik sekali malam ini, Sayang,” ucap Darrel sambil bangkit, menarik kursi untuknya dengan gerakan yang terlalu manis untuk bisa dipercaya.Runa duduk perlahan, menatapnya datar. “Kamu tidak bilang akan ada makan malam seperti ini.”Darrel mengangkat alis, tersenyum

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP37

    Pagi itu udara di kantor terasa lebih dingin dari biasanya. Rasa dingin itu bukan hanya datang dari pendingin ruangan, tapi dari tatapan diam-diam yang mengikutinya sejak melewati pintu lobi, dari balik layar komputer, dari meja resepsionis, bahkan dari lorong tempat beberapa rekan-rekan kerja Runa yang berdiri sambil pura-pura ngobrol.Tumit sepatu Runa beradu dengan lantai marmer, menghasilkan bunyi jernih yang terdengar terlalu nyaring, seolah setiap langkahnya mengumumkan keberadaannya kepada semua orang yang sudah lebih dulu membaca berita pagi ini. Bunyi itu memantul di kepalanya, selaras dengan detak jantungnya yang semakin cepat.Ia tak perlu membuka ponsel untuk tahu apa yang terjadi. Semalam, ia sudah melihat semuanya, tepat ketika ia berbaring gelisah di tempat tidur, mencoba memejamkan mata. Ia bisa melihat notifikasi masuk bertubi-tubi dari grup-grup chat kantor yang riuh, pesan dari nomor tak dikenal, tautan berita dengan judul tebal yang di layar ponselny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status