Share

GLP43

last update Last Updated: 2025-08-16 18:26:04

Runa baru saja melangkah melewati koridor utama ketika suara langkah cepat dan napas terburu-buru terdengar di belakangnya.

“Runa! Tunggu!” panggil Juwita sambil sedikit berlari kecil.

Runa menoleh sekilas. “Kenapa, Juwita?”

Tanpa menjawab, Juwita memberikan sebuah koran yang sudah agak kusut di genggamannya. “Kamu harus lihat ini. Sekarang.”

Runa meraih koran itu sambil terus berjalan ke ruangannya. Begitu matanya menyapu halaman depan, langkahnya otomatis terhenti. Dalam artikel besar di halaman terdepannya terpampang jelas gambar dirinya dan Kian Mahesa. Pinggangnya dalam genggaman Kian, bibir mereka bersatu, seolah tanpa dunia di sekitar.

Judul tebal menyalanya begitu memprovokasi bahkan menyebutkan namanya dengan tegas.

“Skandal Bisnis dan Asmara Kian Mahesa dan Runa Kartika”

Tenggorokannya kering seketika. Ia melipat koran itu, tapi jemarinya terasa dingin. “Siapa yang melakukan ini? Ah, tidak mungkin ini cuma kebetulan.”

Begitu pintu ruangannya tertutup, telepon meja berdering
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP46

    Pintu kaca Karsa dan Rekan berayun terbuka, suara hak tinggi Runa memantul di lantai marmer dingin. Tubuhnya tegak, langkahnya terlatih, namun pandangannya langsung kaku ketika sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan pintu utama.Dari balik pintu mobil, Darrel keluar. Jas hitamnya masih rapi, dasinya terikat sempurna, dan di tangannya ada seikat mawar putih, kontras sekali dengan sosok dingin yang biasanya ia tampilkan.“Runa.”Suaranya terdengar datar, berlapis sopan santun tipis yang nyaris terdengar dipaksakan. Senyum kecil muncul di bibirnya, dan kali ini terlihat lebih meyakinkan. Seperti senyum seorang suami yang puas karena citranya berhasil dipulihkan kembali.Kilatan kamera segera kembali memercik. Wartawan yang masih bertahan setelah konferensi pers tadi, langsung bergerak mendekat saat mencium drama baru yang akan terhidang. Suara bisik-bisik terdengar, kamera diangkat tinggi, momen diabadikan.Runa berhenti sejenak. Dadanya naik-turun, detak jantungnya menggema di telin

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP45

    Runa berdiri tegak di depan meja panjang dengan deretan mikrofon. Blitz kamera berkedip-kedip tanpa henti. Suara jurnalis yang berdesakan terdengar riuh, namun sorot mata Runa tetap tenang. Ia sudah menyiapkan setiap kata, setiap langkah.Suasana hening seketika saat Runa mengangkat tangannya.“Terima kasih atas kehadiran rekan-rekan media. Saya mengerti ada banyak spekulasi yang beredar. Malam ini, saya ingin meluruskan semuanya, tanpa rekayasa, tanpa menutup-nutupi. Silakan ajukan pertanyaan.”Tangan-tangan langsung teracung. Wartawan pertama langsung menyampaikan pertanyaannya.“Apa benar Ibu Runa sudah pisah ranjang dengan Pak Darrel?”Sorot kamera menyorot wajahnya. Runa menarik napas singkat sebelum menjawab, nada suaranya jernih.“Rumah tangga adalah ranah pribadi. Namun untuk menghormati publik, saya akan jawab. Tidak ada yang namanya pisah ranjang. Saya masih tinggal di rumah yang sama dengan suami saya. Apapun dinamika internal, itu bukan konsumsi gosip, melainkan sesuatu ya

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP44

    Robert tidak membuang waktu. Begitu Runa duduk, sebuah flashdisk kecil diletakkan di atas meja. Gerakannya sederhana, nyaris tanpa suara. Benda mungil itu bagai sebuah peluru yang tidak terlihat berbahaya, namun sanggup meruntuhkan nama, karier, bahkan hidup seseorang.“Semua jawaban ada di sini,” ucap Robert dengan nada terukur, sengaja menahan kerasnya suara, seolah tidak ingin kalimatnya terdengar oleh siapapun kecuali Runa.Tatapan Runa jatuh ke arah flashdisk itu. Matanya menyipit, tidak segera menyentuhnya. Seperti seorang pemain catur yang menimbang setiap langkah. Ia menahan diri, bukan karena ragu, tetapi karena tahu betul nilai dari benda itu. Senjata atau jebakan, ia belum bisa menentukan sebelum mendengar isi yang sesungguhnya.“Beri aku inti utamanya,” katanya akhirnya, suaranya datar tapi menyimpan ketegangan.Robert condong ke depan. Jemarinya bertaut di atas meja, sorot matanya serius. “Akun anonim yang mengirim foto-foto itu ke media memakai sistem enkripsi ganda. Rum

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP43

    Runa baru saja melangkah melewati koridor utama ketika suara langkah cepat dan napas terburu-buru terdengar di belakangnya.“Runa! Tunggu!” panggil Juwita sambil sedikit berlari kecil.Runa menoleh sekilas. “Kenapa, Juwita?”Tanpa menjawab, Juwita memberikan sebuah koran yang sudah agak kusut di genggamannya. “Kamu harus lihat ini. Sekarang.”Runa meraih koran itu sambil terus berjalan ke ruangannya. Begitu matanya menyapu halaman depan, langkahnya otomatis terhenti. Dalam artikel besar di halaman terdepannya terpampang jelas gambar dirinya dan Kian Mahesa. Pinggangnya dalam genggaman Kian, bibir mereka bersatu, seolah tanpa dunia di sekitar.Judul tebal menyalanya begitu memprovokasi bahkan menyebutkan namanya dengan tegas.“Skandal Bisnis dan Asmara Kian Mahesa dan Runa Kartika”Tenggorokannya kering seketika. Ia melipat koran itu, tapi jemarinya terasa dingin. “Siapa yang melakukan ini? Ah, tidak mungkin ini cuma kebetulan.”Begitu pintu ruangannya tertutup, telepon meja berdering

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP42

    Juwita mengangkat wajahnya perlahan, ia masih ragu. "Run … ini sudah klien besar kedua yang mundur dalam minggu ini."Runa memejamkan mata sejenak, lalu membukanya lagi dengan tatapan tajam. "Oke. Catat baik-baik. Kita akan buat daftar semua klien yang mundur, beserta alasan mereka. Aku mau tahu siapa yang menghubungi mereka sebelum keputusan itu diambil.""Baik … tapi —""Nggak ada tapi." Runa memotong cepat, lalu duduk di kursinya. "Kalau mereka mau main kotor, kita nggak akan diam. Darrel pikir dia bisa tekan aku lewat bisnis? Salah besar."Juwita menggenggam tablet lebih erat. "Run,aku … aku cuma takut ini bakal makin besar."Runa menatapnya lama. "Wit, dengar. Kita sudah terlalu jauh untuk mundur. Kalau mereka mau perang, kita kasih perang. Tapi kali ini … kita yang pilih medannya."Juwita mengangguk pelan, tapi ekspresinya masih khawatir. Ia berbalik menuju pintu, lalu berhenti. "Run … kamu hati-hati, sepertinya Darrel nggak main-main."Runa tersenyum tipis, senyum yang lebih mi

  • Gairah Liar Pernikahan   GLP41

    Telepon di meja Runa bergetar keras, tapi ia justru menutupnya dan menekan tombol panggil setelah memilih nomor Darrel. Setiap nada tunggu membuat darahnya berdesir lebih cepat, hingga akhirnya suara itu terdengar di telinganya. Datar dan nyaris tanpa emosi.“Runa.”“Jangan pura-pura nggak tahu.” Suara Runa tajam, tanpa ucapan salam. “Aku baru saja lihat live stream itu. Litha, di depan ratusan ribu orang, memainkan narasi yang jelas-jelas menjatuhkan aku. Dan kamu … membiarkannya.”Terdengar tawa kecil di ujung sana, tawa pendek yang dingin. “Membiarkannya? Runa, aku tidak bisa mengontrol semua orang, apalagi Litha.”Runa mengepalkan tangan. “Omong kosong. Aku yakin dia nggak akan bisa ngomong se-presisi itu tanpa ada yang membisikinya. Dan satu-satunya orang yang diuntungkan dari semua ini adalah —”“Cukup.” Nada suara Darrel berubah tajam, memotong kalimatnya. “Kalau kamu mau nuduh aku, pastikan kamu siap dengan bukti. Atau … sebenarnya kamu cemburu karena aku nggak pernah punya ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status