Share

Sesi Terapi Kejiwaan 1

Semalam Leon memuaskan hasratnya dengan tak tanggung-tanggung, Annabella adalah partner ranjang yang aktif dan tidak membosankan. Entah karena faktor fisik Leon yang sangat menarik atau partner ranjangnya yang sangat puas sehingga menginginkan lagi dan lagi, mereka melakukan percintaan itu berulang-ulang hingga kelelahan.

Alarm ponsel Leon berbunyi tanpa henti berusaha menarik kesadarannya dari alam mimpi. Akhirnya, Leon tersadar bahwa pagi ini dia memiliki janji dengan Dokter Evita di RS. Siloam Internasional.

"Damn!" rutuknya karena bangun kesiangan.

Leon segera berlari ke kamar mandi lalu menyalakan shower air dingin untuk memaksa sel-sel tubuhnya untuk bangun. Dia menyabuni tubuhnya lalu membilasnya dengan cepat. Kemudian memakai handuk untuk mengeringkan tubuhnya sambil mencari pakaian di walk-in-closet miliknya. 

Dia pun menyambar gantungan setelan jas warna hitam dan kemeja biru langit dengan dasi ungu tua bergaris diagonal. Leon memakainya secepat yang dia bisa karena dia hampir terlambat untuk berangkat ke rumah sakit.

Janji terapi kejiwaan bagi dirinya yang teramat sangat waras, menurut Leon sendiri. Dia bersemangat untuk memenuhi janji terapi itu karena Dokter Evita yang membuatnya penasaran itu. Obyek obsesi barunya yang sedikit jual mahal.

Leon menyambar kunci mobil Lamborghini gold-nya. Dia menatap tubuh Annabella yang polos di atas ranjangnya dan tersenyum puas. Dia akan menyuruh Adri, sekretarisnya untuk membereskan kekacauan semalam dan mengantar wanita itu pulang ke kost-nya. 

Dia tidak ada urusan lagi dengan wanita itu karena pembayaran kencan satu malamnya sudah dibayar di muka. Nilainya 30 juta, dia yang mentransfer dana itu pada hari sebelumnya ke rekening Annabella Berliana.

Pengawal pribadinya sudah siap di lobi. Mobil Lamborghini miliknya juga sudah diantar oleh vallet parking di depan pintu lobi. Leon segera menaiki mobil itu lalu memacunya ke RS. Siloam Internasional. 

Di perjalanan, Leon menghidupkan earphone bluetooth-nya untuk menelepon Adrian.

"Halo, Adri. Datanglah ke penthouse-ku untuk mengurusi Annabella. Antar dia pulang ke kostnya," ujar Leon dengan singkat, jelas.

"Baik, Pak Leon," sahut Adrian dengan jawaban yang singkat.

Leon mematikan panggilan itu lalu berkonsentrasi pada jalanan. 

Setelah memacu mobilnya di jalanan kota Jakarta yang masih sedikit sepi di pagi hari. Beruntung dia tidak terjebak kemacetan pagi ini. Leon pun sampai di parkiran Rumah Sakit Siloam International. Dia segera memarkir mobilnya dengan benar lalu turun menuju ke tempat praktik psikolog.

"Selamat pagi, Suster. Saya sudah membuat janji terapi pagi dengan Dokter Evita atas nama Vladimir Leon Indrajaya," ujar Leon pada suster jaga di meja pendaftaran pasien kejiwaan.

Mata suster jaga itu lebih ke arah kagum ketika melihat wajah Leon yang memang sangat tampan. Dia pun terbata-bata menjawab, "Ehh ... ohh ... i-- iya ada janji terapi Anda di daftar pasien, Tuan Vladimir. Silakan langsung masuk ke ruang 1. Dokter Evita ada di dalam."

Tanpa membuang waktu lagi, Leon melangkahkan kakinya ke ruang 1. Dia mengetoknya 3 kali sebelum membuka pintu. Dan di sanalah wanita muda cantik itu, tampak begitu rapi dan profesional dengan sneli putihnya sedang duduk di meja menekuri sebuah buku. Novel? Atau buku kedokteran?

"Selamat pagi, Dokter Eve," sapa Leon sembari melemparkan senyum mautnya yang selalu berhasil membuat jantung kaum Hawa mendadak aritmia.

Dokter Evita mengangkat wajahnya dari buku yang sedang dia baca. Leon duduk di hadapan mejanya melihat cover buku yang tadi dibaca Dokter Evita. 

'Aahh Twilight Saga! Seorang dokter yang romantis rupanya ...,' batin Leon. 

"Selamat pagi, Tuan Leon. Anda tidak terlalu terlambat pagi ini. Saya pikir akan menunggu satu jam lagi seperti janji terapi yang pertama," goda Dokter Evita karena Leon sudah terlambat 15 menit dari janji terapi mereka.

"Bukan aku yang salah, Dok. Kemacetan kota Jakarta yang membuatku terlambat. Jadi apa yang Anda ingin lakukan padaku pagi ini?" balas Leon. Dia membatin sambil tersenyum, 'Sesuatu yang romantis mungkin ...'

Senyuman Leon memang membuat pria muda itu menjadi sangat tampan, Dokter Evita pun tidak menyangkalnya dalam hatinya. 

"Tolong pindah ke kursi panjang di sana, Tuan Leon. Kita akan menjalani hipnoterapi untuk membuka satu per satu lapisan yang keras dari sumber trauma masa kecil Anda. Ayo ...," ujar Dokter Evita lalu berdiri dan berjalan di samping Leon.

Dari tempat dia berjalan, Leon dapat menghirup aroma parfum Dokter Evita, lavender, mawar, dan lemon yang terasa segar dan lembut. Rasanya dia ingin menyurukkan wajahnya ke ceruk leher dokter cantik itu.

"Ehh ... apa aku boleh tahu merk parfum Dokter Eve?" tanya Leon penasaran sembari duduk di atas kursi panjang setengah berbaring menatap mata hijau zamrud itu.

"Tom Ford Lavender Extreme. Apa Anda suka atau tidak suka aromanya?" balas Dokter Evita dengan tenang duduk di kursi di sebelah Leon.

Leon terkekeh lalu menjawab, "Sangat suka hingga ingin memelukmu, Dok. Tapi, aku takut Dokter Eve salah paham nanti."

Wajah Dokter Evita sontak merona mendengar perkataan Leon yang begitu frontal. Dia pun berkata, "Saya tidak memeluk pasien bila tidak diperlukan sebagai bagian terapi kejiwaan, Tuan Leon. Pelukan itu juga sebuah terapi relaksasi pada pasien yang mengalami serangan kepanikan atau anxiety. Saya rasa Anda tidak panik saat ini."

'Panik kehilanganmu, Dok ... panik karena kau terlalu sulit ditaklukkan seolah aku kehilangan pesonaku ketika berhadapan denganmu,' gerutu Leon dalam hatinya.

"Pejamkan mata Anda ... rileks ... tarik napas dalam-dalam ... hembuskan ... kosongkan pikiran ... gelap ... dalam hitungan ketiga Anda akan tertidur ... satu ... dua ... tiga ...," ucap Dokter Evita memberikan sugesti hipnotisnya.

Suara lembut Dokter Evita membuatnya mengantuk ditambah tubuhnya yang kelelahan pasca pertarungan bergairahnya dengan Annabella semalaman. Leon tak sadar dengan terapi yang dilakukan Dokter Evita.

"Vladimir Leon Indrajaya, kita berada di usia 3 tahun, apa kamu mengingat memori yang indah atau buruk?" tanya Dokter Evita dengan suara yang setenang air danau dan sejuk.

Leon menjawab dengan mata tertutup, "Aku sangat bahagia dimanjakan oleh papi dan mami. Mungkin aku anak paling bahagia sedunia, mereka orang tua yang terbaik. Namun, mami sering menangis diam-diam setelah bertemu teman-temannya. Itu membuatku ikut sedih."

Mendengar perkataan Leon, Dokter Evita bisa sedikit memiliki gambaran akan hal yang jadi akar permasalahan kepribadian Leon yang keras dan kasar. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya.

Kemudian Dokter Evita berkata lagi, "Vladimir Leon Indrajaya, kita sedang berada di usia 5 tahun, seperti apa kenangan yang paling membekas di ingatanmu, ceritakanlah?"

Leon bergerak-gerak di kursinya dengan gelisah lalu berteriak penuh amarah, "Lepaskan Mamiku! Kalian wanita brengsek, sok suci! Kalian tidak berhak menghakimi Mamiku! Menyingkir dari kami ... Mami jangan menangis, Leon di sini! Mami ... berhenti menangis." Leon terisak dalam tangis seperti anak kecil.

Dokter Evita pun berdiri membelai kepala Leon dan memeluknya, itu adalah serangan panik dari masa lalu. Perlahan emosi Leon kembali normal, sepertinya cukup sampai di usia 5 tahun dulu hipnoterapi hari ini, pikir Dokter Evita. Bila terlalu memaksa akan sangat berbahaya dan mempengaruhi mood pasien sepanjang hari.

Dia pun membaringkan kembali kepala Leon di sandaran kursi panjang, tempat pria itu setengah berbaring. Kemudian Dokter Evita mengirimkan sugesti mengakhiri hipnotis, "Vladimir Leon Indrajaya, kembali ke masa kini. Bangunlah ... berjalanlah menuju titik terang itu ... lalu buka matamu perlahan ... satu ... dua ... tiga ... buka matamu!" 

Kemudian Leon pun membuka matanya dan tidak teringat apapun, pandangannya sedikit berkunang-kunang. Selain itu, dia sedikit merasa sedih dan matanya agak basah juga. Dia menoleh ke arah Dokter Evita dengan bingung lalu bertanya, "Apa yang terjadi, Dok? Kenapa aku menangis?"

Dokter Evita menggenggam tangan Leon lalu menjawab, "Tadi kita berjalan menyusuri masa kecilmu. Itu sepertinya membuat Anda tidak nyaman. Maafkan saya, tapi kita akan mencoba menyembuhkan luka-luka di jiwa Anda, Tuan Leon. Melepaskan akar yang pahit yang tertanam begitu dalam akan sangat melegakan. Percayalah pada saya!"

Mata Leon menatap ke dalam mata hijau zamrud itu dan terdiam ...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
adem gak Le? AC aja kalah yaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status