Home / Romansa / Gairah Liar Presdir Posesif / 21. Dia Mengetahui Semuanya?

Share

21. Dia Mengetahui Semuanya?

Author: Caramelodrama
last update Last Updated: 2024-12-03 17:48:35

“Ba-bagaimana Bapak bisa mengetahui bahwa saya memiliki anak?” tanya Ziandra dengan nada heran kepada sang Bos di handphone.

Aldric tertawa, kekehannya terdengar jelas di telinga Ziandra.

“Tentu, Zia. Menurutmu kenapa aku bisa menjadi pengusaha besar di Sangria? Itu karena aku memiliki banyak mata dan telinga yang tersebar di mana pun. Tak ada yang lolos dari pengamatanku, termasuk kamu.” Aldric menjabarkan dengan sikap arogan yang menyebalkan di mata Ziandra.

Tapi mau bagaimanapun, Aldric memang pantas untuk arogan dan menyombongkan kemampuannya di dunia bisnis. Perusahaan besarnya yang menggurita tidak bisa diabaikan.

Ziandra tidak bisa memikirkan dugaan lain mengenai Aldric tahu dia memiliki putri.

“Maaf, Pak, saya tidak bermaksud menyembunyikan perihal putri saya, Clara.” Ziandra menggenggam erat handphone-nya sembari berharap Aldric tidak memberikan hukuman padanya.

“Oh! Tak masalah mengenai itu, Zia. Aku bukan orang kolot yang meributkan mengenai anak.” Aldric menjawab.

Pria ber
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Liar Presdir Posesif   90. Untuk Apa Datang?

    Ziandra membeku di tempatnya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Satu nama yang tak dia harapkan muncul malam itu, justru kini berdiri di ambang pintu.“Ke-kenapa?”Aldric tersenyum tipis. Dibalut mantel hitam elegan, dengan rambut yang tertata rapi dan aroma khas yang langsung menyeruak ke hidung Ziandra, pria itu tampak seperti keluar dari adegan film.Di tangannya, dia membawa satu kantong besar berisi boneka dan beberapa bungkusan makanan.“Maaf kalau aku datang tanpa kabar. Tapi Clara bilang tadi sore kalau dia suka boneka beruang. Aku pikir, tak ada salahnya jadi ‘Om baik’ sekali lagi,” ucap Aldric santai, pandangannya hangat tertuju ke ranjang pasien.Ziandra melirik ke arah Susan yang masih berdiri mematung di samping meja.Wajah ibunya terlihat canggung. Tak heran—bagaimanapun, Susan sudah dicekoki berbagai tuduhan Dion dan Namila mengenai Ziandra menjalin hubungan terlarang dengan bosnya sendiri.Kini pria itu datang ke hadapan mereka, nyata, nyata sekali.“Oh…”

  • Gairah Liar Presdir Posesif   89. Pancingan Tetangga

    “Oh, aku orangnya simple, Bu, Kalau dia wanita baik dan masih ingin jadi istriku, yah dia pasti tidak akan macam-macam di luar sana. Tapi kalau dia tidak bisa menjaga kepercayaan yang aku beri, itu artinya dia bukan yang terbaik untukku.”Dion menyahut dan kemudian tersenyum ke Namila yang membalas senyumnya. Si tetangga pun manggut-manggut.“Mas Dion ini orangnya serba nerima, Bu. Dia laki-laki yang tidak suka ribet. Makanya asal percaya saja ke mbak Zia. Sekarang tinggal mbak Zianya saja, bisa menjaga kepercayaan atau tidak.” Namila menambahkan.Si tetangga masih manggut-manggut.Yang membuat si tetangga terheran-heran, Dion dengan santai menaruh satu lengan di bahu Namila, merangkul tanpa risih.“Wah, kalian sepertinya sangat akrab, yah!” Si tetangga tanpa ragu memberikan sindiran halus atas sikap Dion ke Namila.Menilik arah pandangan si tetangga ke rangkulan Dion pada bahu Namila, pria itu tak kurang kata-kata.“Ah, dia ini sudah seperti adik kandungku, Bu. Mila dan aku sudah san

  • Gairah Liar Presdir Posesif   88. Yang Penting Kuat Buka Kaki

    Namun, Ziandra lekas menyahut sebelum suaminya berujar lebih banyak. “Diam saja kalau masih ingin menerima uang di bulan depan.”Dia sudah kehilangan penghormatan pada suaminya sejak Dion berselingkuh dengan Namila dan tidak merasa bersalah padanya.‘Maaf, Mas, bukan aku lancang padamu, tapi itu karena kamu sendiri. Andaikan kamu tidak berselingkuh dengan adikku dan dengan wanita lain, aku mungkin masih bertahan menaruh hormat padamu.’ Hati kecilnya berbisik.Dion langsung terdiam dan mendecih kesal. Dikarenakan butuh uang puluhan juta itu, dia terpaksa menutup mulutnya, tak jadi melemparkan kalimat sindiran.Ziandra pun memasukkan mobil ke carport dan menurunkan barang-barang Susan. Dia mengantarkan ibunya pulang ke rumah karena hendak mengganti pakaian yang akan dibawa ke rumah sakit untuk memudahkan Susan.“Wow!” Dion menatap mobil Ziandra sambil tubuhnya bersandar di ambang pintu depan. “Pencapaianmu benar-benar hebat, Zia.”Mulutnya terlalu susah untuk bungkam dalam waktu lama me

  • Gairah Liar Presdir Posesif   87. Dua Pilihan Absolut dari Aldric

    “Berarti Kakak benar selingkuh sama bosmu, kan?” Namila kemudian terkekeh, merasa menang.Atas ucapan Namila, Ziandra langsung terdiam. Dia masuk perangkap adiknya.“Sepertinya kalian sudah tidak ingin uangku lagi.” Setelah mengatakan itu, Ziandra lekas masuk ke kamar Clara untuk mengambil apa saja yang dia butuhkan.Tapi ternyata Namila membuntutinya.“Kak Zia tidak bisa begitu, dong! Memangnya aku menyebutkan nama bosmu ke mereka? Kan tidak! Aku cuma bilang kalau kamu kesayangan bosmu karena kerjaanmu bagus! Apa itu salah?!”Namun, Ziandra sudah malas meladeni adiknya. Dia tidak mengatakan apa pun dan lekas pergi setelah membawa mainan anaknya.Pada malam usai petang, dia harus melayani Aldric terlebih dahulu sebelum pergi ke rumah sakit.“Aku akan membelikanmu mobil untuk memudahkan aktivitasmu. Dan aku tidak menerima penolakan, Zia.” Aldric berkata usai terpuaskan hasratnya.Lekas saja Ziandra menimpali, “Untuk apa, Pak? Tak usah! Itu hanya akan menimbulkan kecurigaan. Itu akan me

  • Gairah Liar Presdir Posesif   86. Pertama Kalinya Dia Bisa Melawan

    “Ma, aku harap Mama tidak ikut bermain dalam kekotoran ini. Kalau Mama tetap netral, aku akan tetap menghormati Mama.”Susan hanya mengangguk pelan, terlalu terkejut untuk bicara. Mana pernah dia melihat putri sulungnya berbicara semacam itu?Ziandra menatap adiknya dengan tatapan tegas. “Mil, lebih baik kamu pulang, tidak perlu menggangguku di sini. Aku tak ingin marah-marah padamu.”“Kakak sekarang sudah merasa hebat begitu yah, hanya karena jadi simpanan orang kaya.” Namila masih sempat memberikan kalimat sindiran sebelum keluar dari sana.“Jaga mulutmu, jaga omonganmu kalau masih ingin uangku bulan depan.” Balasan dari Ziandra ini mampu membungkam Namila. “Kalau sampai ada rumor atau gosip di luar mengenai Pak Aldric, maka lupakan uang bulanan puluhan jutamu.”Si adik pun beranjak pergi setelah mendengus. Ziandra sudah tidak menggubris lagi.Susan mendekat ke putri sulungnya. Dengan suara lembut, dia berkata, “Zia, Mama rasa tidak baik berkata keras begitu. Bagaimanapun juga, dia

  • Gairah Liar Presdir Posesif   85. Kali Ini Takkan Diam

    ‘Dia… dia mafia bisnis. Dia orang yang berbahaya.’ Alarm di dalam dirinya terus menyerukan itu pada Ziandra.Langit mendung menggantung di atas kota Sangria, mencerminkan gejolak yang berkecamuk dalam hati Ziandra. Di ruang kerjanya, dia menatap layar monitor tanpa benar-benar melihat apa pun. Pikirannya tak henti-henti dibayang-bayangi satu hal—rahasia gelap Aldric.Dia tahu siapa Aldric Hagar sebenarnya. Seorang pebisnis terhormat di mata publik, tetapi dalam bayang-bayang, dia adalah pria yang mengendalikan jaringan kekuatan dan uang.‘Terlalu banyak informasi yang telah aku kumpulkan diam-diam selama beberapa hari terakhir. Dan semua itu membuatku gamang. Takut. Tapi juga… terlindungi.’Ada banyak pertentangan di dalam benaknya.“Tapi aku… aku tetap mencintainya,” bisiknya sendiri sambil menghela napas dalam.Tiba-tiba ponselnya bergetar. Pesan dari Dion.“Jangan pikir kamu bisa tenang. Aku butuh 50 juta lagi. Kalau kamu masih peduli sama reputasi Aldric, turuti. Atau… tunggu saja

  • Gairah Liar Presdir Posesif   84. Bukan Hanya Bermain Api, Tapi Juga Memeluknya

    “Gila kamu, yah!” Ziandra sampai mendelik sambil menahan seruan suaranya.Tapi Namila justru terkikik seakan reaksi kakaknya merupakan hal lucu.“Ayolah, Kak. Cuma Rp50 juta pasti kecil buat kamu. Apalagi untuk pacar barumu. Ya kan?”Tangan Ziandra terkepal erat di samping tubuhnya. Dia sibuk membuat pertimbangan di kepalanya mengenai permintaan keterlaluan adiknya.Kenapa sekarang dia justru jadi korban pemerasan orang-orang yang katanya adalah keluarga?“Hgh!” dengus kesal Ziandra sambil mengambil ponsel di dalam tasnya.Tak berapa lama, dia mengetik ini dan itu pada layarnya dan kemudian menatap Namila yang menunggu dengan senyum terkulum lebar.“Sudah!” Ziandra menyimpan kembali ponselnya.Wajahnya berubah masam dan keruh. Apakah dia tidak pernah dipandang sebagai manusia sejak dulu?“Haha! Nah gitu, dong Kak! Itu baru namanya kakak sayang adik!” Namila memeriksa rekening bank di ponselnya.Raut mukanya langsung cerah saat melihat deretan nominal yang baru masuk di sana.“Sana per

  • Gairah Liar Presdir Posesif   83. Biar Adil

    “Hmmm….”Aldric menatap layar ponsel itu lama. Layarnya terkunci, tapi pemberitahuan terakhir masih terpampang jelas:Dion: “Aku ingin 50 juta ditransfer malam ini. Jangan coba-coba menghindar, Zia.”Tangan Aldric mengepal. Rahangnya mengeras. Tapi dia tidak membuka pesan itu lebih jauh, tidak membongkar isi ponsel secara langsung.Sebaliknya, dia mengembalikan ponsel itu ke tempat semula dan menutup tas Ziandra pelan. Napasnya panjang, berat, dan dalam matanya terpancar gelombang kekecewaan yang ditahan.Beberapa saat kemudian, Ziandra keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah, kulitnya yang bersih bersinar lembut di bawah cahaya temaram kamar. Tapi sorot matanya tetap sama—lelah, kosong, dan penuh tekanan.Aldric hanya menatapnya sebentar. Tak ada pertanyaan. Tak ada kecurigaan yang dilontarkan.“Masih mengantuk?” tanya Aldric, duduk di tepi ranjang, memandangi Ziandra seperti biasa.Ziandra mengangguk. “Sedikit.”“Kalau begitu, kita tidur.”Dia mengangguk lagi dan masuk ke dal

  • Gairah Liar Presdir Posesif   82. Kemauan Dion

    Aldric menggenggam jemarinya. “Kamu tidak sendiri, Zia. Sekarang dan seterusnya.”Ziandra hanya bisa mengangguk.Namun dalam dadanya, badai telah terlanjur bertiup. Dan dia tahu… tidak selamanya dia bisa menyembunyikannya.“Aku mandi dulu.” Aldric beranjak turun dari tempat tidur.Tak lupa dia mengecup kening Ziandra sebelum melangkah ke kamar mandi.Setelah yakin Aldric masuk ke kamar mandi dan menyalakan keran shower di dalam sana, Ziandra lekas meraih ponselnya kembali. Dia menekan nomor suaminya.Jantung Ziandra berdetak lebih kencang ketika sambungan tersambung. Dia menengok cepat ke arah kamar mandi—suara shower masih terdengar deras, menandakan Aldric belum selesai. Tangannya menggenggam ponsel erat-erat.“Cepat katakan apa yang kamu mau, Dion,” desis Ziandra pelan, menahan suaranya agar tak terdengar.Suara Dion di seberang langsung terdengar sinis, seolah sudah menunggu dengan segelas kopi dan senyum licik di wajah.“Akhirnya kamu angkat juga, Zia sayang. Aku hampir mengira k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status