Home / Romansa / Gairah Liar Presdir Posesif / 38. Tentang Hubungan Kita

Share

38. Tentang Hubungan Kita

Author: Caramelodrama
last update Huling Na-update: 2025-01-30 08:42:46

Ziandra merasa seperti berada di tengah badai yang tidak diprediksi. Penjelasan Kenzo tentang hubungan Aldric dan Aurelind membuat pikirannya kalut. Dia mencoba menenangkan diri, tetapi suasana di meja makan ini terlalu penuh ketegangan.

“Papa selalu begitu,” Kenzo terkekeh, tetapi ada nada sarkastik dalam tawanya. “Menggunakan saham dan bisnis sebagai alat untuk mengontrol orang lain. Memangnya aku peduli dengan saham perusahaanmu, Pa?”

Mata Aldric menyipit, bibirnya menipis seolah menahan diri untuk tidak beradu argumen dengan putranya sendiri.

Sementara itu, Aurelind hanya menyilangkan tangan di dadanya, tampak tidak terpengaruh.

Ziandra menelan ludah. Rasanya seperti duduk di antara sekelompok harimau yang siap menerkam satu sama lain.

“Kalau tidak peduli, jangan datang menemuiku,” jawab Aldric dingin.

“Aku tidak datang untukmu, Pa. Aku datang karena ingin bertemu Kakak Asisten Cantik.” Kenzo berbalik menatap Ziandra dengan senyum lebar yang membuatnya semakin gugup.

Ziandra terse
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Gairah Liar Presdir Posesif   115. Tamu Tak Terduga?

    Aldric mengangkat jari ke bibirnya, memberi isyarat diam. “Tidak perlu tahu terlalu banyak. Yang perlu kamu tahu… kamu dan Clara aman.”Ada sesuatu di balik kalimat itu yang menimbulkan rasa campur aduk—perlindungan yang menenangkan, tapi juga ancaman yang samar.Ziandra menarik tangannya pelan, menunduk. “Aku… tidak ingin ada yang terluka karena aku.”Dia takut.Dia benar-benar takut jika Aldric melakukan hal-hal di luar logika yang bisa membahayakan siapa pun.Memang tak bisa dipungkiri, dia tertekan dengan tindakan mantan ibu mertuanya dan juga para tetangga yang dia yakin terus bergosip secara diam-diam di belakangnya.Tapi, bukan berarti dia menginginkan Aldric menyingkirkan mereka semua. Pria itu tak boleh berbuat seenaknya begitu saja hanya karena memiliki kekuasaan.Aldric menatapnya lama, matanya gelap namun tak menunjukkan emosi berlebihan. “Terkadang, untuk melindungi yang berharga, kita harus menghapus hal-hal kotor di sekitarnya. Apakah itu salah?”Ziandra tak bisa menja

  • Gairah Liar Presdir Posesif   114. Mendadak Senyap

    “Mami…” bisik Ziandra dengan nada lemas.Ya, itu memang Winda. Lagi dan lagi mantan mertuanya sudah muncul.Dia mulai curiga, jangan-jangan mertuanya membeli rumah di kompleks ini hanya untuk memata-matainya?“Lihat, lihat!” teriak Winda lantang agar semua tetangga mendengar. “Dia bahkan tidak malu lagi! Sudah jelas mereka berdua punya hubungan kotor sejak dulu. Betul kan yang kubilang?”Beberapa tetangga terdiam, ada yang mengangguk pelan, ada yang hanya berpura-pura tak tahu.Ziandra menunduk. Dadanya seperti ditusuk-tusuk.Aldric memutar tubuhnya perlahan, menatap Winda. Pandangannya kosong namun menusuk, seperti predator menilai mangsanya. “Saya rasa, cukup sudah mulut Anda hari ini.”Winda malah tertawa mengejek. “Hah! Memangnya mau apa kamu? Kamu kira aku takut? Semua orang di sini sudah tahu siapa kamu, laki-laki perusak rumah tangga orang! Coba sentuh aku kalau beran

  • Gairah Liar Presdir Posesif   113. Hadapi Saja

    “Jangan, Aldric. Kumohon—”Terlambat. Aldric sudah melangkah dan menatap Winda dengan tatapan sedingin es.“Bu,” Suaranya datar tapi menggetarkan, “Kalau Ibu ingin bicara, lakukan dengan hormat. Jangan berteriak seperti orang kehilangan akal. Ini bukan pasar.”Winda melotot. “Siapa kamu, berani ikut campur urusan keluarga kami?! Laki-laki brengsek yang rebut istri orang?! Kamu pikir aku takut?!”Aldric mendekat satu langkah, aura mengintimidasi memancar. Tetangga yang tadinya mendekat malah mundur perlahan.“Aku bukan siapa-siapa,” katanya pelan tapi mengiris. “Tapi satu hal yang pasti—jika Ibu terus mencemarkan nama orang di depan umum, aku pastikan Ibu akan menyesal. Percayalah, lidah bisa lebih berbahaya daripada peluru.”Winda tertegun. Untuk sesaat, amarahnya padam digantikan rasa gentar. Tatapan Aldric begitu dingin, tapi juga mengandung peringatan yang

  • Gairah Liar Presdir Posesif   112. Semakin Runyam

    Ziandra terperanjat. “A-Aldric? Kamu… ke sini?”“Iya. Aku ingin melihat Clara. Juga kamu,” jawabnya singkat.Ziandra panik. Jika para tetangga melihat mobil Aldric berhenti di depan rumah ibunya, bukankah rumor itu akan semakin menjadi-jadi.“Tidak… jangan ke sini dulu! Tidak sekarang!” suaranya terdengar cemas. “Kamu tidak mengerti… orang-orang sudah banyak yang membicarakan aku!”Ziandra menggenggam ponselnya erat. Napasnya memburu.“Aldric, kumohon, jangan datang sekarang. Nanti orang-orang akan…”Namun, kalimatnya tak sempat selesai. Suara deru mobil mewah berhenti tepat di depan rumah.Jantungnya langsung melorot ke perut. Dia mengintip dari jendela, dan benar saja—mobil hitam berkilat itu tak salah lagi milik Aldric.“Oh tidak…” gumamnya panik.Beberapa kepala tetangga langsung menoleh. Mereka yang sedan

  • Gairah Liar Presdir Posesif   111. Tabir pun Dibuka Clara

    “Ta-takut sama papamu?”Winda mematung. Susan dan Ziandra terkejut. Suasana menjadi hening seketika, seolah udara lenyap dari ruangan.Mereka semua tidak memiliki sangkaan sejauh itu terhadap apa yang menjadi alasan Clara.“Apa maksudmu, Sayang?” Susan bertanya pelan.Clara menatap takut-takut ke Winda dan semua orang di sana. Seakan bocah itu hendak mengatakan sesuatu, tapi ragu.“Sayang, ada apa? Bicara saja, tak apa, kok!” bujuk Ziandra sambil menatap lembut ke putrinya.“Papa… Rara takut. Papa… papa sering cubit Rara. Papa… sering marah ke Rara. Oma Susan tak ada, Papa pukul Rara.” Bocah itu berbicara dengan kalimat kurang beraturan. Tubuhnya sedikit gemetar saat menyatakan itu.Ziandra dan semua di sana membelalakkan mata. Winda bahkan ternganga tak percaya.“Sayang, maksudmu… papamu sering memukul kamu?” tanya Ziandra hati-hati.Dia tatap lurus mata putrinya.Clara mengangguk dan tertunduk takut.Semua orang pun runtuh dalam kekecewaan.Tangan Ziandra terkepal erat di samping tu

  • Gairah Liar Presdir Posesif   110. Paksaan Winda

    “Zia… menikahlah denganku.”Tatapan pria itu begitu dalam, penuh ketulusan. Tapi justru karena itulah Ziandra dilanda badai dalam hatinya.“A-Apa?” ujarnya terbata.Ziandra terpaku. Kata-kata Aldric menggema dalam pikirannya seperti gema yang tak lekas reda.“Aku serius,” Aldric menggenggam tangannya. “Aku ingin kamu. Clara juga. Kita bisa menjadi keluarga yang utuh. Aku ingin menjagamu selamanya, bukan cuma diam-diam seperti ini.”Ziandra menarik napas dalam. Jantungnya berdetak kencang, bukan karena senang, tapi karena panik.Dia menunduk. “Aldric… maaf. Aku tidak bisa.”Tatapan Aldric mengeras. “Kenapa?”Ziandra menatap pria itu, mencoba bersikap tenang. “Aku tidak ingin mengaburkan hubungan kita. Kamu… adalah bosku. Aku masih bekerja untukmu. Dan… aku belum siap. Aku tidak ingin… jatuh ke dalam perasaan yang mungkin cuma sementara.”Dia meremas tangannya di atas pangkuannya sendiri. Kepalanya tertunduk.Sebenarnya, bukan itu alasan utamanya.Dia… hanya takut. Dia takut kecewa, tak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status