Masih ada yang nungguin cerita ini? Mana suaranya supaya aku semangat buat nulisnya. Gimana pendapat kalian sejauh ini? Masih ada yang mau nungguin cerita ini? Ayo comentar donggg
“Sorry,” jawab Dion sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Diana,” kata wanita itu tiba-tiba sambil mengulurkan tangannya memperkenalkan diri membuat Dion terkejut. Tapi di satu sisi Dion senang karena wanita tersebut mau memperkenalkan dirinya.“Dion,” jawab Dion sambil membalas uluran tangan tersebut.Begitu Dion menyebutkan namanya, wanita itu tertawa sehingga membuat Dion merasa bingung.“Ada apa? Apakah ada yang salah?” tanya Dion.“Mungkin kita jodoh. Apakah kau tak sadar bahwa nama kita hampir mirip? Dua huruf di awal saja sudah sama, Dion dan Diana. Menarik, suatu kebetulan yang luar biasa bukan?” tanya wanita itu sambil tertawa membuat Dion terkesima.
Perpisahan Dion dengan Zwetta, membuat Dion uring-uringan. Dion tahu bahwa ia salah, kesalahannya memang tak bisa dimaafkan. Tapi dibalik kesalahannya itu, Dion sebenarnya masih mencintai Zwetta. Bagaimanapun Zwetta adalah cinta pertamanya.Zwetta wanita pertama untuknya dan itu membuat Dion sangat membekas. Perpisahannya dengan Zwetta bukanlah hal yang diinginkannya. Mau dipertahankan sudah tak bisa, maka ia hanya bisa ikhlas melepaskan Zwetta.Dion tak bisa pungkiri bahwa perasaannya masih ada untuk mantan istrinya itu. Di saat Dion pulang ke rumah, Dion merasa hampa karena tak ada lagi yang menunggunya di rumah. Tak ada lagi Zwetta yang selalu ada untuknya.Ia merindukan sosok istrinya itu, entah mengapa setelah berpisah semakin membuat Dion sadar seberapa besar perasannya untuk Zwetta. Bahwa saat ini Dion merasa kehilangan, penyesalan memang
Zwetta sudah tak mau lagi membahas apa yang terjadi di antara mereka berdua. Kini semuanya sudah selesai.“Aku sudah mengakhirinya. Aku belum bisa bersamanya sepenuhnya, aku masih ingin merasakan kebebasan tanpa terikat dengan satu orang. Mungkin aku masih ingin merasakan hal yang kuinginkan. Jadi dia tak bisa menerimaku untuk itu, maka aku pikir lebih baik kita berpisah saja dari pada aku terus menyakitinya,” jawab Dion membuat Zwetta menghela napasnya kasar.“Mudah-mudahan keputusan yang kau ambil sudah tepat. Semoga tidak ada penyesalan di kemudian hari. Jangan menyakiti Rossie lagi ataupun wanita lain lagi,” kata Zwetta tulus.“Nanti, kalau kalian menikah tolong beritahu aku. Kalau kau sudah melahirkan juga beritahu aku, bagaimanapun kalian adalah sahabatku. Aku akan mengunjungi kalian,” kata Dion.
“Entahlah, kau jelas tahu aku mau kebebasan. Aku tak mau terikat. Aku ingin menikmati hal yang lain juga.”“Jadi kalau dia tak mau, apa kau juga akan mencari wanita lain lagi selain aku?” tanya Kimberly.“Mungkin, di saat kau tak bisa aku bisa bersamanya. Lagi pula aku juga akan berpisah dengan Zwetta, aku akan lebih bebas lagi. Bagaimana menurutmu? Apa aku harus tetap bersamanya saja dan tak perlu bersama wanita lain?”“Apa begitu hubungan kita akan berakhir Pak?” tanya Kimberly sedih sambil menatap Dion.“Kau punya suami Kimberly, kita tak bisa melakukan hal ini seterusnya. Bagaimanapun hubungan kita salah, aku tak mau merusak rumah tanggamu. Aku juga tak ma…”“Tapi kita sudah melakukannya sudah lam
“Aku minta maaf. Jujur, saat ini aku bingung. Aku memang belum bisa melepaskannya, aku juga menginginkanmu. Aku tahu perhatianmu, rasa sayangmu membuatku nyaman. Aku memang jahat karena tak bisa menerima itu darimu sepenuhnya. Maafkan aku Rossie, jangan hidup seperti ini. Maaf sudah mengacaukan hidupmu.”“Aku tak akan memaafkanmu. Jika kau datang nanti setelah menyesal, maaf aku tak akan kembali lagi padamu. Karena kesabaranku sudah cukup, aku tak akan mau menyerahkan hidupku lagi untuk pria sepertimu. Aku akan melihat pria lain yang bisa mencintaiku apa adanya. Kau tak pernah bersyukur atas apa yang kau miliki. Bahkan aku tak peduli dengan kemandulanmu itu. Aku bisa menerimanya, aku tak masalah hidup berdua saja denganmu tanpa adanya anak. Karena aku memang mencintaimu, tapi kau tak pernah menginginkan itu.”“Kau tak masalah dengan kekuranganku itu?&r
Seminggu berlalu setelah pertemuan Dion dengan Zwetta. Kali ini Dion menemui Rossie, ia ingin bicara dengan wanita yang sudah menemaninya beberapa tahun belakangan ini. Bagaimanapun sikapnya pada Rossie memang sangat jahat.“Untuk apa lagi kau datang?” tanya Rossie begitu membuka pintu apartementnya dan melihat Dion ada di depan pintu.Dion terkejut melihat keadaan Rossie yang menurutnya sangat buruk. Wajahnya pucat, kantong matanya menghitam. Bibirnya terlihat kering, Rossie terlihat sangat tak bertenaga. Sorot matanya terlihat capek dan kelihatan kurang tidur.“Kau sedang tak baik?” tanya Dion membuat Rossie berdecak.“Kau masih peduli padaku?” tanya Rossie sarkas membuat Dion terkejut melihat respon Rossie.Rossie tak pernah bersikap