"Papa, nanti malam Om Sandiaga mau lamar Cantika buat puteranya. Jam 7 malam bisa 'kan?" ucap Cantika di telepon sambil berjalan di koridor rumah sakit bersama Arsenio di sampingnya."Hmm ... bisa sih. Kok cepet banget dia lamar kamu. Kalian sudah yakin mau merid?" jawab Pak Julianto Wiryawan terkesan cuek dinilai dari nada bicaranya.Wanita bergaun batik itu menghela napas, sulit baginya mendapatkan dukungan dari orang tua kandung satu-satunya yang masih hidup di dunia ini. Cantika pun membalas, "Iya, Tika yakin. Sampai besok malam di rumah ya?" "Oke." Jawaban singkat dan datar itu disusul dengan bunyi klik panggilan telepon yang diakhiri. Sekalipun Cantika tidak mengatakan apa pun, tetapi Arsenio seolah mengerti situasi tak mengenakkan yang dihadapi oleh calon istrinya baru saja. Dia merangkul bahu Cantika lalu mengecup pipinya. "Setelah kita menikah, aku yang bakalan mengurusimu, Sayang. Itu akan jadi hobi baruku!" hibur Arsenio tanpa diminta oleh Cantika."Ehh ... aku nggakpapa
"Barang lamarannya sudah ditaruh di bagasi mobil Mbak Tika semua. Hati-hati di jalan ya, Mbak, sudah larut malam!" ujar Junot, asisten rumah tangga keluarga Wiryawan setelah menutup bagasi mobil sedan Honda Civic silver milik Cantika.Perempuan yang baru saja dilamar oleh Arsenio itu mengambil uang pecahan 20.000 rupiah dari tas tangannya lalu memberikannya ke Junot. "Makasih ya, Not. Ini buat beli kopi. Aku pamit dulu!" ucap Cantika lalu tersenyum sekilas sebelum bergegas ke bangku pengemudi.Anggota keluarganya justru sama sekali tidak ada yang melepas kepergiannya apa lagi berinisiatif membantunya membawakan bingkisan mahar lamaran pernikahan dari keluarga Gunadharma yang terbilang banyak. Sejak dulu memang mereka selalu abai terhadapnya.Selama perjalanan kembali ke apartmentnya, Cantika tidak mengetahui bahwa di belakang mobilnya si calon suami mengawalnya pulang. Memang Arsenio menyuruh sopir untuk mengantar Pak Sandiaga langsung pulang ke rumah mereka. Dia menyetir sendiri mobi
Pagi itu Arsenio menjemput Cantika untuk berangkat ke kantor bersamanya. Pemuda gagah tinggi semampai bermata cokelat teduh itu melingkarkan lengannya ke bahu Cantika sembari keluar dari lift menuju ke ruang kantornya."Selamat pagi!" sapa Cantika ke para anak buahnya yang telah stand by di kubikel masing-masing untuk mulai pekerjaan hari ini. Langkahnya ringan dan pasti di atas stiletto 12 cm warna putih yang juga hadiah lamaran dari pria di sampingnya."Pagiii, Bu Tika!" sahut para bawahan wanita tersebut kompak serentak.Namun, ketika Cantika dan Arsenio masuk ke dalam ruang kerja presdir, segera para karyawati di lantai itu bergerombol untuk mulai bergosip."Astaga, gile bener ... tuh perawan tua kok bisa ngegaet berondong ganteng sih!" ucap Cindy bersedekap dengan ekspresi tidak senang.Melinda yang sedang membuka website perusahaan tempat mereka bekerja spontan memekik terkejut, "WHATTT?! Temen-temen, tanggal 11 November kita semua bakalan libur total. Bu Tika nikah sama Arsen!"
"Wahh ... siapa peri yang menyulap apartmentku jadi seindah ini, Sen?" Cantika terkesima saat memasuki unit miliknya. Setengah hari dia meninggalkan tempat itu untuk acara pernikahan sederhananya dengan Arsenio. Kini saat kembali, bunga-bunga segar yang wangi dan indah tersebar di vas-vas yang diletakkan tersebar di dalam ruangan tersebut. Lilin-lilin aromaterapi masih belum dinyalakan terapung di wadah-wadah kaca berisi air warna ungu, biru, pink. Sebelum memulai malam panjang nan bergairah bersama Cantika, dia menyalakan lilin-lilin wangi itu satu per satu. "Apa kamu suka dengan dekorasi untuk sarang bercinta kita malam pertama ini, Cintaku?" tanya Arsenio.Di sisinya Cantika mengikuti sembari tertawa riang memuji dekorasi indah kamar pengantin mereka. "Surprise kamu so sweet banget deh, Sen. Thank you ya udah nyiapin semua ini!" ucap Cantika sambil menarik setangkai mawar pink dari buket bunga yang begitu banyak itu lalu menghirup aroma segar manisnya.Setelah semua lilin menyala
Di dalam shower box unit apartment Cantika, pasangan pengantin baru itu berbasah-basahan sembari memacu gairah mereka. Tubuh polos berlekuk-lekuk elok milik istrinya membuat Arsenio tergila-gila. Air shower yang menyelimuti kulit Cantika menjadi tetesan bulir bening membasuh busa sabun beraroma wangi bunga Sakura. "You're so beautiful, My Wife!" geram Arsenio yang sedang menggenjot tubuh Cantika dalam posisi berdiri. Betis kanan ramping wanita itu dia tahan di pinggulnya."Hubby, aku nggak tahan ... akkhh ... aku keluarr ... mmhh!" desah Cantika dalam serangkaian racauan abstrak melepaskan orgasmenya untuk ketiga kalinya dalam satu ronde bersama suami berondongnya yang perkasa.Arsenio tersenyum kalem menanggapi Cantika yang puas lemas dalam dekapannya. Dia terpesona dengan elok paras wanita berumur 36 tahun itu. Baginya dia beruntung karena bisa mendapatkan Cantika sebagai istrinya sekalipun menikah kilat ditambah alpa-nya keluarga mertuanya yang tak nampak batang hidung seorang pun
"Sayang, tubuhmu bikin aku kecanduan ... aarghh ...," ujar Arsenio di ujung pagi sambil membenamkan bukti gairahnya yang mengalami morning horny ke lipatan hangat nan basah istrinya.Setelah beberapa menit lalu dia membuka matanya. Hal pertama yang dilakukannya adalah bercinta dengan Cantika. Semalaman bertarung beronde-ronde dan baru beristirahat sekitar pukul 02.30, tak membuat Arsenio kelelahan. Dari balik punggung Cantika yang berbaring miring membelakanginya, Arsen mendekap erat wanitanya. Bibirnya menyusuri leher dan tengkuk beraroma bunga memabukkan, sedangkan jemarinya menggoda tonjolan klitoris di bawah sana. Lenguhan panjang istrinya jelas sekali menandakan Cantika sedang terangsang hebat oleh tindakannya."Aahh ... Hubby, kamu nakal banget sih!" protes Cantika saat bulatan kembar dadanya diremas-remas dan pucuknya dipelintir gemas oleh Arsenio. "Biarin, aku suka. Ngaku aja deh kamu juga keenakan, Sayang!" goda Arsenio, menjawab protes dari istrinya. Dia lalu menambahkan,
Sebelum turun dari mobil sedan Porsche silver, Cantika menahan tangan suaminya. "Sebentar, Sen, aku mau ngomong sesuatu!""Oke, ada apa, Sayang? Kok kayaknya serius sih!" sahut Arsenio memerhatikan ekspresi wajah Cantika."Iya, ehm ... gini—" Cantika merasa tak nyaman menyampaikan kekuatirannya, tetapi dia tahu sebaiknya Arsenio tahu sebelum nanti mengalami hal tak mengenakkan saat makan malam, "kamu nanti bersikap biasa saja ya, jangan terbawa emosi untuk apa pun yang dikatakan sama keluargaku!" Pemuda itu berpikir sejenak lalu mengangguk. "Itu aja? Ayo kita turun, Cantik!" ajaknya lalu bergegas membukakan pintu mobil untuk istrinya. Terserah orang mau berpikir bagaimana tentang mereka. Namun, baginya Cantika Paramitha Sloan-Gunadharma adalah ratunya sekarang.Dengan gestur yang mesra pengantin baru itu bergandengan tangan memasuki kediaman megah keluarga Wiryawan. Ternyata tamu yang diundang di acara makan malam itu bukan hanya mereka berdua, setidaknya ada dua lusin orang yang mem
"Sen, sepertinya aku saja yang menyetir mobil. Kamu lagi emosi!" sergah Cantika saat mereka berhenti melangkah di samping mobil sedan Porsche silver milik wanita itu.Bukannya menjawab, Arsenio justru mendekap erat tubuh ramping istrinya. Napasnya masih memburu karena amarah yang tersulut di meja makan tadi. Bagaimana tidak, harga dirinya terinjak-injak sebagai seorang menantu laki-laki!"Sayangku, kamu yang sabar ya. Sudah biasa omongan keluargaku nyinyir begitu sejak dulu," hibur Cantika membelai punggung lebar Arsenio."Dasar orang-orang toxic. Aku nggak suka sama pola pikir mereka yang jahat itu!" jawab Arsenio lalu menatap wajah teduh istrinya. Baginya Cantika bukan perawan tua, tak ada kerutan dan tanda penuaan yang membuatnya layak dikatai kejam begitu.Cantika membelai dada berotot di balik kain kemeja tipis suaminya dan berkata, "Lebih baik kita pulang dan bercinta. Ngapain mikirin hal yang menyebalkan, Hubby. Jadi siapa yang mau nyetir nih, aku beneran laper!" "Aku aja, Bei