Home / Romansa / Gairah Memabukkan Selingkuhanku / Bab 2: Suara Berat yang Khas

Share

Bab 2: Suara Berat yang Khas

Author: Vani Vevila
last update Last Updated: 2022-01-24 09:06:47

Posisi Evan yang terlalu dekat, bercampur suara berat pria itu sekilas membuat Naya terpesona. Tapi Naya segera menggeleng dan menutup matanya, menjauh dari tubuh Evan. Naya kembali mengatur napas. Dia menoleh ke arah kerumunan penonton di depan stage, tidak terlihat Maria sedikitpun, padahal sekarang juga dia butuh temannya itu untuk bantu atasi kondisi aneh ini. Naya pun lagi-lagi tersenyum kikuk tanpa tahu ingin membalas dengan kata-kata apa yang diucapkan oleh Evan.

Evan yang menyadari suasana canggung ini memainkan gelas di tangannya, campuran bir dan perasan lemon. “Kenapa? Merah banget mukanya.”

Naya mengelus pipinya sendiri. “Oh, iya, biasa, nggak kuat kalau minum alkohol banyak-banyak.”

Tentu jawabannya tidak masuk di akal mengingat mereka baru saja menenggak sedikit minuman dari gelas. Naya menyadari jawaban konyolnya, lalu meminum lebih banyak hingga cairan dalam gelas hanya tinggal seperempat saja. Dia memandangi wajah Evan yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik dirinya, membuat ia menghabiskan isi gelas di tangannya sampai tetes terakhir.

“Mau lagi?” tawar Evan.

Naya menggeleng, wajahnya semakin memerah. “Nggak usah. Udah kebanyakan.”

Naya berusaha tidak kehilangan kesadaran. Sudah cukup dua tahun lalu dia mabuk dan muntah-muntah di mobil Maria.

Dia beranjak dari kursi tingginya, berdiri, dan memutuskan untuk kembali ke dalam kerumunan penonton. Sialnya, segelas bir itu berhasil membuat Naya sedikit tidak stabil. Evan menarik tubuh Naya, membiarkan wanita itu bersandar pada tubuhnya.

“Beneran, nih? Segelas lho.” Evan tertawa, dia sempat berpikir apa yang dikatakan Naya hanya bohong saja dan demi hilangkan suasana awkward mereka.

“Santai. Aku ke sini sama teman kok.”

Evan membawa Naya keluar cafe, duduk di tangga menuju area parkir. Angin malam yang cukup kencang membuat  Naya sedikit lebih sadar. Dia menutup kakinya yang terasa dingin dengan kedua tangan. Tahu akan menjadi korban paksaan dari Maria, dia akan memakai pakaian yang lebih nyaman dari awal, keluh Naya dalam hati. Atau dia akan benar-benar meminta Lukas untuk menemaninya.

Sehelai jaket jeans menyelimuti kaki Naya ketika dia sedang berpikir akan hal-hal yang ia sesalkan. Jaket Evan. Ingin rasanya ia mengembalikan jaket itu dan berkata, tidak usah, tetapi dinginnya angin malam membuatnya memilih cuek dan menikmati sikap hangat dari Evan.

“Thank you.” Naya berkata pelan. Dia memperhatikan kedua lengan Evan, ada beberapa tatto di sana.

Evan mengambil sekotak rokok dari kantong celananya. Menyalakan dan melakukan hisapan pertama, membuat asapnya menyentuh rongga hidung Naya, mengikuti arah angin. Sesaat Naya menikmati pemandangan di matanya dan membiarkan asap itu lewat begitu saja.

Tetapi beberapa detik kemudian dia menyadari, kalau selama ini dia selalu ngomel dengan mereka yang merokok tanpa melihat tempat dan orang sekitar.

“Mau?” Kotak rokok itu kini ada di hadapan wajahnya, Naya menyambutnya dengan gelengan kepala.

“Kamu pasti nggak kenal band di dalam sana, kan? Kejebak deh. Rumah di mana?”

Naya mengarahkan kepalanya ke sisi kanan. “Nggak jauh, di apartemen sekitar situ.”

“Sendiri di Jakarta?”

“Iya.” Sekilas Naya menyesal mengatakannya, satu data hidupnya bocor begitu saja. “Kamu?”

“Asli sini? Aku asli sini. Cuma ortuku di Bali.” Evan kembali menghisap rokoknya.

“Sama kok, aku asli Jakarta. Cuma ortuku kerjanya di Banten.”

Hening sesaat, mereka sama-sama menonton pemandangan malam dan merasakan tusukan angin malam yang membuat tubuh terasa cenat-cenut.

Evan mematikan rokoknya dan berdiri. “Aku anterin sini. Daripada nungguin temanmu. Beresnya masih lama. Belum after party. Ya masa fans berat gitu nggak ikut after party.”

“Aduh…” Naya bisa membayangkan Maria yang sudah pasti ikut dan berujung tidak sadar. Wanita berkulit sawo matang itu pasti mabuk berat dan membutuhkan orang lain untuk memastikan dia tidak mengemudi mobilnya. “Temanku nggak ada yang antar pulang.”

Sesungguhnya tawaran Evan kepadanya buat Naya merasa spesial, tertarik, sekaligus tidak ingin melepaskannya begitu saja. Naya membuka ponsel, coba menghubungi Maria di dalam cafe. Dia tidak ingin masuk lagi, tubuhnya sudah tidak sanggup menerobos kerumunan itu lagi.

“Hallo? Gue di luar nih. Lo  di mana? Jangan mabok ya lo! Kalo mabok, jangan nyetir! Gue nggak bisa nyetir.” Naya menutup teleponnya.

Dia beranjak kembali ke dalam cafe dengan susah payah untuk mencari Maria. Ketemu! Wanita itu sedang asyik ngobrol dengan seorang laki-laki berwajah oriental.

Naya menghela napas. Sepertinya dia harus pulang naik taksi sendiri malam ini. Setidaknya dia masih sadar walau sedikit mabuk.

Evan yang sejak tadi terus di samping, mengikutinya mencolek bahu Naya. Dia menaikan alisnya. “Gimana?”

"Aku pulang deh. Lumayan hectic di kantor dan udah ngga ada tenaga buat lama-lama di sini."

"Aku anter ya?" Evan menawarkan ulang jasanya.

Naya menggeleng cepat.

"Ya udah kalau gitu, aku tungguin kamu sampai naii taksi ya?"

"Bebas." Naya membuka aplikasi taksi online, segera melakukan pemesanan.

Tidak lama taksi yang dia pesan tiba. Evan membantunya, membuka pintu mobil, memastikan Naya masuk ke dalamnya dengan selamat. Sebelum menutup pintu, Evan mengambil ponsel wanita itu dari genggaman, menghubungi ponselnya sendiri, lalu mengembalikannya.

"Kabarin kalau udah sampai rumah. Jangan bikin aku khawatir." Pintu ditutup.

Naya menoleh ke jendela belakang, memperhatikan Evan yang terus berdiri. Senyum kecil tanpa Naya sadari keluar dari bibirnya. Dia pun membuka layar ponsel, menatap jajaran nomor yang baru saja melakukan panggilan tidak terjawab di dalamnya.

.

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 64: Langkah Berikutnya

    Sambil mengunyah suapan daging bercampur nasi dan sayur, Naya memerhatikan wajah Evan. Ekspresi tenang yang tidak pernah lepas dari pria itu meski sedang dalam situasi tidak mengenakan memang selalu menghipnotis dirinya. Seperti saat ini, bisa saja ia masih menangis, entah menangis bodoh atau menangis karena tidak percaya. Pengkhianat yang justru mendapat pengkhianatan. Tetapi Evan berhasil membuatnya tenang. Pikirannya memang masih berkecamuk, tapi keberadaan Evan membuat ia sadar, berkhianat bisa jadi pilihan yang baik. Apalagi dalam kondisi seperti ini, munculnya persoalan Lukas dan wanita itu, juga fakta yang tiba-tiba saja muncul. Mungkin Tuhan sengaja mempertemukan ia dengan Evan. "Jadi, bisa kan kita lebih dari ini, Na?" tanya Evan sambil menatap mata Naya. Pertanyaan itu membuat Naya hampir mengeluarkan kunyahannya. "Maksud kamu?" "Kita menikah aja ya?" Evan tersenyum, senyuman dengan tatapan mata penuh kesungguhan. "Aku ingin kita benar-benar jadi satu. Nggak ada lag

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 63: Rasa Perih Bercampur Nikmat

    Sama sekali tidak terbayang, Naya yang baru saja terluka, mendapatkan rasa perih yang sudah pasti akan lama terobati, saat ini mendapat kenikmatan yang membuatnya lupa akan rasa perih teraebut. Sekilas air mata Naya menggenang, kembali mengalir. Namun tangisan itu tidak datang dan langsung menghilang saat nafas juga aroma tubuh Evan kini menguasainya. "Kamu cantik banget, Na. Aku selalu kangen lihat ekspresi kamu kayak gini, suara kamu, desahan..." Evan masih memainkan jarinya. "Aku juga, aku selalu ingin lakuin ini sama kamu. Setiap hari. Ahhh.. Evan...." Naya menggelinjang, sebelum Evan memberi sentuhan dahsyatnya, ia sudah mendapat kenikmatan. Evan tersenyum puas, baginya, berhasil memberi kenikmatan pada Naya adalah satu pencapaian. Apalagi ia belum memainkan miliknya. Evan mengecup tubuh Naya, dari satu bagian ke bagian yang lain. Meninggalkan tanda. "Aahh... Hh.." Naya sangat menikmati. Entah karena ia sedang dalam kondisi sangat tidak baik, lalu mendapat kenikmatan d

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 62: Obat Luka dari Evan

    Naya sudah mengajukan cuti dua hari ke kantor. Tidak mungkin datang ke kantor dengan mata bengkak, wajah kucel, dan tubuh lemas. Rasanya setengah jiwa masih mengambang entah di mana. Mungkin karena masalah kemarin belum selesai dan ada ujungnya. Sejujurnya, Naya masih penasaran dan ingin bertanya banyak tentang wanita bernama Hana. Wanita yang dijodohkan pada Lukas. Tapi sudah, cukup, Naya merasa bila ia tahu lebih dalam tentang wanita itu dan Lukas sama saja seperti sedang menyayat pergelangan tangan sendiri. Akan terasa sakit, jelas menimbulkan luka, dan bekas yang sulit hilang. Kedua tangan Naya memijat kepala, terlalu banyak nangis membuat kepalanya terasa tidak enak. Nyeri. Dia mengambil ponselnya, ada tiga missed call dari Lukas. Tepat ketika dia sedang membuka aplikasi chat, datang panggilan ke ponselnya. Evan. "Hi.." Nada suara Naya parau. "Aku di lobby. Boleh ke sana?" Informasi itu membuat Naya sedikit terkejut. "Aku lagi jelek," ucap Naya. Bagaimana bisa dia m

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 61: Terlalu Percaya Adalah Kesalahan Fatal

    Hampir saja Naya menangis saat mendengar kalimat itu. Air matanya telah berkumpul di pelupuk, siap untuk terjun. Dia coba menahannya, membuat dadanya terasa sangat sesak. Ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya. Memang salah menghadapi kenyataan pahit ini dengan mengamuk? Naya masih menahan segalanya. Dia berharap secepatnya sampai di ruman.Pada akhirnya, Tuhan menunjukkan bahwa, semua manusia itu punya bakat buat jahat. Bukan hanya Naya yang berselingkuh dengan Evan, tapi Lukas juga mengkhianati dirinya lebih parah. Jauh lebih dulu, langkahnya lebih cepat. Bahkan sampai tidak terlihat. Yang ada, hanya hasil dari langkah-langkah itu, lubang dalam karena injakan sepatu yang tajam. Naya yang selama ini berusaha menutupi kehadiran Evan ternyata sama saja seperti Lukas yang berusaha menutupi adanya keluarga kecil, beserta kehidupannya yang kalau dipikir menjadi sangat asing. Konyol."Makasih lho." Naya berusaha baik-baik saja, meski tubuh, hati, dan pikirannya terasa remuk."Santai

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 60: Seperti Melewati Babak Baru

    Entah dari mana rasa sakit itu muncul kembali dalam hatinya. Meski ia belum benar-benar tahu apa yang sedang terjadi, tapi kecurigaannya terhadap sosok anak kecil dalam pangggilan video yang baru saja dilihat mengarah pada hubungan Lukas dengan wanita bernama Hana.Naya memandangi langit yang mulai terang di luar sana. Dia menghela napas untuk kesekian kalinya. Cara Naya menenangkan diri walau tentu tidak bisa sepenuhnya. "Mau aku antar sekarang?" Tiba-tiba Lukas muncul, wajahnya tampak lebih tenang dari sebelumnya.Naya memegang dan memijat bahunya sendiri. "Kan aku udah bilang nggak usah.""Atau aku aja gimana? Kak Lukas jagain Kak Hana aja. Dia butuh kakak di sampingnya." Eva ikut menawarkan jasa. "Aku bawa mobil."Asing, tentu saja. Naya baru mengenal Eva sekian jam lalu, tapi perempuan yang terlihat lebih muda darinya itu sudah bersedia mengantar pulang. Tetapi sesi seperti ini tidak ingin Naya lewatkan begitu saja. Dia bisa mendapat lebih banyak informasi mengenai Hana dan Luk

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 59: Lukas yang Masih Ingin Berjuang

    Setelah hampir empat jam menghabiskan waktu di perjalanan, tanpa obrolan apapun, mereka sampai ke tujuan. Seorang gadis berambut pendek dengan pakaian casual terlihat berdiri di depan pintu ruang UGD.Naya memerhatikan gadis itu, wajahnya sangat menggambarkan rasa khawatir. Saat mengetahui Lukas telah datang, gadis itu sontak mendekati."Kak, Mbak Hana nggak apa-apa kok kata dokter. Cuma tetap harus dirawat dulu buat dipantau. Lagi nunggu kamar aja."Lukas menoleh ke pintu UGD. "Beneran nggak apa-apa?"Gadis itu mengangguk. "Udah sadar, tapi masih lemes banget.""Kakak dari mana? Kantor?" Dia lanjut bertanya sambil melihat Naya, lalu tersenyum."Dari luar kota. Oh iya, ini Naya." Lukas memperkenalkan Naya."Naya.""Eva. Temannya Kak Lukas?"Naya menelan ludah. Apa yang harus ia katakan? Naya hanya bisa mengangguk."Tadi gimana ceritanya? Dia ngapain? Minum obat asal-asalan atau gimana?" Lukas seolah mengalihkan pembicaraan."Iya, obat tidurnya sendiri. Kata dokter bikin badannya nggak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status