Home / Romansa / Gairah Panas Atasan Mantan / Tak Bisa Menghindar

Share

Tak Bisa Menghindar

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2025-07-03 08:26:55

Jantung Darren berdetak dengan kencang seperti habis mengelilingi lapangan bola sebanyak 20 kali.

Matanya terpaku pada sosok kecil di samping Nayla. Miniaturnya. Matanya basah, bibir sedikit terbuka dan bergetar. Dia menampar pipinya berulang kali untuk memastikan ini bukan mimpi.

Tangisnya pecah.

Pun dengan Nayla yang tak bisa menghindar. Tubuh Nayla ikut bergetar dan wajahnya sudah basah oleh air mata.

Bukan secepat ini yang ia mau. Tapi Tuhan mempercepat segalanya.

“Mamaaaaa jangan nangis, hiks hiks.” Raja mulai terisak memeluk sang mama. “Mamaaaaa, peluk Raja,” pintanya menarik baju sang mama.

Sambil berlinang air mata Nayla merengkuh tubuh sang anak dan memeluknya erat.

Darren melompati pagar rumah Nayla yang masih tertutup.

“Jelaskan ini padaku,” ucapnya setelah berhasil masuk dan berdiri satu meter di depan Nayla.

“Jelaskaaaaaaan,” teriak Darren. Tubuhnya merosot ke lantai. Tangannya terus memukul lantai di teras rumah Nayla.

“Apa yang gak aku tahu! Katakaaaaaaan,” teriakn
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Adil Ecek
trimaksih kk bonus y.. jngn lupa lnjut..
goodnovel comment avatar
SAKURA
ma'acih Thor bonus nya......... mungkin jadi pelajaran ya,kalau masalah feeling jgn terlalu kekeuh, kalau Darren gak keras kepala bilg cintanya cuma buat Maria, Nayla pasti gak akan ragu, jadi semua yg terjadi antara Nay dan Darren itu penuh keraguan ...ingat saja ragu malah jadi sering salah...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 152

    Nayla berdiri di depannya, kedua tangannya saling meremas. Dia sudah siap dengan segala reaksi Raka, tapi tetap saja detak jantungnya tak bisa tenang. Ruangan itu terasa pengap. Tapi bukan karena AC mati, melainkan karena aura Raka yang penuh amarah karena tidak bisa mengontrol egonya.Kalimat yang barusan keluar dari mulut Raka menghantam Nayla seperti batu besar yang jatuh dari atas gunung. Namun dia tidak goyah. Dia tahu kalimat-kalimat seperti itu pasti akan keluar dari mulut atasannya. Dari dulu Raka memang tidak pernah suka jika ada orang menolak perintahnya. Sekali dia anggap bawahannya penting, maka bawahan itu harus siap diikat sampai leher.“Maaf, Pak. Saya tetap tidak bisa. Saya tidak bisa ikut ke Amerika. Anak saya masih kecil. Saya gak mungkin ninggalin dia seminggu penuh hanya demi pekerjaan,” kata Nayla lirih. Tangannya kini mengepal di sisi tubuhnya, menahan semua tekanan yang ada depan meja besar itu.Raka mencondongkan tubuh ke depan, wajahnya mendekat ke map bening

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 151

    Setelah keluar dari ruangan Raka, Nayla langsung menuju ke meja kerjanya yang berada persis di depan ruang kerja bosnya itu. Langkahnya terasa berat, dan pikirannya masih kacau. Dia menarik kursi dan duduk pelan, lalu menatap layar monitor yang sejak pagi belum sempat disentuh.Tangannya memegang sisi meja, mencoba menstabilkan napas yang terasa sesak. Kepalanya terasa sakit. Rasanya seperti baru ditabrak kenyataan besar yang tak pernah dia perkirakan. Hanya dalam waktu kurang dari lima menit, rencana hidupnya berantakan total.“Ya Tuhan, aku benar-benar gak nyangka dua hari lagi harus nemenin Pak Raka ke Amerika…” gumam Nayla lirih. Suaranya seperti nyaris tenggelam di tengah suara keyboard dan printer dari arah ruangan lain.Dia bersandar di kursi dan menatap langit-langit kantor. Matanya kosong. Pikirannya tak karuan.Dia bukan stres karena harus ke luar negeri, bukan juga karena harus pergi mendadak. Tapi karena tak bisa jauh dari Raja.Bagaimana mungkin dia meninggalkan anaknya s

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 150

    Jedaaaaaaaaar! Suara keras itu membuat beberapa orang yang sedang berada di lobi Atmaja Group langsung menoleh ke jalan besar di depan kantor. Bahkan resepsionis refleks berdiri, mencoba melihat ke arah luar. Beberapa karyawan yang baru saja masuk kantor pun berhenti berjalan, mencoba mencari tahu sumber suara yang menggelegar barusan. Maria duduk santai di sofa panjang, menyilangkan kaki sambil memeluk tas mewahnya. Tapi ekspresinya jauh dari kaget. Dia justru tersenyum tipis. Tatapannya mengarah ke depan pintu kaca yang sedikit bergetar karena dentuman tadi. Dia tidak ikut panik seperti orang-orang lain. Malah terlihat lega. “Kalau cara gini mudah banget buat dilakukan, kenapa gak dari dulu aja aku lakuin?” gumamnya pelan. Wajahnya puas, yakin sepenuhnya bahwa orang bayarannya telah menyelesaikan tugas dengan mulus, menabrak taksi online yang ditumpangi Nayla. Maria yakin betul Nayla jadi korban. Dia tahu persis waktu mobil mana yang ditumpangi Nayla, dan sudah menyuruh orang

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 149

    “Ayo dong cepet makan. Mama harus kerja nih,” ucap Nayla karena dua laki-laki yang ia cintai malah asik ngobrolin tentang Gundam.Raja dan Darren sama sekali tidak terlihat terburu-buru. Padahal jam sudah menunjukkan angka yang cukup bikin Nayla panik. Waktunya mepet. Dia harus segera kembali ke kantor sebelum jam makan siang berakhir. Andai saja tadi Maria tidak muncul dan bikin keributan, mungkin dia masih bisa menyuapi Raja sambil duduk santai di sofa ruang kerja Darren. Sekarang? Semua dilakukan serba terburu-buru.Keduanya pun mendekat.“Wah makanannya enak,” ucap Raja, memuji. Dia memandangi hidangan di hadapannya dengan antusias. Seperti biasa, menu favoritnya tidak neko-neko. Ayam. Mau dibakar, digoreng, direbus, bahkan cuma diremes-remes, asal itu ayam, dia pasti makan.“Ayo sini mama suapin. Mama cepet-cepetan loh. Kamu juga, Mas, makan dong. Udah siang ini,” kata Nayla masih ngomel dengan gaya ibu-ibu pada umumnya.Mereka duduk bertiga di sebuah meja kecil yang memang selal

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 148

    Maria menangis, tapi bukan karena takut pada Nayla. Bukan juga karena sakit akibat didorong hingga jatuh. Air mata yang mengalir itu lebih karena rasa kesal yang menumpuk. Bahkan bukan sekadar kesal biasa, lebih tepatnya kemarahan yang mulai berubah jadi dendam.Dia merasa dipermalukan, diperlakukan seolah-olah hanya benalu yang numpang lewat di kehidupan orang lain. Masih dengan tubuh yang agak goyah, Maria berusaha berdiri sendiri. Kaki kanannya sedikit nyeri, tapi dia pura-pura tidak merasakannya. Dirinya terlalu gengsi untuk terlihat lemah di tempat ini.Baru saja dia berdiri dan hendak masuk kembali ke dalam gedung, mengabaikan perutnya yang sejak pagi belum diisi apa-apa, tiba-tiba suara yang lebih menyebalkan dari apa pun terdengar dari sisi kanan. Suara itu lebih mengganggu daripada suara Nayla beberapa menit lalu. Dan itu adalah suara Bayu.“Bagaimana rasanya berhadapan dengan Nyonya muda Atmaja? Masih berpikir untuk merebut suaminya? Tapi kalau kau benar-benar yakin bisa mel

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 147

    Maria nyaris menghantam kepala Nayla dengan sepatu hak tinggi. Jarak mereka terlalu dekat, dan ayunan tangan Maria cepat. Ujung sepatu itu cuma terpaut beberapa centimeter dari kepala belakang Nayla. Refleks, Nayla mengangkat tangannya untuk melindungi kepala, lalu mendorong Maria sekuat tenaga.Maria terjungkal ke belakang. Tumit sepatunya terpeleset di lantai basement yang licin. Tubuhnya membentur lantai cukup keras, terdengar suara benda logam dari tasnya ikut terhempas. Suasana parkiran langsung senyap, hanya tersisa deru mesin mobil yang samar dari kejauhan.Nayla masih berdiri di tempat, napasnya terengah karena jantungnya deg-degan setengah mati. Tangan kirinya sedikit gemetar. Dia belum sepenuhnya sadar bahwa tadi hampir kena hantam benda keras di kepala. Matanya tak lepas dari Maria yang kini terduduk, rambutnya berantakan, satu hak sepatu copot, dan wajahnya penuh amarah.Maria tidak langsung bangkit. Dia tampak syok. Tangannya menahan bagian bokongnya yang kesakitan. Tapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status