Darren hanya merapikan kerah bajunya yang sempat kusut. “Ngarep ya,” ucapnya singkat, lalu berjalan keluar kamar hotel dan menutup pintu kamar. Nayla mengangkat tangannya, nyaris melempar pukulan ke atas. Entah untuk meredakan emosi, atau sekadar refleks. Tapi gerakannya langsung terhenti saat suara pintu terbuka lagi. Darren muncul kembali. “Besok pagi, asistenku yang jemput, bersiaplah sebelum dia datang,” ucapnya datar. Nayla tidak menjawab. Tatapannya hanya mengikuti langkah Darren yang pergi untuk kedua kalinya. Kali ini, pintu benar-benar tertutup. Dan ia tak tahu harus lega atau makin kesal. Setelah memastikan pintu tertutup, Nayla mendekati ranjang. Tubuhnya merosot di sisi ranjang. Ia memeluk lututnya dengan kedua tangan. Tangisnya pecah, tak tertahankan. Hatinya seperti diremas cukup keras dan perih, sesak, serta penuh luka. Ia masih belum bisa percaya bahwa Bima, lelaki yang selama ini ia percayai sepenuh hati, tega mengkhianatinya. Bertahun-tahun mereka bersama, dan
Last Updated : 2025-05-18 Read more