Share

Disewa Presdir

"Mr. Ferdian?"

Joanna tersenyum manis setelah menyapa seorang lelaki yang duduk sendiri. Joanna yakin tidak salah orang, wajah lelaki itu sama persis seperti foto yang sempat dia terima.

"Maaf membuat anda menunggu lama." Joanna meletakkan tas di atas meja lantas duduk di depan lelaki itu. Lumayan saat dia sedang transit ada panggilan mendadak. Dari pada berdiam diri di kamar hotel, dia memilih melakukan kerja sampingan.

Kepulan asap dari bibir lelaki itu membuat Joanna meremas ujung gaun yang dia gunakan. Dia benci sekali dengan asap rokok. Namun, demi pekerjaannya dia berusaha menahan diri.

"Jadi, apa yang harus saya lakukan, Mr. Ferdian?" Joanna berusaha mengabaikan kepulan asap yang kian menjadi.

"Tidak ada," jawab lelaki itu singkat.

Joanna mengernyit mendengar jawaban itu. "Maksudnya? Apa anda marah karena saya datang terlambat?"

Lelaki itu melempar puntung rokok di asbak lantas beranjak dari tempat duduknya. “Ikut saya!”

“Eh, mau ke mana?” tanya Joanna bingung.

Pertanyaan itu membuat lelaki itu menoleh. “Jangan banyak tanya! Ayo, ikut!”

Dengan berat hati, Joanna mengikuti lelaki itu. Joanna berusaha ramah, beberapa kali bertanya, tapi lelaki itu justru tidak pernah  menjawab pertanyaannya.

Perasaan Joanna semakin tidak enak saat pintu lift terbuka dan mereka sudah berada di lantai teratas hotel, tepatnya di deretan kamar VVIP.

“Apa yang akan kita lakukan di sini?” Joanna sudah tidak bisa menahan diri lagi, dia butuh penjelasan hingga akhirnya dia berhenti berjalan. “Pekerjaan saya hanya sebatas pacar sewaan dan saya tidak mau dibawa ke kamar! Memang anda pikir saya wanita murahan?”

Lelaki itu menghembuskan napas gusar, dia menoleh ke belakang. “Calon istri saya ada di kamar. Kamu cukup masuk dan katakan kalau kita sudah menikah.”

Penjelasan itu membuat Joanna manggut-manggut, dia hanya takut kejadian yang dulu menimpanya lagi. Tanpa ragu wanita itu kembali mengikuti lelaki itu hingga mereka tiba di depan pintu. Joanna masih berdiri di belakang lelaki itu, membiarkan dia memencet bel.

Tidak lama kemudian pintu terbuka, Joanna pikir sosok wanita yang keluar, tapi kenyataannya seorang lelaki asing muncul dari balik pintu.

“Silahkan masuk.  Anda sudah ditunggu di meja pantry,” ujar lelaki itu.

“Masuklah!” perintah Ferdian. “Saya akan bayar lima kali lipat jika kamu berhasil meyakinkan dia.”

Alih-alih masuk, Joanna justru mundur dua langkah, dia menatap kedua lelaki itu bergantian. “Apa kalian mau menjebakku?” tanyanya mulai waspada.

“Tidak, dia memang ada di dalam. Masuklah! Kami akan menunggu di luar, kami tidak akan macam-macam,” kata Ferdinan.

Joanna menatap Ferdinan penuh selidik, dia merasa ada yang aneh. “Apa calon istrimu itu tahu aku di sini? Kenapa dia bilang calon istrimu sudah menunggu di pantry?”

Ferdinan berusaha untuk meyakinkan Joanna. “Dia tahunya saya yang datang. Apa kamu tidak sanggup? Jika, tidak pergilah! Masih banyak orang yang menggantikanmu.”

Ancaman itu membuat Joanna bimbang, mana mungkin dia membiarkan bayaran yang berkali-kali lipat hilang begitu saja. Toh, dia hanya bertemu dengan calon istri pelanggannya.

Perlahan Joanna mendekat ke pintu dan berjalan masuk. Begitu dia masuk, pintu langsung tertutup, meninggalkan Joanna sendirian.

Seluruh ruangan itu terang benderang, membuat Joanna yakin kali ini dia tidak masuk perangkap. Dengan mantap berjalan menuju pantry. Namun, langkahnya terhenti saat melihat sosok seorang lelaki duduk memunggunginya.

Mata Joanna terbuka lebar saat sadar siapa pemilik bahu lebar itu.

Pak Ethan, batin Joanna.

Wanita itu yakin sekali tebakannya tidak salah. Joanna langsung mengambil langkah cepat meninggalkan tempat itu, ternyata dia memang dijebak.

Suara derap langkah mengikutinya membuat jantung Joanna kian berdebar kencang.

"Mau ke mana kamu, Joanna?"

Kurang ajar, geramnya Joanna tidak terima karena dia sudah ditipu.

Belum sempat Joanna menggapai hendel pintu, tiba-tiba saja tangannya ditarik hingga tubuhnya berbalik.

"Lepaskan saya, Pak Ethan!" pekik Joanna. “Biarkan saya pergi!”

"Melepaskanmu? Tidak akan, Joanna. Bukankah aku memintamu datang ke sini? Kamu membuatku kecewa, Joanna," bisik Ethan tepat di telinga Joanna.

Joanna berusaha berontak untuk melepaskan diri, bagaimanapun juga dia harus bisa keluar dari kamar itu.

"DIAM JOANNA!" bentak Ethan yang mulai kewalahan dengan pemberontakan yang wanita itu lakukan.

"Tidak sudi," balasnya.

Dengan sekuat tenaga Joanna berhasil menarik tangannya, wanita itu langsung berlari menuju pintu, tapi langkahnya kembali dihadang.

Tanpa mengatakan apapun, Ethan langsung menggendong Joanna, semakin berontak, maka semakin erat gendongan Ethan. Lelaki itu melemparkan tubuh Joanna di sofa panjang, segera mencengkeram pergelangan tangan Joanna agar wanita itu tidak kabur.

Dengan cepat Ethan menindih tubuh Joanna. "Kamu milikku, Joanna. Tidak akan aku biarkan lelaki lain bersamamu."

Joanna memalingkan wajah saat lelaki itu mendekatkan wajahnya. Dengan sekuat tenaga Joanna mendorong tubuh Ethan sampai lelaki itu terjatuh di lantai, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan wanita itu segera bangun dan menjauh.

“Jangan kabur, Joanna!”

Joanna mendekat dan langsung melayangkan tendangan ke asset berharga lelaki itu dan detik berikutnya terdengar suara teriakan melengking penuh kesakitan. Sebelum Ethan bereaksi, wanita itu berlari meninggalkan kamar.

“JOANNA!” geram lelaki itu. Ethan meringis kesakitan sambil memegangi miliknya.

“AWAS KAMU JOANNA!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status