Share

Incaran Hot Duda

“Jadi, dia punya kerja sampingan?”

Ethan bersiul pelan setelah mengetahui fakta yang mengejutkan, ternyata wanita yang tidur dengannya adalah pramugarinya sendiri.

“Mohon maaf, Pak Ethan. Sepertinya semalam ada kesalahan.”

Seketika Ethan mendongak. “Maksud kamu apa?”

“Joanna bukan wanita pesanan saya, Pak.”

Ethan tertegun seketika. “Kamu yakin?”

Sekretaris itu mengangguk dengan mantap. “Benar, Pak.”

“Bagaimana bisa dia datang ke kamarku? Apa dia sengaja melakukannya?” Ethan semakin penasaran.

“Akan saya cari tahu, Pak.”

Ethan tidak peduli dengan semua itu, yang jelas dia sudah tertarik dengan Joanna. Sekali lagi Ethan menatap biodata Joanna yang ada di atas mejanya. Lelaki itu menyeraingai saat menyadari Joanna adalah orang yang pernah menggores hatinya di masa lalu dan sepertinya wanita itu masih belum menyadari siapa dirinya di masa lalu. Dia tidak menyangka selama ini wanita itu berada di dekatnya, dunia sempit sekali.

“Mari kita lihat, Joanna. Apa kamu masih sama sombongnya seperti dulu?” 

***

“JOANNA!”

Teriakan itu berasal dari wanita yang mengenakan seragam pramugari yang berlari menghampirinya. “Kenapa kamu baru datang?”

Satu alis Joanna terangkat tinggi, menatap heran temannya yang mendadak heboh. “Ada berita apa lagi, Rosa?”

“Kamu benar-benar beruntung. Hari ini ada penerbangan ke Bali pukul delapan, kan?” tanya Rosa bersemangat.

Tanpa ragu Joanna mengangguk. “Ya, ada apa?”

“Aku baru saja mendapat kabar kalau Pak Ethan ikut penerbanganmu. Wow, kamu sangat beruntung hari ini. Semua orang ingin berada di posisimu,” kata Rosa sambil senyum-senyum sendiri membayangkan bisa berada satu pesawat dengan presdir maskapai yang terkenal tampan dan super hot.

“Apa katamu?” sentak Joanna kaget.

Respons Joanna membuat Rosa bingung. “Hei, ada apa denganmu? Harusnya kamu senang.”

Joanna menggigit bibir bawahnya, dia tidak akan pernah melupakan malah yang dia habiskan dengan atasannya itu. Sudah satu minggu berlalu dan selama itu dia berusaha untuk hidup normal serta menghindari Ethan.

“Penerbanganmu jam berapa?” tanya Joanna balik.

“Jam sepuluh. Ada apa?”

“Bagaimana kalau kita tukar?” Joanna berusaha untuk melakukan negosiasi dengan Rosa.

“Tunggu dulu! Ini maksudnya aku menggantikanmu dan kamu menggantikan aku?” tanya Rosa ingin memastikan lagi.

Joanna mengangguk cepat, dia tidak ingin satu penerbangan dengan Ethan, bagaimanapun juga dia harus menghindari lelaki itu agar karirnya aman. “Ya, bagaimana?”

“Apa kamu tidak menyesal melewatkan kesempatan terbang bersama Pak Ethan?” ujar Rosa setengah menggoda. “Kali ini kamu bisa menatapnya dari dekat, Joanna. Biasanya kita hanya bisa mengagumi dari jauh. Hei, ayolah! Ini kesempatan bagus untukmu.”

Joanna berdecak kesal, sama sekali tidak tertarik dengan iming-iming yang diberikan oleh Rosa. “Kamu mau tidak?” tanyanya sekali lagi.

Raut wajah Rosa berubah serius. “Mau, tapi bagaimana mungkin kita bertukar jadwal? Ini terlalu mendadak.”

Joanna memberikan kopernya pada Rosa. “Jaga koperku! Biar aku yang pergi ke ruang pengatur jadwal dan minta mereka menukarnya.”

Rosa tersenyum lebar. “Deal! Kapan lagi bisa cuci mata mengagumi Pak Ethan.”

Tanpa pikir panjang, Joanna langsung pergi ke ruang kru. Ternyata meminta pertukaran jadwal tidak semudah yang dia bayangkan, dia harus membujuk dengan berbagai alasan hingga akhirnya petugas itu menyerah dan mengabulkan permintaannya.

Joanna akan melakukan apapun untuk menghindari Ethan.

***

Joanna memejamkan matanya sejak, merasa nyaman sekali membaringkan tubuhnya di tempat tidur setelah penerbangan jauh. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, dia sangat senang karena berhasil menghindari Ethan. Namun, ketenangan yang baru dia rasakan terusik saat mendengar suara ketukan pintu.

“Itu pasti Jihan,” gumam Joanna. Wanita itu beranjak dari tempat tidur, membukakan pintu untuk Jihan yang merupakan teman sekamar selama mereka menginap di hotel.

Tubuh Joanna mematung di tempat saat melihat Ethan berdiri di depan pintu kamarnya. Tidak mungkin atasannya ada di sini, harusnya Ethan berada di Bali.

“Pak Ethan,” sapa Joanna, dia berusaha tetap tenang karena Jaonna yakin sekali lelaki itu pasti lupa tentang malam itu. Wanita itu menatap sekeliling dengan gelisah, tidak ada siapapun di sekitar mereka. Dia tidak menyangka Ethan muncul di depannya, padahal dia pikir Ethan ada di Bali. “Maaf, Pak Ethan cari siapa ya?”

"Long time no see, Joanna," ucap Ethan diakhiri dengan senyum tipis. Akhirnya, setelah satu Minggu penantian dia bisa melihat Joanna dari jarak dekat. Selama ini Ethan memang diam-diam mengawasi Joanna.

Joanna menahan napas saat Ethan menyebut namanya. Bagaimana dia tahu namaku? batin Joanna.

Wanita itu berdehem pelan, mencoba untuk mengatasi keterkejutannya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak Ethan?"

Ethan mendengus kesal melihat respons Joanna. Lelaki itu maju beberapa langkah, tapi Joanna justru mundur.

"Apa kamu lupa?" tanya Ethan. Lelaki itu puas sekali melihat raut wajah bingung dan terkejut Joanna.

"Maksud Pak Ethan apa?" Sabrina pura-pura bingung, dia takut jika Ethan sudah mengingat malam itu.

Ethan semakin tertarik dengan Joanna. Lelaki itu mendorong tubuh Joanna masuk ke dalam kamar dan dia langsung mengunci pintu itu.

Merasa tidak aman, Joanna berlari menyelamatkan diri. Namun, sebelum dia meraih knop pintu, Ethan menarik tangannya. Belum sempat berontak tiba-tiba saja lelaki itu menggendong tubuh Joanna.

"Turunkan saya, Pak Ethan! Apa yang anda lakukan?" Joanna memukul kencang dada Ethan.

"Aku akan membantumu mengingat malam itu, Joanna," bisik Ethan tepat di telinga Joanna.

Joanna menggeleng, cukup sekali dia kecolongan dan kali ini tidak akan membiarkan Ethan menyentuhnya lagi. Dia tidak sudi, sekalipun Ethan adalah atasannya.

"Brengsek! Turunkan saya, Pak Ethan!" Tanpa ragu, Joanna mencaci atasannya.

Ethan terkekeh pelan. "Ternyata kamu cukup berani juga, Joanna."

"Saya ak—"

Ucapan Joanna menggantung di udara saat Ethan menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tubuh Joanna gemetar hebat, wajahnya mulai pucat pasi saat melihat Ethan akan naik ke tempat tidur.

Joanna bangun, berusaha menjauh dari Ethan. Belum sempat melakukannya, lelaki itu kembali mendorong tubuhnya hingga terjatuh.

Ethan menindih Joanna, mencengkeram erat pergelangan tangan wanita itu. "Apa kamu lupa malam itu, Joanna? Bukankah kamu sangat menikmatinya?" goda lelaki itu.

"Pak Ethan pasti salah orang. Saya tidak tahu apa yang bapak maksud."

"Oh ya? Aku akan membantumu mengingat setiap detik yang kita habiskan bersama."

Tubuh Joanna gemetar hebat saat merasakan hembusan hangat di tengkuknya. Mata Joanna terbuka lebar ketika wajah Ethan sudah sangat dekat dengannya.

"Jangan, Pak! Saya ... Saya ingat," ucap Joanna panik, tidak ada cara lain untuk menghentikan Ethan selain mengakui semuanya.  "Saya ingat jelas malam itu. Tolong lepaskan saya, Pak!"

Ethan menjauhkan sedikit tubuhnya. "Aku tidak menyangka ternyata kamu punya kerja sampingan. Kira-kira apa reaksi orang-orang kalau tahu, Joanna?”

Joanna menggeleng cepat. "Bapak salah paham! Saya bukan wanita sewaan lelaki hidung belang."

"Lantas apa? Wanita sepertimu bisa merusak citra maskapai, Joanna."

Joanna memutar otak, dia tidak ingin karir pramugarinya hancur begitu saja. "Saya memang punya kerja sampingan, Pak. Tapi, pekerjaan saya hanya sebatas pacar sewaan."

Satu alis Ethan terangkat. “Oh, ya?”

Dengan cepat Joanna mengangguk. “Benar, Pak. Saya tidak mungkin bohong.”

"Saya tidak peduli, Joanna. Saya akan pec—"

“Tolong jangan pecat saya, Pak Ethan. Saya akan lakukan apapun asalkan bapak tidak memecat saya,” potong Joanna cepat, dia tidak ingin kehilangan pekerjaan utamanya.

Permintaan Joanna membuat Ethan tersenyum penuh kemenangan. “Baiklah, aku tidak akan memecatmu, tapi kamu harus kabulkan permintaanku, Joanna!”

Tanpa keraguan, wanita itu mengangguk cepat. “Apa permintaan, Pak Ethan?”

“Jam sembilan datang ke kamarku, Joanna! Kamu harus datang! Kalau tidak aku akan membongkar semuanya,” ancam lelaki itu.

Alih-alih menjawab Joanna malah terdiam membisu. Wanita itu tersentak saat merasakan sentuhan lembut di puncak kepalanya.

“Kamu diam, artinya kamu setuju, Joanna. Sampai jumpa nanti malam.”

Usai mengatakan itu, Ethan pergi meninggalkan kamar Joanna. Tangan wanita itu terkepal kuat. Suara notifikasi pesan masuk membuat Joanna terlonjak kaget, dia segera menyambar ponselnya, satu alis Joanna terangkat saat melihat nomor asing muncul.

Joanna melembar ponselnya di atas tempat tidur setelah tahu pesan itu dari Ethan, lelaki itu mengirim nomor kamar hotel.

Aku tidak akan datang. Pak Ethan tidak mungkin berani membongkar tentangku, batin Joanna berusaha untuk meyakinkan dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status