Masukdahlah ges, sori dua bab aja ya, lagi banyak pikiran
"Katakan padanya, dia bisa tinggal di sini bersama Bulan agar mereka tidak kekurangan apa pun lagi. Aku siap bertanggung jawab atas nama Albert," sambung Tatiana sungguh-sungguh."Mama Ana... sepertinya ibunya Bulan belum bisa ke sini dalam waktu dekat, karena dia sedang dalam proses pengobatan," jawab Elyssa hati-hati.Tatiana tersentak kaget. "Dia sakit? Sakit apa?""Ah itu, dia..." Elyssa benar-benar kehilangan kata-kata.Melihat kekasihnya kesulitan, Sean segera menimpali untuk membantu. "Camelia sedang mengalami gangguan kesehatan mental, dan sekarang dalam penanganan ketat psikiater. Untuk sementara waktu dia belum diperbolehkan bertemu siapa pun."Tatiana mengangguk paham dengan raut wajah prihatin. "Ah, begitu ya... baiklah kalau begitu."Saat Elyssa dan Sean beranjak dari sofa untuk berpamitan, langkah mereka tiba-tiba terhenti oleh suara derap langkah kecil yang berlari kencang ke arah mereka."Tante Elyssa! Tunggu!" teriak Bulan.Bulan langsung memeluk Elyssa dengan erat, w
Malam itu, suasana kediaman keluarga Han terasa berbeda. Tidak ada lagi keheningan yang mencekam, melainkan aura ketenangan yang sulit dijelaskan.Sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan teras. Tak lama, Sean dan Elyssa turun.Sean menggenggam erat tangan Elyssa, mencoba menyalurkan ketenangan sebelum mereka melangkah masuk.Begitu pintu utama dibuka, seorang pelayan menyambut mereka dengan ramah dan mempersilakan keduanya menunggu di ruang tamu.Jantung Elyssa berdegup kencang. Ia terus memikirkan bagaimana keadaan Bulan seharian ini. Apakah Tatiana memperlakukannya dengan baik atau malah sebaliknya?Namun, rasa cemasnya langsung hilang saat melihat sosok yang muncul dari arah dalam.Tatiana berjalan perlahan, dan di sampingnya, terlihat Bulan yang menggenggam erat tangan neneknya. Di tangan satunya, Bulan masih memeluk boneka teddy bear usang milik Albert.Elyssa terpaku. Matanya berkaca-kaca melihat pemandangan yang selama ini ia kira hanya ada dalam mimpinya.Tatiana, wanita ya
"Oma! Tante Elyssa yang nyuruh. Katanya, nanti panggil Ibu itu ‘Oma’!"Tanpa sadar, sudut bibir Tatiana terangkat. Sebuah senyuman tipis— senyuman tulus yang sudah lama ini tidak pernah muncul— akhirnya menghiasi wajahnya lagi."Jadi, kau mau aku yang memasak untukmu?""Iya. Soalnya… Bulan mau nyobain masakan Oma,” seru Bulan.Tatiana terkekeh pelan, namun tetap terlihat anggun. "Kau ini pintar sekali merayu, ya."Entah kenapa, hati Tatiana yang sekeras batu tiba-tiba melunak. Ia memutuskan untuk turun ke dapur sendiri. Setelah berkutat dengan penggorengan, ia menyajikan kentang itu di depan Bulan."Ini, makanlah. Jangan berharap terlalu banyak kalau rasanya tidak enak. Aku baru saja melihat resepnya di internet," ucap Tatiana gengsi.Bulan bukannya mengambil garpu, malah membuka mulutnya lebar-lebar. "Aaah."Tatiana mengerutkan kening. "Apa ini? Kau mau disuapi?""Dua tangan Bulan lagi peluk boneka. Jadi, Bulan gak bisa makan sendiri."Tatiana mendengus pelan, hampir tertawa. "Astaga
Sementara itu, di kediaman mewah keluarga Han, suasana terasa sunyi dan canggung. Setelah mengirimkan sampel DNA ke rumah sakit, Elyssa sengaja meninggalkan Bulan di sana. Alasannya ada urusan mendadak, padahal itu hanya taktik Elyssa agar Bulan dan Tatiana bisa saling mengenal dan akrab.Dan saat ini, Bulan sedang duduk tegang di ruang bermain yang luas. Tatiana berdiri tidak jauh darinya, mengawasi anak kecil itu dengan tatapan yang masih terasa tajam dan menyelidik.“Kenapa tidak dimakan cemilannya?” tanya Tatiana dingin seraya melihat puding susu di atas meja yang sama sekali belum disentuh.Bulan hanya menggeleng pelan tanpa berani menatap Tatiana. “Bulan gak lapar.”“Kalau begitu main saja,” perintah Tatiana singkat.Namun Bulan tetap diam. Ia tidak menyentuh satu pun mainan yang sudah disiapkan, padahal di sana ada banyak jenis mainan mahal.“Kenapa lagi? Kamu tidak suka main puzzle? Main lego? Katakan saja kamu mau main apa, biar aku siapkan,” ujar Tatiana mulai tidak sabar.B
Elyssa menyaksikan Olivia diseret keluar dari rumahnya. Ada rasa lega yang luar biasa menyusup ke dadanya, seolah beban berat yang selama ini menghimpitnya akhirnya terangkat. Ia menoleh ke arah Sean yang juga sedang menatap kepergian mobil itu dengan pandangan yang sulit diartikan."Lega banget rasanya semua ini sudah lewat, Mas. Tinggal tunggu kabar dari Juan aja, semoga dia bisa bikin Olivia bicara jujur," bisik Elyssa pelan.Sean tidak langsung menjawab. Matanya masih terpaku pada mobil Juan yang perlahan menjauh dan menghilang di balik gerbang."Mas? Kamu gak ke kantor?" tanya Elyssa mencoba mengalihkan perhatian Sean.Sean tersentak, seolah baru saja ditarik kembali dari lamunannya.Ia segera mengulas senyum tipis. "Iya, Sayang. Ini aku baru mau berangkat kerja. Oh ya, jangan lupa nanti malam kita ada janji sama Miss Whitney. Dia desainer langganan keluargaku buat urusan gaun. Kamu bebas pilih model apa pun yang kamu mau, nanti tinggal di-fitting aja."Elyssa mengangguk ceria, m
"Dengarkan aku dulu, demi Tuhan, ini bukan soal cinta!" Sean mencengkeram kedua bahu Elyssa, memaksanya untuk menatap matanya. "Aku tidak mencintainya, Elyssa. Sama sekali tidak! Aku hanya merasa bersalah karena gagal menjaganya di masa lalu hingga dia hancur seperti ini. Tapi aku sadar, caraku salah. Seharusnya aku tidak perlu peduli lagi padanya karena sekarang aku sudah punya kamu.”Elyssa memalingkan wajah, enggan menatap Sean. "Tapi kamu membelanya di depan mataku, Mas. Kamu membentakku demi dia!""Aku salah, aku minta maaf. Aku hanya takut dia nekat melakukan sesuatu di rumah ini sebelum semuanya tuntas," ucap Sean dengan nada memohon.Ia menarik tangan Elyssa dan menempelkannya ke dadanya, membiarkan wanita itu merasakan detak jantungnya yang berpacu cepat. "Hanya ada kamu di sini. Tolong jangan pergi. Jangan menjauh dariku."Elyssa terisak, bahunya berguncang hebat. Kemarahan dan rasa cintanya berperang di dalam dada. "Kamu tau betapa sakitnya aku melihatmu menggandeng tangann







