LOGINauthor suka nih kalau ada orang geludd... yok, Sean, bisa yok.
WARNING SEBELUM MEMBUKA BAB. BERISI ADEGAN DEWASA. HARAP BIJAK DALAM MEMILIH PASANGAN. EH, BACAAN!!****Elyssa mengubah posisi tidurnya, mencoba mencari kenyamanan, tetapi sia-sia.Kehadiran Sean di sebelahnya— yang kini terasa begitu jauh— membuatnya terusik. Ia menatap punggung Sean yang tegang, tahu bahwa kekecewaan itu masih kuat membelenggu pria yang dicintainya.Setelah beberapa saat hanya diam dan memikirkan sebuah cara, Elyssa memutuskan untuk tidak menyerah pada jarak ini. Ia bergerak pelan, mendekati punggung Sean yang memunggunginya.Ia lalu memeluk Sean dari belakang, meletakkan pipinya di bahu Sean yang berbalut kaos.Elyssa mengeratkan pelukannya, berharap kehangatan itu bisa mencairkan kekesalan Sean.“Mas,” bisik Elyssa pelan, suaranya terdengar lembut dan tulus di telinga Sean. “Aku tau kamu kesal. Aku juga kecewa, Mas. Tapi ini di luar kendaliku.”Sean tetap diam, hanya bahunya yang sedikit menegang sebagai respon.“Lihat aku,” pinta Elyssa, suaranya sedikit bergeta
NOTE SEBELUM MEMBUKA BAB, BERISI ADEGAN DEWASA! HARAP BIJAK!****Sean semakin bergerak aktif memainkan payudara Elyssa, tidak hanya meremas, tetapi juga menghisap dan menjilatinya, memastikan Elyssa tidak lagi mampu menahan sensasi.Mata Elyssa sontak terpejam rapat, kepalanya mendongak. Ia tak tahan lagi dan akhirnya mengeluarkan desahan sensual yang panjang. "Ahhh, Mas Sean... hmphh..."Kini, banyak sudah jejak cinta yang ditinggalkan Sean di area payudara Elyssa.Sean lalu beralih, tangannya mulai meraba-raba paha Elyssa, gerakannya perlahan naik.Elyssa semakin geli saat jari-jari Sean menggesek-gesek area intimnya. "Uhh, Mas..."Jari Sean kemudian masuk ke lubang hangat itu. Berawal dari satu, kemudian dua, lalu tiga jari sekaligus. Sean terus mengubek-ubeknya, membuat Elyssa makin mabuk kepayang dalam sensasi yang menusuk."Hnghh, Mas... ahh.. gak tahan, Mas. Pengen nyembur," rintih Elyssa.Melihat ekspresi kepuasan yang luar biasa di wajah Elyssa, Sean makin bersemangat. "Semb
NOTE! SEBELUM MEMBUKA BAB. BERISI ADEGAN DEWASA YANG SEDIKIT EKSPLISIT. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA.****Sean tersenyum lega, janji Elyssa telah melegakan hatinya. Tanpa ragu, ia memajukan wajahnya. Elyssa langsung memejamkan mata, mempersilakan Sean menciumnya.Bibir Sean pun mendarat lembut di bibir ranum Elyssa. Ia melumatnya perlahan, mencecap rasa manis yang selalu menjadi kesukaannya."Bibirmu ini adalah candu bagiku," bisik Sean dengan suara parau di sela ciuman mereka, sebelum kembali menyatukan bibir mereka.Elyssa perlahan membuka mata. Sontak ia tersenyum tipis menerima pujian dari Sean.“Kalau candu, ayo dicium lagi,” goda Elyssa menantang, suaranya sedikit tertahan oleh kedekatan mereka.Sean tak menggunakan waktu untuk berpikir. Mendengar tantangan dari pujaan hatinya, ia langsung menyambut. Bibirnya melumat bibir Elyssa dengan segera.Ciuman yang semula lembut dan memuja, perlahan berubah menjadi brutal dan menuntut. Mereka saling mencecapi, menukar gairah melalui sentuh
Wajah Sean berubah kesal. Ia menutup matanya sesaat, menghela napas panjang, lalu memaksakan diri menjauh dari Elyssa dengan berat hati. Momen intim mereka pun terhenti seketika.Ia meraih ponselnya, matanya menatap Elyssa dengan pandangan meminta maaf.“Sayang ya, Sayang. Aku angkat telepon dulu. Gapapa, kan?” tanyanya, meminta izin.Elyssa, yang tadinya penuh gairah, hanya bisa mengangguk pasrah. “Iya, Mas. Jawab dulu, siapa tau penting.”Sean segera melihat nama penelepon di layar. Wajahnya yang tadinya frustrasi karena terganggu, langsung berubah menjadi serius dan tegang.Sean melirik ke Elyssa sebentar, lalu menjawab panggilan itu dengan nada serius. "Halo, Roy."Ternyata, panggilan itu datang dari Roy, Kepala Tim Keamanan yang bertugas memantau perkembangan di kepolisian dan sebagai pengawal orang tua Elyssa. "Maaf mengganggu, Pak Sean. Ada kabar buruk." Suara Roy di telepon terdengar tergesa-gesa."Apa?" tanya Sean, nadanya langsung tajam."Saya baru saja dikabari oleh pihak
Sore menjelang malam, mansion Sean diselimuti cahaya oranye keemasan.Marina dan Charlie sudah merasa cukup pulih secara emosional, dan mereka bersikeras untuk segera kembali ke rumah mereka, meskipun Sean sudah menawarkan perlindungan penuh.Mereka berkumpul di ruang tamu, dan Marina meraih tangan Sean dengan haru.“Nak Sean, terima kasih banyak atas semuanya. Kamu sudah mempertaruhkan diri untuk menyelamatkan kami dan Elyssa.”“Tolong jangan sungkan. Kalian lebih aman di sini. Biar media di luar reda dulu.”“Kami menghargai tawaranmu, Nak Sean. Tapi kami tidak ingin terlalu merepotkanmu. Kami sudah sangat yakin dan percaya, kamu bisa menjaga putri kami dengan baik di sini.” Charlie menepuk pundak Sean. “Kami akan pulang, dan kamu, fokuslah pada Elyssa.”Elyssa mengantar kedua orang tuanya hingga ke depan pintu. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu. Ada satu hal penting yang harus ia sampaikan sebelum orang tuanya pergi, meskipun terasa berat.“Mama, Papa… ada yang harus aku sampaikan.”Waj
Di sisi lain, Dokter Rika, spesialis kandungan tepercaya yang dipanggil Sean, baru saja selesai melakukan pemeriksaan USG dan tes cepat pada Elyssa.Elyssa berbaring di ranjang, menatap wajah Dokter Rika dengan tegang, menanti kepastian yang akan menentukan masa depannya. “Jadi, bagaimana, Dokter? Apakah Elyssa baik-baik saja? Dan... bagaimana dengan kondisi kandungannya?” tanya Sean, harap-harap cemas.Dokter Rika tersenyum tipis, kemudian menatap Sean dan Elyssa bergantian. “Secara fisik, Bu Elyssa sehat. Hanya sedikit kelelahan. Tapi mengenai kehamilan….” Ia menghela napas lebih dulu sebelum melanjutkan. “Maaf, Bu Elyssa. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG dan tes hormon, hasilnya negatif. Anda tidak hamil.”Kata-kata itu bagai palu godam. Tubuh Elyssa menegang, wajah yang tadinya penuh harapan langsung berubah menjadi kekecewaan yang mendalam.Sean, yang berdiri di samping ranjang, juga tampak terkejut.“T-tidak hamil? Tapi rasa mual, lelah, nafsu makan aneh, semua yang kurasakan







