“Dengan syarat, semua sahabatmu harus tahu kalau kita berdua adalah sepasang kekasih mulai detik ini? Dan jangan larang apapaun yang aku lakukan untuk membuatmu jatuh cinta padaku?” sambung Tasha mendongakkan wajahnya melihat wajah tampan Arion.
Arion terdiam, ia berpikir sejenak. “Yah, aku akan menceritakan kepada Emily tentang rencanaku ini. Aku yakin dia akan mengerti.” Pikir Arion. “No problem—tidak masalah…” jawab Arion pelan.
“Ahhhh… Aku bahagia sekali, baby…” Tasha mengeratkan pelukannya.
“Dan ingat! Aku tidak mau sampai semua sahabatmu tahu akan masalah ini! Jika kamu melanggarnya, aku tidak akan ragu mengirim video ini kepada seluruh keluargamu, Arion!” Tasha dengan penuh percaya diri mengancam Arion, dia menang karena memegang kartu ace-nya.
Baru kali ini ia melihat Arion tidak berkutik sama sekali dengan ancaman yang ia layangkan, “Hah
Arion gelisah, perasaan pria itu menjadi tidak tenang. Dia tahu, saat ini Emily sangat kecewa padanya. “Damn!” makinya dalam hati. Tasha yang berada di samping Arion sesekali melirik ke arah pria itu. “Ada apa, baby?” tanya Tasha lembut.Pria itu terdiam, dia harus menyelesaikan permainan ini secepatnya. Rasanya sungguh memuakkan harus berpura-pura seperti ini. Dia merutuki kebodohannya malam itu, karena tidak sadar kalau dirinya sudah dijebak oleh Tasha. “Sepertinya aku harus menghubungi Raul…”batinnya.“Hmm… Aku hanya melihat laporan kerja.” Kilah Arion, datar.Tasha tersenyum, kemudian cemberut. “Selama sama aku, kamu harus fokus kepadaku, Yon….” ucapnya dengan nada manja dan menyandarkan kepalanya di lengan Arion.Arion mengatupkan rahangnya, menahan gejolak amarahnya saat ini. “Jangan memanggilku dengan sebutan itu.” Ucapnya dengan dada
Emily tiba di kediamannya, wanita itu langsung masuk ke dalam kamar dan duduk di karpet tebal menelungkupkan wajahnya di kedua lututnya.Hatinya hancur, sangat hancur. Serasa dirinya yang sedang terbang tinggi ke angkasa dan di hempaskan dengan keras di dasar tanah.Wanita cantik itu mengambil ponselnya, melihat foto dirinya dan Arion yang sempat Arion ambil saat mereka berdua berada di tempat tidur usai bercinta. Pria itu mengecup keningnya dengan penuh cinta. Membisikkan kata cinta yang terdengar begitu indah di telinga Emily.“Kau begitu bodoh! Bodoh! Bodoh!” Emily mengutuk dirinya, kemudian mencari tombol delete, namun tangannya tidak dapat bergerak.Moment yang ia lewati bersama Arion terlalu indah, dan juga menyakitkan di saat bersamaan. Sebodoh itulah dia.Bahkan dirinya masih dapat mengingat dan merasakan dengan jelas setiap sentuhan yang diberikan Arion di seluruh tubuhnya. Dan hal itu membuat dirinya merasa hancur.
Eleanor terdiam dan menatap sendu sahabatnya itu. “Iyah baiklah. Kita masuk ke dalam dulu, ok?” Kemudian dia memapah dan membantu Emily untuk membuka pakaian basahnya. Eleanor dengan dabar memakaikan handuk kimono untuk Emily. “Em, ada apa?” tanya Eleanor lembut begitu dia sudah merebahkan tubuh Emily di kasur dan menutupi wanita cantik itu dengan selimut tebal. Eleanor ikut duduk di tepi kasur sambil memegang tangan Emily, “Hey, ada apa?” “Bukannya hari ini kamu harus memberikanku kabar bahagia?” lanjut Eleanor. Dan hal itu berhasil membuat Emily kembali meneteskan air matanya tanpa suara. Eleanor menghela napas dalam, “Oh my! Bicara padaku, Em…” serunya dengan tidak sabaran. Dia tidak tahan melihat Emily yang seperti ini. “Kalau kamu masih diam, aku akan keluar sekarang juga dan memberitahukan keadaanmu kepada Aunty Della dan Uncle Ethan!” ancam Eleanor yang tentu saja tidak mungkin ia lakukan. Ia hanya ingin Emely bercerita kepadanya. “Lea, please…” gumam Eleanor pelan sambil
Arion yang sedang menyetir langsung menginjak padel rem secara mendadak. Ckiiitttt…. Brak! Di susul suara klakson yang berentetan berbunyi di luar sana. Sedangkan Arion sendiri keningnya sempat terbentur dengan stir mobilnya, membuat pria itu meringis pelan. Pria itu mengabaikan semua klakson dari kendaraan yang berada di belakang sana. Dia terkejut, terpukul dengan apa yang dikatakan Emily. Hingga terdengar suara ketukan di kaca mobilnya, karena Arion tidak kunjung bergerak. Pria itu menimbulkan kemacetan dan mengganggu lalu lintas. Bugh! Arion merasa sangat kesal sampai memukul setir mobilnya, tapi dirinya tidak bisa marah kepada Emily. Apalagi sampai membentak wanita itu. Meskipun sejak dulu ia dingin dan menjaga jarak dengan Emily, tidak pernah sekalipun ia bersuara besar atau memaki kepada wanita yang ia cintai itu. Pria berhazel biru itu menarik napas dalam, saat Emily memanggil namanya di sana. “Baiklah,” jawabnya singkat. Dan memutuskan sambungan teleponnya, melepaskan ea
Bip bip bipArion membuka ponselnya dan membaca pesan singkat yang masuk.‘Tuan, Nona Emily dan Nona Eleanor menuju bandara.’Arion menghela napasnya dan membalas pesan tersebut, ‘Ikuti!’‘Siap Tuan.’Seperti yang ia duga, Emily pasti pergi bersama Eleanor, “Hah! Setidaknya dia tidak sendiri,” gumamnya lirih sambil memijit keningnya.Kepalanya terasa begitu sakit. Pria itu melihat ke arah tempat tidurnya, semuanya sudah terganti dengan sprei yang bersih, bekas darah di sprei yang tadi pagi ia lihat membuat dadanya semakin sesak.“Fuck!”“I miss you so bad—aku sangat merindukanmu, Em!”Arion menyandarkan punggungnya dan kembali meneguk wiski yang ia pegang. Dia butuh minuman ini untuk membuatnya tidur.Di kepalanya saat ini hanya terisi oleh bayangan Emily. Dimana wanita yang ia cintai itu menatapnya dengan penuh cinta saat semalam bersamaanya, namun tatapan itu berubah saat tadi pagi mereka bertemu.Dengan berat, Arion berdiri dan melangkahkan kakinya menuju tempat tidur. Tempat diman
Keesokan paginya, Arion yang sudah selesai mandi segera berpakaian. Begitu tiba di wardrobenya, ia kebingungan untuk menyiapkan pakaiannya sendiri.Sudah beberapa tahun ini, Emily lah yang selalu mengurus pakaiannya. Baik pakaian kerja maupun pakaian hariannya. Emily akan mengatur beberapa pakaian yang siap ia pakai.“Hah!”Dengan langkah malas ia membuka pintu lemari satu persatu mencari keberadaan pakaian santai. Tepat di lemari keliam baru ia melihat pakaian yang bisa ia pakai.Pria tampan itu memilih sweater berwarna putih dan celana denim. Pagi ini ia sudah janjian dengan Reynard dan Felix untuk bertemu di ‘basecamp’ mereka untuk membahas masalah ini.“Lumayan!” gumam pria itu melihat dirinya di depan cermin, tak lupa memakai jam tangannya.Dengan langkah ringan ia keluar dari paviliun miliknya, perasaannya sedikit tenang setelah melihat foto yang dikirim orang suruhannya yaitu foto Emil
Di bawah cahaya matahari pagi yang lembut, kota Paris terbuka dengan pesonanya yang khas. Emily dan Eleanor, memulai petualangan mereka dengan penuh senyum ceria. Mereka berjalan menyusuri jalan-jalan yang dipenuhi dengan arsitektur megah dan nuansa romantis—ciri khas kota Paris.Emily merasa terhanyut dalam pesona kota Paris yang megah. Bangunan-bangunan bergaya klasik dengan jendela-jendela besar dan balkon-balkon indah mengelilingi mereka. Cobblestone yang halus di bawah kakinya memberikan sentuhan elegan pada langkah-langkah mereka. Keduanya tersenyum saat mereka berjalan, merasa seperti tokoh dalam sebuah kisah romantis yang mereka ciptakan sendiri.Ketika mereka berbelok ke jalan yang lebih ramai, toko-toko mewah dan butik-butik kecil memikat perhatian mereka. Eleanor meraih tangan Emily dengan semangat. "Mari kita lihat-lihat toko-toko ini! Siapa tahu kita menemukan sesuatu yang keren! Lagi pula kamu mau cari barang tit
Bahkan Raul mendengarkan dengan penuh perhatian saat Emily dan Eleanor berbicara tentang jalan-jalan mereka tadi pagi di menara Eiffel serta rencana mereka dua hari kedepannya selama berada di kota Paris.Eleanor yang memang lebih mudah akrab dengan orang asing membuat suasana jadi lebih cepat mencair sehingga tidak ada lagi rasa canggung diantara mereka bertiga.“Anda berlebihan Pak Raul!” seru Emily saat Raul memujinya secara terang-terangan mengenai kinerjanya selama ini.“Yeah, memang benar ‘kan? Bagaimana Eleanor? Aku rasa kamu juga sependapat denganku jika Emily adalah wanita yang hebat dalam pekerjaannya?”Eleanor tersenyum, “Tentu saja! Bahkan aku ingin sekali merekrutnya!” sahut Eleanor membenarkan.Suara tawa kembali terdengar sampai sampai pelayan datang untuk mengambil pesanan makanan mereka, Raul dengan senang memberikan rekomendasi."Kalian harus mencoba hidangan khas dari