“Aku lagi olahraga, ini lagi lari di treadmill sambil teleponan sama kamu. Semuanya amankan? Anak-anak sehat?” tanya Elang sebagai bentuk basa-basi.
“Iya, mereka sehat. Kerjaannya nanyain kamu terus, aku harap kamu cepat pulang. Aku juga kangen sama kamu, aku butuh kamu. Anak kamu yang diperut juga kangen sama Papanya,” kata Indira manja.
Chacha yang mendengar itu memejamkan matanya tak tega. Rasa bersalah kini benar-benar memenuhi Chacha, ia sudah tak menikmati sentuhan yang diberikan Elang padanya. Saat ini Chacha hanya pasrah saja ketika Elang menghujamnya, tak ada keinginan lagi saat ini.
“Iya kamu sabar aja, besok aku udah pulang. Kita bisa ketemu lusa, yaudah aku tutup ya. Besok kalau udah di bandara aku kabarin kamu,” kata Elang ingin segera mengakhiri panggilan tersebut.
“Oke, I love you,” ucap Indira. Elang mematikan sambungan tersebut dengan cepat karena tak menyangka Indira akan mengatakan itu. Ma
“Cha,” panggil Elang sambil mengetuk pintu kamar mandi. “Kamu ngapain? Ayo keluar, Cha kamu ngapain di dalam? Aku dengar kamu nangis Cha, sayang,” panggil Elang.Namun Chacha masih tak menjawab. Sampai akhirnya Chacha merasa cukup akhirnya keluar dari kamar mandi. Elang yang sudah menunggu akhirnya mendekati Chacha, pria itu melihat mata Chacha yang merah dan sembab.“Cha, kamu kenapa? Apa yang kamu bahas sama Indira?” tanya Elang. Chacha menghindar, memakai pakaiannya kembali dan mengabaikan pria itu. “Cha, kamu belum jawab pertanyaan aku. Kenapa nangis? Indira bilang apa sama kamu? Dia nyakitin kamu?” tanya Elang membuat Chacha menepis tangan Elang dan menatap pria itu tajam.“Indira nggak pernah nyakiti aku. Tapi sebaliknya aku yang menyakiti Indira dengan sama kamu di sini. Keputusan aku udah bulat Lang, nggak seharusnya kita seperti ini. Aku harap ini pertemuan kita terakhir, aku nggak mau semakin menyak
“Good morning,” sapa Andrew ketika Chacha mulai bergerak dan membuka matanya.Chacha mengucek matanya dan berusaha membuka matanya secara sempurna. Andrew berbaring di sebalahnya sambil menopang kepalanya dengan tangannya dan menatapnya sambil tersenyum. Biasanya Chacha tak pernah menemukan Andrew ada di sampingnya ketika bangun, namun kini pria itu ada di sampingnya dengan rambut yang masih basah tanda bahwa pria itu baru saja selesai mandi.“Kau tak bekerja?” tanya Chacha.“Aku mau menunggumu bangun dan kita sarapan bersama. Aku merindukanmu, sudah lama sepertinya kita tak bersama dipagi hari seperti ini. Apa aku mengganggu tidurmu?” tanya Andrew lembut dan Chacha menggelengkan kepalanya.“Sudah jam berapa?” tanya Chacha lagi.“Jam sepuluh pagi, sepertinya kau sangat lelah belakangan ini karena selalu bangun siang. Maaf karena aku tak mengerti keadaanmu,” kata Andrew membuat Chacha meras
“Chacha udah pergi?” tanya Andrew pada sekretarisnya dan wanita itu menganggukkan kepalanya.Andrew berlari menuju lift untuk mencari kekasihnya itu. Andrew meninggalkan Eleanor yang masih terkulai lemas di ruangannya setelah bermain tiga jam. Saat ke depan Andrew melihat mobil milik Chacha.“Chacha di mana?” tanya Andrew pada supir dan pengawalnya itu.“Bukankah nyonya Chacha ada di dalam? Kami tidak ikut masuk karena kami pikir Nyonya bertemu denganmu Tuan. Kami datang setelah selesai pemotretan dari tadi, Nyonya belum ada keluar dari tadi,” jawab supir Chacha itu membuat Andrew berteriak kesal. Andrew menghubungi Chacha namun nomor wanita itu tidak aktif.“Cepat kalian cari dia sekarang! Temukan!” teriak Andrew.Pria itu masuk ke dalam dan menghubungi seluruh pengawalnya, Andrew juga menghubungi ke rumah untuk bertanya apakah Chacha ada pulang dan ternyata kekasihnya itu belum pulang ke rumah. Andr
Suasana saat itu terlihat sangat tegang, Indira masih saja menangis sambil menangkup wajahnya. Sedangkan dua orang yang ketahuan sedang berselingkuh ini duduk berdampingan di hadapan Indira. Elang hanya menggunakan boxernya dengan atasan tanpa menggunakan apapun.Sedangkan Chacha memakai kemeja putih milik Elang tanpa memakai dalaman apapun di dalamnya. Melihat Indira yang menangis membuat Chacha merasa bersalah, dari tadi Chacha menautkan tangannya karena gelisah.“Indira,” panggil Chacha pelan. Dari tadi baik Elang dan Chacha sudah berusaha memanggil Indira, namun wanita itu hanya diam dan menangis. Elang menahan Indira agar tidak pergi, maka kini mereka bertiga berada di ruangan televisi duduk saling berhadapan.Setelah cukup lama Indira menangis akhirnya wanita itu menghapus air matanya dan mulai menatap Chacha dan Elang yang ada di depannya secara bergantian. Wajah Indira terlihat sangat sembab, hatinya terasa sakit melihat suaminya bersama dengan wanita dari masa lalunya.“Sudah
“Tidak, dia nggak tahu aku di sini. Jangan sampai dia tahu aku disini, terutama tentang hubunganku dengan Elang. Aku mohon jangan beritahu dia, kalau dia tahu aku akan mati,” kata Chacha dengan takut. Indira terkejut melihat raut wajah ketakutan Chacha saat ini. “Tolong jangan kasih tahu Andrew, ini hanyalah sebuah kesalahan. Aku janji tak akan mengganggu hubungan kalian lagi, aku janji tak akan datang dikehidupan kalian lagi. Aku minta maaf Indira atas smeuanya, maaf sudah datang. Aku hanya mau bersenang-senang saja tak lebih. Aku akan pergi, aku tak akan mengganggu kalian lagi. Aku akan benar-benar hilang dalam kehidupan kalian,” kata Chacha tegas sambil bangkit berdiri. Namun Elang menahan tangan Chacha supaya wanita itu tak pergi.“Jangan pergi, aku nggak mau kamu pergi,” kata Elang.“Kamu gila Lang? Apa lagi yang kamu harapkan dariku? Ada Indira di sini, dia sedang hamil anakmu. Kalian sudah punya keluarga, bagaimana
“Damn! Aku hanya melakukannya dengannya saja, aku juga terpaksa melakukannya! Itu hanya sebuah kesalahan! Dia menjebakku, dia memberikan obat perangsang ke minumanku. Lalu dia menggodaku dan aku tak bisa menolak. Aku hanya bisa menuntaskannya hanya dengannya. Aku pikir kau juga sangat cukup tahu untuk itu, jadi tolong jangan seperti ini. Percaya padaku, aku tak benar-benar menginginkannya. Semua diluar kendaliku, aku hanya terpengaruh obat itu. Dia sengaja melakukan itu karena mau menjebakku, kau jelas tahu bagaimana dia berusaha menggodaku dan megganggu hubungan kita,” kata Andrew mencoba meyakinkan.“Aku butuh waktu sendiri untuk memikirkan semuanya Andrew, bisa kau pergi dan tinggalkan aku? Sepertinya aku butuh istirahat dan memikirkan semuanya dengan kepala dingin,” mohon Chacha. Kini wanita itu mulai merendahkan suaranya.“Baby,” mohon Andrew sambil mendekat namun Chacha menghindar.“Sebentar saja Andrew tolong meng
“Kau serius Baby? Bagaimana bisa kau berubah pikiran secepat itu? Apa alasanmu akhirnya mau menikah denganku?” tanya Andrew memastikan. “Aku berpikir tak ada lagi yang perlu ku kejar. Aku tak perlu memikirkan hal lain lagi, aku juga tak perlu mencari lagi. Aku mau mengakhirinya hanya denganmu saja. Selama ini aku tak pernah menjalin hubungan dengan pria lain lagi sejak bersamamu, begitu juga denganmu. Hal itu sudah cukup membuktikan bahwa kita tak perlu orang lain lagi. Aku juga tak akan bisa bersama dengan pria lain karena sudah bersamamu. Aku ingin mengakhiri semuanya bersamamu, apa itu salah?” tanya Chacha membuat Andrew merasa terharu. “Aku tak menyangka kalau kau memikirkan hal itu Baby. Aku tak menyangka kau mau menghabiskan waktumu bersamaku seumur hidupku. Kau jelas tahu bahwa aku juga tak percaya dengan pernikahan, kedua anakku ada juga tanpa adanya pernikahan. Hanya bersamamu saja aku yakin ingin menikah, maka itu aku pernah memintanya. Aku juga tak membutuhkan wanita lain
“Indira aku mohon jangan seperti ini,” mohon Elang. “Kalau kamu mau aku maafkan tolong jawab aku Mas,” tegas Indira membuat Elang mengusap wajahnya kasar. “Oke apa yang mau kamu tahu?” tanya Elang kesal. “Tolong jawab jujur. Apa kamu masih mencintai mantan istrimu itu?” tanya Indira. “Iya, aku masih cinta sama Chacha. Aku nggak bisa bohong tentang itu, bagaimanapun dia wanita pertama untukku. Aku juga menghabiskan banyak waktu dengannya sangat lama,” jawab Elang tegas membuat Indira memejamkan matanya sejenak ketika mendengar jawaban tersebut. “Lalu alasan kamu selingkuh karena cinta atau karena kamu hal lain? Kamu yang paksa dia?” tanya Indira lagi. “Awalnya aku yang paksa, tapi aku tahu bahwa kita masih punya perasaan yang sama. Aku kangen sama Chacha, aku nggak bisa lupa tentang dia sedikitpun. Aku menginginkannya lagi dan lagi, aku terus saja memikirkannya. Aku tak bisa menahan diri setiap kali saat bersamanya, aku membutuhkannya. Aku merasakan yang berbeda saat bersama denga