“Apa yang sebenarnya bisa kau lakukan?” Teriak Andrew yang baru saja datang itu. Pria tersebut masuk ke dalam rumahnya dengan nada tinggi. Hal itu membuat Chacha serta kedua anak Andrew kaget. Pasalnya mereka sedang main bersama di belakang dan bisa mendengar suara Andrew yang sedang marah itu.
“Mom, ada apa dengan Daddy?” Tanya Adelicia takut. Bahkan anak kecil itu mendekati Chacha dan memeluk wanita itu.
“Tenanglah, mungkin Daddy lagi ada masalah pekerjaan.” Ucap Chacha dengan lembut sambil menenangkan Adelicia. Andrew lewat dari mereka dan menatap Chacha sekilas. Wanita itu melihat raut wajah Andrew yang mengeras, ia tahu bahwa ada sesuatu yang tak beres dengan sang kekasih. Jangan sampai liburan mereka nanti menjadi terhambat karena hal itu.
“Jika ada masalah, apakah liburan kita jadi? Biasanya saat Daddy ada masalah, liburan kita akan dibatalkan. Apakah kali ini juga seperti itu?” Tanya Agrata.
“Mommy, kita tidak jadi pergi?” Tanya Adelicia juga saat paham dengan perkataan Agrata.
“Jadi, Daddy kalian belum mengatakan apa-apa. Agrata tolong jaga adikmu, aku ingin melihat Daddymu sebentar.” Agrata menganggukkan kepalanya, Chacha mengangkat Adelicia lalu di letakkannya di pangkuan Agrata. Wanita itu masuk ke dalam ruangan kerja Andrew dan melihat pria itu masih saja bicara dengan seseorang melalui telepon.
“Andrew,” Panggil Chacha pelan, pria itu tidak menjawab ia hanya menoleh saja. Wanita itu mendekat dan memeluk dari belakang.
“Ulang lagi semuanya dari awal bodoh! Jika kau gagal lagi aku akan membunuhmu!” Setelah mengatakan itu sambungannya di matikan dan Andrew melempar handphonenya ke sofa. Chacha mencium bahu Andrew.
“Ada masalah?” Tanya Chacha pelan.
“Ya, sepertinya kita harus membatalkan rencana liburan kita. Aku harus turun langsung untuk melihat pekerjaan si bodoh itu, jika tidak aku akan rugi besar.” Chacha berjalan berdiri di hadapan Andrew dan mengalungkan lengannya di leher pria itu.
“Kau pemimpinnya, kau bisa meminta asistenmu untuk melakukan itu. Kita sudah janji pada anak-anak untuk membawa mereka liburan, kita tak bisa ingkar janji. Mereka akan kecewa, sebagai orangtua kamu tidak boleh seperti itu.” Ucap Chacha pelan.
“Tapi pekerjaanku sed—”
“Apakah pekerjaanmu jauh lebih penting dari pada aku dan anak-anakmu? Kau mau aku dan anak-anakmu marah? Kami yang akan selalu ada di sisimu, bukan pekerjaanmu. Kau bisa menyuruh sekretarismu untuk mengatasi itu bukan? Kami membutuhkanmu, liburan keluarga ini tak ada artinya jika kau tak ada. Tapi pekerjaanmu itu bisa berjalan tanpa ada kau di sana. Ayolah, jangan kecewakan mereka.” Chacha berusaha membujuk Andrew agar tetap pergi. Ini akan menjadi liburan pertama bersama mereka dengan kedua anak Chacha. Mereka sangat senang saat tahu mereka akan liburan.
“Baiklah, kita akan tetap pergi. Tapi aku mau kau melayaniku, tolong tenangkan aku. Tidak mungkin dengan perasaan seperti ini aku berhadapan dengan anak-anak, kau jelas tahu harus melakukan apa bukan untuk menenangkanku? Hanya kau yang bisa membuatku tenang.” Chacha tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya.
Andrew segera menarik Chacha dan wanita itu kini duduk dipangkuan Andrew. Ia segera meraup bibir Chacha dengan ganas dan wanita itu terkejut karena ia belum siap. Hanya saja Chacha tidak bisa menolak, karena jikalau sudah seperti itu ia tahu apa yang diinginkan oleh Andrew. Chacha harus meladeni nafsu sang kekasih. Andrew sudah cukup berumur, tetapi kalau sudah mengenai hal ini Andrew selalu menjadi juaranya.
Andrew sangat hebat di bandingkan pria lain yang masih muda yang pernah Chacha rasakan sebelumnya. Pria itu terus mencium bibir mungil milik Chacha dan membungkam wanita itu. Laki-laki dewasa itu mencumbui bibir sang kekasih sekaligus modelnya dengan sangat bernafsu. Andrew begitu tergila-gila dengan Chacha sampai sekarang.
“Kau siap?” Tanya Chacha yang mengerti keinginan sang kekasih. Kalau soal sex jangan tanyakan dan ragukan lagi bagaimana keahlian seorang Chacha.
Karena wanita itu sangat ahli dalam hal itu, ia sudah banyak belajar bagaimana cara memuaskan seseorang dalam sex. Makanya Andrew sangat menyukai permainan panas yang diberikan Chacha. Sehingga Andrew tidak pernah puas akan Chacha, ia ingin lagi dan lagi dipuaskan oleh kekasihnya itu. Chacha sudah tersenyum menggoda sambil mengusap-usapkan jari telunjuknya pada bibir Andrew.
“Yes! Lakukan Baby!” Kata Andrew dengan tegas sambil memukul bokong indah milik Chacha. Kini jari-jari Chacha merambat turun menuruni leher dan kemudian ingin melepaskan dasi milik Andrew. Namun tiba-tiba Andrew mengendong tubuh Chacha sehingga membuat wanita itu menjerit pelan.
“Akhhh.” Chacha menjerit pelan ketika Andrew mendudukkannya di atas meja. Kemudian mereka kembali berciuman dengan panas. Permainan lidah pun kini menghiasi percumbuan keduanya. Lidah mereka saling bertemu dan bertautan.
Wangi parfum yang tercium dari tubuh Chacha membuat nafsu Andrew kian menggelora. Andrew segera menanggalkan blouse yang digunakan Chacha begitu saja dan jari-jari Chacha kini sedang berada di kepunyaan Andrew yang sudah nampak terbuka. Chacha tahu apa yang harus dilakukan oleh jari-jarinya sehingga membuat tonjolan yang ada menjadi semakin membesar.
Dengan cekatan Andrew segera membuka pengait bra milik Chacha sehingga terpampanglah sebuah gundunkan gading kenyal dan padat, dengan puncak kecil berwarna merah yang menantang. Senyum Andrew jelas terpancar menginginkannya.
“Aku sangat menginginkan hal ini.” Kata Andrew dengan mengusap dan memelintir pelan puncak bukit kembar kanan milik Chacha.
Wanita itu hanya tersenyum dan mendesah pelan. Tangan Andrew mendarat dan meremas bukit kembar kiri sang kekasih yang menurutnya sudah semakin membesar dari pertama kali ia merasakannya. Andrew kembali mencium bibir mungil Chacha dan membiarkan bukit kembar terbuka milik wanita itu.
“Di biarkan saja?” Tanya Chacha menggoda sang kekasih yang menanyakan keberadaan bukit kembarnya yang kini sudah bebas.
“Tidak akan!” Jawab Andrew dengan geram sambil melahap bukit kembar kanan Chacha ke dalam mulutnya. Dengan penuh nafsu Andrew melahap kedua bukit kembar Chacha secara bergantian. Andrew sangat menyukai kedua bukit kembar Chacha yang sangat montok itu.
Chacha terlihat menikmati sekali sedotan dan permainan lidah Andrew pada kedua bukit kembarnya. Belum lagi remasan tangan Andrew yang tak kalah membangkitkan nafsunya. Sambil menggigit bibir bawahnya menahan geli, Chacha meremas rambut pria itu. Chacha seperti seorang wanita yang sedang menyusui bayi.
“Akhhh,” Pekik Chacha pelan ketika Andrew menggigir puncak bukit kembarnya.
“Aku sangat menyukai hal ini.” Kata Andrew di sela-sela ciumannya.
“Apakah kau menyukainya?” Tanya Chacha yang merupakan pertanyaan yang seharusnya tidak dijawab. Karena sudah pasti jawabannya Andrew menyukai hal itu.
Sambil tetap menikmati kepadatan bukit kembar Chacha, perlahan tangan kanan Andrew turun pada betis Chacha dan mengelusnya dengan pelan. Andrew bisa meraskaan kelembutan kulit Chacha sehingga merayap ke atas sampai tangan Andrew perlahan masuk ke dalam rok pendek yang dikenankannya membuat geli disekujur tubuh Chacha.
Chacha semakin membuka lebar pahanya semakin mempermudah Andrew untuk masuk mengakses miliknya. Kini Chacha bisa merasakan jari-jari tangan Andrew telah menyentuh permukaan celana dalamnya.
“Kau udah basah Baby!”
“Ahhhhh,” Chacha hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil mendesah. Rok span milik Chacha semakin tinggi terangkat ketika tangan Andrew berada di dalam g-string milik Chacha dan merabai bulu-bulu halus yang ada disana.
“Ahhhh,” Chacha berterak ketika Andrew menekan bagian terkecil miliknya.
“Kau menyukainya?” Tanya Andrew menggoda kekasihnya itu. Chacha menganggukkan kepalanya menikmati permainan tangan Andrew.
Kemudian Andrew memasukkan kedua tangannya ke dalam rok Chacha dan mulai menarik turun g-string wanita itu. Chacha sedikit membantu Andrew dengan mengangkat pantatnya agar mudah terlepas. Setelah terlepas Andrew segera tersenyum melihat kain mungil yang berada ditangannya.
Andrew segera berjongkok di depan meja dan melepaskan kedua high heels milik Chacha. Setelah selesai Andrew mulai menciumi jari-jari kaki Chacha secara bergantian. Chacha terlihat kegelian dan ia sangat menikmati hal itu.
Ciuman Andrew mulai naik menuju kedua betis Chacha dan terus naik menuju paha wanita itu. Permukaan kulit Chacha membawa sensasi tersendiri bagi Andrew. Putih, lembut, wangi dan menjadi candu baginya.
Andrew segera membuka lebar kedua paha kekasihnya itu, semakin terlihatlah dengan jelas sebuah lubang kenikmatan dengan bulu-bulu halus tipis di sekitarnya. Lubang kenikmatan yang selalu mampu membuatnya terbang melayang. Masih begitu sempit dan sekat walaupun ia sering memasukinya bahkan lelaki lain dulu sering memasukinya.
“Akhhhh.” Desah Chacha ketika Andrew mulai menjilati lubang kenikmatan miliknya itu.
Chacha bisa merasakan lidah kekasihnya itu menari-nari dengan lincah dimiliknya. Rasa geli dan sekaligus nikmat yang luar biasa menjalar hebat di sekujur tubuh miliknya.Sedotan dan tusukan lidah Andrew membuat Chacha mendongakkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menyerang miliknya. Lidah Andrew terus menari-nari dan menusuk-nusuk lubang kenikmatannya. “Ahhhh, ohhhhh.” Desah Chacha.Suara decakan terdengar dari dalam, menandakan daerah milik tersebut mulai basah. Andrew mendongakkan kepalanya menatap wajah kekasihnya itu. Andrew tersenyum melihat wajah wanita yang sedang menikmati permainannya itu.Andrew kembali merasakan milik Chacha dan aroma wangi cairan Chacha membuat birahinya semakin membara. Andrew semakin liar melahap lubang kenikmatan beserta dengan cairan cinta yang membasahinya. Bulu-bulu lembut yang menutupi area itu tidak menjadi suatu penghalang bagi Andrew mala menjadi sensai yang berbeda baginya.Chacha segera menarik pria itu keatas, ia tersenyum menggoda sambil me
“Bibi, kau baik-baik saja?” Tanya Agrata pada Chacha yang terlihat kesakitan saat duduk.“Aku baik, semua barangmu tidak ada yang ketinggalan?” Chacha sengaja mengalihkan Agrata agar tak bertanya lagi padanya.“Tidak ada. Apa Daddy menyakitimu lagi?” Tanya Agrata lagi, ia tak bisa dengan mudah dialihkan seperti itu.Anak sulung dari Andrew itu tahu jika Chacha sering merasakan sakit, awalnya baik-baik saja. Namun setelah bertemu dengan Andrew, Chacha tidak baik-baik saja. Pria itu sangat memperhatikan, Chacha tahu bahwa anak sulung dari Andrew itu peduli padanya. Namun Chacha sudah terbiasa akan hal itu, Andrew tak pernah memukulnya asal terutama jika mereka bertengkar. Andrew hanya bersikap kasar ketika mereka sedang bercinta saja.“Tidak Agrata, jangan berpikir seperti itu. Daddymu tak pernah menyakitiku.” Kata Chacha berusaha menenangkan Agrata, wanita itu tersenyum.“Mommy, aku ingin di pangku.” Kata Adelicia dengan manja.“Duduklah di kursi, kau sudah besar Adel.” Ucap Agrata den
“Kau benar-benar gila Andrew! Kenapa kau harus ikut? Kau bisa menyusul nanti, biarkan aku pergi sendiri. Apa yang kau takutkan? Kenapa kau tak bisa membiarkanku pulang sendirian? Apa? Rasa cemburumu itu? Kau takut aku akan bersama dengan pria lain? Kau jelas tahu aku sudah memilihmu dan mengabdi padamu selama ini bukan? Lalu apa yang kau takutkan?”“Aku tetap tak bisa membiarkanmu pergi.” Kata Andrew dengan tegas. Wanita itu berlutut dan menangis, Chacha memegang kaki Andrew.“Aku mohon.” Pinta Chacha.“Apa yang kau lakukan? Berdirilah!” Chacha menggelengkan kepalanya.“Aku mohon izinkan aku pulang, aku tak tahu apa yang terjadi ke depannya. Bagaimana jika aku tak punya kesempatan untuk melihat Kak Bryan lagi? Kau jelas tahu Andrew bagaimana peran mereka atas hidupku. Aku hanya punya mereka, tolong biarkan aku di sana bersama dengan mereka. Aku belum siap jika aku harus kehilangan orang yang kucintai. Kali ini biarkan aku pulang, aku sudah lama tidak bertemu mereka. Kak Bryan sedang b
“Hai Lang, belum balik?” Tanya Andre yang juga sadar.“Belum Kak, ini hidung Chacha kenapa?” Tanya Elang saat sadar.“Biasa kalau kecapekan suka begini.” Jawab Andre.“Ayo ke ruanganku aja, kamu bisa baring di sana sebentar.” Chacha menggelengkan kepalanya.“Nggak usah, kayak gini aja pasti nanti bisa baikan.” Elang menghela napasnya kasar.“Jangan bandel Cha, tolong dengerin aku kali ini. Ayo ikut ke ruangan aku, ayo Kak bawa Chacha.” Kata Elang lagi sambil membawa koper milik Chacha. Sedangkan Andre merangkul adiknya itu dengan masih menyeka hidung adiknya itu. “Ayo naik, kamu baring dulu.” Elang membantu Chacha agar wanita itu berbaring di bangkar yang tersedia di dalam ruangannya. Bangkar tersebut disediakan saat ia sedang memeriksa pasiennya.“Aku ambil air sebentar.” Elang mengambil minum untuk Chacha dan memberikannya pada wanita itu. Chacha meminumnya sampai habis, Elang membersihkan hidung wanita itu. Lalu mencoba memeriksa Chacha. “Perut kamu kosong banget, ini juga denyut k
Ke esokkan harinya Chacha bangun dengan keadaan yang jauh lebih baik lagi. Wanita itu merasa haus dan keluar dari kamarnya, saat ia hendak ke dapur wanita itu kaget saat menemukan Elang sedang berkutat di dapur.“Loh, kamu masih di sini?” Kata Chacha kaget, Elang melihat Chacha dan menilai wanita itu dari atas sampai bawah.Karena sudah terbiasa tidur tidak memakai baju atau hanya dengan gaun tipis, Chacha mengganti bajunya tadi malam sebelum tidur. Ia sudah mencoba tidur namun ia merasa tidak nyaman, setelah mengganti bajunya wanita itu bisa langsung tidur. Chacha pikir Elang tidak ada, sehingga ia cukup percaya diri keluar dengan hanya menggunakan lingerie tipis yang Elang bisa melihat lekuk tubuhnya. Namun Chacha tak sadar akan hal itu karena terlalu kaget, namun Elang bisa melihat hal itu.“Iya, aku emang nginap. Aku emang nggak pulang.”“Tapi kenapa?” Tanya Chacha bingung.“Emang salah kalau aku nginap di apartemen aku sendiri?” Chacha mengernyitkan keningnya bingung.“Tapi kamuk
Wanita itu takut jawabannya akan membuat hubungan mereka terlihat aneh. Ia tidak tahu apakah ini benar atau salah. Keduanya memang sudah berpisah, tapi tak mudah bagi Chacha untuk melupakannya dengan mudah. Selama ini keduanya masih saja sering berkomunikasi diam-diam tanpa Andrew tahu. Bahkan ini bukan pertemuan pertama mereka setelah berpisah, karena keduanya juga pernah bertemu setelah mereka berpisah secara diam-diam.Melihat Chacha yang hanya diam, Elang mencium leher Chacha. Tidak hanya mencium, pria itu menjilat dan bahkan menggigit. Membuat Chacha mendongakkan kepalanya dan memejamkan matanya. Tangan pria itu juga sudah meremas payudara Chacha yang dulu menjadi favoritnya begitu juga dengan sekarang.“Aku sangat merindukan kamu.” Ucap Elang disela ciumannya. Wanita itu kini hanya pasrah saja, kakinya terasa bergetar. “Aku menginginkanmu.” Lanjut pria itu lagi, tangan Elang mulai menyentuh kepemilikannya dan Chacha membuka matanya dan menahan tangan Elang. Dengan napas yang tak
Chacha keluar dari kamarnya begitu wanita itu selesai bersiap. Namun saat keluar ia tak menemukan ada Elang di sana. Wanita itu jelas mencari keberadaan pria tersebut. Bahkan wanita itu mengetuk pintu kamar Elang namun tak ada jawaban. Sampai akhirnya Chacha membuka pintu tersebut dan tak menemukan ada Elang di sana.Bahkan Chacha sampai masuk ke dalam untuk melihat ke kamar mandi. Pria itu benar-benar tidak ada di sana. Chacha kembali keluar dan mencari ke dapur namun juga tak ada. Samapai akhirnya Chacha melihat sebuah surat di meja makan dan wanita itu membacanya.Ternyata pesan dari Elang yang mengatakan bahwa ia sudah pergi ke rumah sakit terlebih dahulu dan memberikan kunci apartemen pada Chacha. Wanita itu menghela napasnya dan mengambil kunci tersebut. Chacha memilih keluar dari sana dan segera menuju rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit Chacha bertemu dengan Andre. Melihat Chacha datang, pria itu izin agar pulang sebentar ke rumah untuk beristirahat dan mandi. Malamnya jan
Sesampainya di apartemen Chacha langsung saja mandi untuk mempersiapkan diri. Selesai mandi ia langsung mengambil lingerie yang sexy untuk dipakainya. Handphonenya berdering ternyata dari tadi Andrew sudah menghubunginya saat mandi. Dengan cepat Chacha mengangkat panggilan video tersebut.“Hai, maaf aku baru selesai mandi. Aku baru saja pulang dari rumah sakit, jangan marah.” Mohon Chacha.“Baiklah, apakah kau sudah bersiap?” Chacha menganggukkan kepalanya. “Kau memakai lingerie?” Tanya Andrew.“Iya, apa kau tak suka dengan pilihanku?” Andrew tampak berpikir.“Apa kau sedang sendirian di sana?” Chacha menganggukkan kepalanya lagi. “Baiklah, aku minta kau keluar dari kamar sekarang. Ada ruang tamu bukan?”“Ada, kau mau aku ke sana?” Tanya Chacha.“Iya, kau duduk di sana lalu buka lingeriemu. Jangan pakai apapun supaya aku bisa melihatmu dengan jelas, lakukanlah sekarang. Aku sudah berada di ruanganku.” Chacha langsung saja keluar dan mengikuti keinginan pria itu.Chacha memang melihat