Chacha bisa merasakan lidah kekasihnya itu menari-nari dengan lincah dimiliknya. Rasa geli dan sekaligus nikmat yang luar biasa menjalar hebat di sekujur tubuh miliknya.
Sedotan dan tusukan lidah Andrew membuat Chacha mendongakkan kepalanya menahan rasa nikmat yang menyerang miliknya. Lidah Andrew terus menari-nari dan menusuk-nusuk lubang kenikmatannya. “Ahhhh, ohhhhh.” Desah Chacha.
Suara decakan terdengar dari dalam, menandakan daerah milik tersebut mulai basah. Andrew mendongakkan kepalanya menatap wajah kekasihnya itu. Andrew tersenyum melihat wajah wanita yang sedang menikmati permainannya itu.
Andrew kembali merasakan milik Chacha dan aroma wangi cairan Chacha membuat birahinya semakin membara. Andrew semakin liar melahap lubang kenikmatan beserta dengan cairan cinta yang membasahinya. Bulu-bulu lembut yang menutupi area itu tidak menjadi suatu penghalang bagi Andrew mala menjadi sensai yang berbeda baginya.
Chacha segera menarik pria itu keatas, ia tersenyum menggoda sambil memegang dasi yang dikenakan kekasihnya. Chacha membuka dasi itu dan melepaskan kemeja kekasihnya. Kemudian dengan cekatan Chacha meraba kepunyaan Andrew. Jari-jari Chacha meremas-remas kepunyaan Andrew yang memang sudah mengeras.
Chacha segera melakukan tugasnya untuk melayani Andrew seperti biasanya. Hal itu sudah menjadi tugasnya, Chacha segera berjongkok di depan kekasihnya itu. Dengan perlahan untuk menggoda kekasihnya itu ia membuka sabuk dan reseleting celana panjang yang dipakai Andrew.
Kemudian celana kain itu diturunkannya dengan celana dalamnya, sehingga kini dihadapan Chacha terpampang sebuah batang yang sudah tegang. Andrew segera mengelus-elus kepala Chacha, sementara jari-jari lentik wanita ini kini sudah bekerja dengan sempurna mengocok kepunyaan Andrew.
Dengan telaten Chacha menjilati, mengulum dan mengocok kepunyaan Andrew sehingga mengakibatkan kepunyaan Andrew semakin menegang dan membesar. Chacha memang ahli dalam melakukan oral sehinggal Andrew dibuatnya keenakan merasakan permainan lidah dan mulutnya.
Dengan bergantian Chacha menjilati kepunyaan Andrew berserta dengan buah zakarnya. Kuluman mulutnya di bantu dengan kocokan tangan memberikan kenikmatan yang luar biasa bagi Andrew.
“Cukup Baby!” Andrew memegang pundak Chacha dan kemudian membantu kekasihnya itu berdiri.
Andrew segera menyerang puncak bukit kembar kanan Chacha ke dalam mulutnya. Bukit kembar kiri pun ia berikan perlakukan yang sama. Keduanya secara bergilir dihisap dan diemut oleh Andrew. Sedangkan tangan kanan Andrew kini sibuk kembali maraba milik Chacha.
Andrew merasa Chacha sudah sangat terangsang dan sangat siap untuk dimasuki. Andrew bisa melihat mata sendu milik Chacha dan Andrew menghentikan kulumannya di bukit kembar Chacha. Tangan kanan Andrew kini mengarahkan kepunyaannya di permukaan milik Chacha.
“Kau sudah siap?” Tanya Andrew dan Chacha menganggukkan kepalanya.
“Aaaakhhh,” Chacha berteriak ketika kepunyaan Andrew menghujam dengan keras ke dalam miliknya.
“Akhhh, ohhhhhh, ahhhh,” Desahan keluar dari bibir Chacha seiring pompaan yang diberikan Andrew padanya.
Andrew merasakan jepitan milik kekasihnya itu begitu kencang. Kocokan Andrew semakin megencang membuat Chacha menggunakan kedua tangannya untuk menahan tubuhnya yang mulai bergoncang. Kedua tangan Chacha mencengkram erat ujung meja yang berada di belakangnya.
“Kau menyukainya?” Tanya Andrew di sela-sela hujamannya.
“Yah Andrewww akhhhhhh, terus lakukan dengan keras.” Teriak Chacha yang melupakan ada anak-anak Andrew yang sedang menunggu mereka diluar menantikan tentang kejelasan kepergian mereka. Namun Chacha harus melakukan tugasnya terlebih dahulu agar mereka bisa pergi. Semua ini Chacha lakukan untuk anak-anak Andrew. Selain itu rasa nikmat yang dialami Chacha jauh lebih gila.
Chacha memeluk tubuh kekasihnya itu dan mencium bibirnya meredam desahan dan erangan yang keluar dari mulutnya. Chacha terlihat pasrah lumatan dan juga remasan demi remasan yang dilakukan Andrew pada bukit kembarnya.
Ciuman dan lumatan pun tak henti-hentinya dirasakan Chacha begitu juga dengan lehernya. Apa lagi disaat yang bersamaan genjotan kepunyaan Andrew semakin kencang menghujam ke dalam milik Chacha. Tak perlu waktu lama untuk membangkitkan gelora gairah bagi keduanya.
“Ohh Shit! Kau memang selalu bisa memuaskanku Baby!” Maki Andrew merasakan kepunyaannya yang seperti di jepit dengan erat. Chacha sedikit bangga dalam pujian yang dilakukan Andrew saat ini padanya.
“Akhhhhh,,” Chacha terus mendesah, ditengah kepunyaan Andrew yang sedang memompa di dalam miliknya. Sementara tangan Andrew yang meremasi bukit kembar Chacha.
Andrew segera mencabut kepunyaannya, ia langsung membalikkan tubuh Chacha dan wanita itu kini mengambil posisi menungging. Chacha kembali menggunakan kedua tangannya sebagai penumpu. Andrew menatap ke arah bongkahan pantat Chacha yang sangat montok sambil mengocok kepunyaannya sendiri. Chacha mengangkat rok spannya dan sedikit menggoyakan pantatnya menggoda Andrew.
“Damn! Baby!” Maki Andrew membuat gairah Chacha naik mendengar makian Andrew.
Chacha membuka kedua kakinya semakin lebar untuk mempermudah kepunyaan Andrew memasukinya. Kini sebuah pantat montok dengan milik Chacha yang merah basah tersekpos dengan siap, Andrew semakin membelakkan matanya menatap pemandangan indah itu.
Padahal ini bukan menjadi yang pertama bagi Andrew tetapi tetap saja melihat milik kekasihnya itu memberikan sensasi yang berbeda baginya. Kepunyaan Andrew sangat tegak dan keras.
“Akhhhh,,” Chacha tidak bisa lagi menahan lenguhan panjang keluar karena Andrew memasukkan kepunyaannya bukan ke dalam miliknya melainkan kedalam lubang pantatnya. Andrew merasakan kenikmatan luar biasa dari jepitan lubang anus kekasihnya itu.
Sedangkan Chacha menahan rasa sakit karena memang ia tidak siap sama sekali dengan serangan padang lubang pantatnya itu. Chacha menggigit bibirnya berusaha menahan rasa sakit dan cengkramannya semakin kuat. Chacha tidak bisa protes saat Andrew memang menginginkan itu. Karena memang sudah kewajibannya untuk memuaskan sang kekasih apabila sedang seperti ini. Walaupun ini bukan pertama kali bagi Chacha untuk Andrew memasukkannya ke dalam sana, tetap saja ia masih belum terbiasa dan merasakan sakit.
“Akhhhh, Andrew pelan-pelan.” Kata Chacha.
“Ohhh sakit,” Lagi Chacha menyuarakan rasa sakit yang dialaminya.
Mulut Chacha ternganga lebar ketika Andrew kian mempercepat genjotan kepunyaannya. Lubang anus Chacha yang masih kering kini semakin sakit. Tanpa bisa Chacha tahan bulir matanya mengalir dipinggir matanya.
“Ohhh Baby!”
“Aaaakhh Andrewww, akhhhh”
“Andrew ampunnn akhhhh”
Memang bukan pertama bagi Chacha melakukannya baik itu dengan Andrew ataupun laki-laki lain. Hanya saja Chacha belum siap dan belum ada persiapan pasti sakit. Andrew menghentikan genjotannya dan menarik kepunyaannya. Rasa perih masih dirasakan Chacha, tetapi belum sempat ia mengatur napasnya kini Andrew kembali menghujamkan kepunyaannya keras ke dalam milik Chacha.
“Ohhh,,” Kembali Chacha harus melenguh panjang.
“Baby Chacha! Ahhh.” Desah Andrew.
Chacha kini bisa menikmati persetubuhannya dengan kekasihnya itu karena Andrew memilih memasuki miliknya. Kini Chacha menggoyangkan pinggulnya agar lubang kenikmatannya dapat memberikan jepitan maksimal untuk Andrew. Rasa sakit itu kini berganti menjadi rasa nikmat.
Andrew semakin mempercepat genjotannya demi mencapai pelepasann. Andrew berusaha menghujam-hujamkan kejantannnya dengan secapat mungkin membuat Chacha tak henti-hentinya terus mendesah.
“Akhhhh Andreww.”
“Akhhhh.”
“Baby,”
“Faster,”
Keduanya semakin meracau tak karuan menadakan kalau mereka sudah diambang klimaks. Rasa nikmat yang semakin kencang membuat keduanya semakin sulit menhan teriakan dan derasahan yang terus keluar dari mulut mereka. Maka keduanya berteriak sekencang-kencangnya menunjukkan betapa hebatnya permainan panas yang mereka lakukan saat ini.
“Akhhhhhh,” Chacha melenguh hebat. Kepalanya terdongak dan matanya terpejam merasakan sensasi nikmat. Di tengah genjotan kepunyaan Andrew yang menggila Chacha mencapai puncaknya.
Tak lama setelah itu Andrew juga mendapatkannya semakin menunjukkan wajah yang memerah, dan akhirnya menyusul mencapai puncak kenikmatan.
“Akhhhhhh.” Andrew mendapatkan pelepasannya. Sambil memompa dengan perlahan sampai mengeluarkan semburan cintanya yang keluar.
“Thankyou Baby!” Kata Andrew, wanita itu terkapar di sofa.
Namun sebentar saja Chacha beristirahat Andrew kembali menyerangnya. Pria itu tak cukup melakukannya hanya sekali saja. Kali ini Andrew melakukannya lebih keras dari pada sebelumnya. Andrew benar-benar menyiksa wanita itu, Chacha hanya bisa terima diperlakukan kasar. Ia sudah terbiasa akan hal itu.
Karena jika tidak berbuat kasar Andrew tidak akan merasa puas. Maka Chacha sudah cukup siap untuk itu. Selama dua jam keduanya bergumul did alam sampai Chacha mendapatkan pelepasannya yang entah ke berapa kali. Barulah Andrew menyudahi permainan itu.
Andrew lebih dahulu keluar dari ruangan kerjanya itu untuk masuk ke dalam kamar guna membersihkan diri. Sedangkan Chacha masih harus beristirahat sejenak. Miliknya sangat terasa pedas saat ini, perasaan Andrew sudah membaik membuat Chacha lega setidaknya liburan mereka tetap akan terjadi.
“Bibi, kau baik-baik saja?” Tanya Agrata pada Chacha yang terlihat kesakitan saat duduk.“Aku baik, semua barangmu tidak ada yang ketinggalan?” Chacha sengaja mengalihkan Agrata agar tak bertanya lagi padanya.“Tidak ada. Apa Daddy menyakitimu lagi?” Tanya Agrata lagi, ia tak bisa dengan mudah dialihkan seperti itu.Anak sulung dari Andrew itu tahu jika Chacha sering merasakan sakit, awalnya baik-baik saja. Namun setelah bertemu dengan Andrew, Chacha tidak baik-baik saja. Pria itu sangat memperhatikan, Chacha tahu bahwa anak sulung dari Andrew itu peduli padanya. Namun Chacha sudah terbiasa akan hal itu, Andrew tak pernah memukulnya asal terutama jika mereka bertengkar. Andrew hanya bersikap kasar ketika mereka sedang bercinta saja.“Tidak Agrata, jangan berpikir seperti itu. Daddymu tak pernah menyakitiku.” Kata Chacha berusaha menenangkan Agrata, wanita itu tersenyum.“Mommy, aku ingin di pangku.” Kata Adelicia dengan manja.“Duduklah di kursi, kau sudah besar Adel.” Ucap Agrata den
“Kau benar-benar gila Andrew! Kenapa kau harus ikut? Kau bisa menyusul nanti, biarkan aku pergi sendiri. Apa yang kau takutkan? Kenapa kau tak bisa membiarkanku pulang sendirian? Apa? Rasa cemburumu itu? Kau takut aku akan bersama dengan pria lain? Kau jelas tahu aku sudah memilihmu dan mengabdi padamu selama ini bukan? Lalu apa yang kau takutkan?”“Aku tetap tak bisa membiarkanmu pergi.” Kata Andrew dengan tegas. Wanita itu berlutut dan menangis, Chacha memegang kaki Andrew.“Aku mohon.” Pinta Chacha.“Apa yang kau lakukan? Berdirilah!” Chacha menggelengkan kepalanya.“Aku mohon izinkan aku pulang, aku tak tahu apa yang terjadi ke depannya. Bagaimana jika aku tak punya kesempatan untuk melihat Kak Bryan lagi? Kau jelas tahu Andrew bagaimana peran mereka atas hidupku. Aku hanya punya mereka, tolong biarkan aku di sana bersama dengan mereka. Aku belum siap jika aku harus kehilangan orang yang kucintai. Kali ini biarkan aku pulang, aku sudah lama tidak bertemu mereka. Kak Bryan sedang b
“Hai Lang, belum balik?” Tanya Andre yang juga sadar.“Belum Kak, ini hidung Chacha kenapa?” Tanya Elang saat sadar.“Biasa kalau kecapekan suka begini.” Jawab Andre.“Ayo ke ruanganku aja, kamu bisa baring di sana sebentar.” Chacha menggelengkan kepalanya.“Nggak usah, kayak gini aja pasti nanti bisa baikan.” Elang menghela napasnya kasar.“Jangan bandel Cha, tolong dengerin aku kali ini. Ayo ikut ke ruangan aku, ayo Kak bawa Chacha.” Kata Elang lagi sambil membawa koper milik Chacha. Sedangkan Andre merangkul adiknya itu dengan masih menyeka hidung adiknya itu. “Ayo naik, kamu baring dulu.” Elang membantu Chacha agar wanita itu berbaring di bangkar yang tersedia di dalam ruangannya. Bangkar tersebut disediakan saat ia sedang memeriksa pasiennya.“Aku ambil air sebentar.” Elang mengambil minum untuk Chacha dan memberikannya pada wanita itu. Chacha meminumnya sampai habis, Elang membersihkan hidung wanita itu. Lalu mencoba memeriksa Chacha. “Perut kamu kosong banget, ini juga denyut k
Ke esokkan harinya Chacha bangun dengan keadaan yang jauh lebih baik lagi. Wanita itu merasa haus dan keluar dari kamarnya, saat ia hendak ke dapur wanita itu kaget saat menemukan Elang sedang berkutat di dapur.“Loh, kamu masih di sini?” Kata Chacha kaget, Elang melihat Chacha dan menilai wanita itu dari atas sampai bawah.Karena sudah terbiasa tidur tidak memakai baju atau hanya dengan gaun tipis, Chacha mengganti bajunya tadi malam sebelum tidur. Ia sudah mencoba tidur namun ia merasa tidak nyaman, setelah mengganti bajunya wanita itu bisa langsung tidur. Chacha pikir Elang tidak ada, sehingga ia cukup percaya diri keluar dengan hanya menggunakan lingerie tipis yang Elang bisa melihat lekuk tubuhnya. Namun Chacha tak sadar akan hal itu karena terlalu kaget, namun Elang bisa melihat hal itu.“Iya, aku emang nginap. Aku emang nggak pulang.”“Tapi kenapa?” Tanya Chacha bingung.“Emang salah kalau aku nginap di apartemen aku sendiri?” Chacha mengernyitkan keningnya bingung.“Tapi kamuk
Wanita itu takut jawabannya akan membuat hubungan mereka terlihat aneh. Ia tidak tahu apakah ini benar atau salah. Keduanya memang sudah berpisah, tapi tak mudah bagi Chacha untuk melupakannya dengan mudah. Selama ini keduanya masih saja sering berkomunikasi diam-diam tanpa Andrew tahu. Bahkan ini bukan pertemuan pertama mereka setelah berpisah, karena keduanya juga pernah bertemu setelah mereka berpisah secara diam-diam.Melihat Chacha yang hanya diam, Elang mencium leher Chacha. Tidak hanya mencium, pria itu menjilat dan bahkan menggigit. Membuat Chacha mendongakkan kepalanya dan memejamkan matanya. Tangan pria itu juga sudah meremas payudara Chacha yang dulu menjadi favoritnya begitu juga dengan sekarang.“Aku sangat merindukan kamu.” Ucap Elang disela ciumannya. Wanita itu kini hanya pasrah saja, kakinya terasa bergetar. “Aku menginginkanmu.” Lanjut pria itu lagi, tangan Elang mulai menyentuh kepemilikannya dan Chacha membuka matanya dan menahan tangan Elang. Dengan napas yang tak
Chacha keluar dari kamarnya begitu wanita itu selesai bersiap. Namun saat keluar ia tak menemukan ada Elang di sana. Wanita itu jelas mencari keberadaan pria tersebut. Bahkan wanita itu mengetuk pintu kamar Elang namun tak ada jawaban. Sampai akhirnya Chacha membuka pintu tersebut dan tak menemukan ada Elang di sana.Bahkan Chacha sampai masuk ke dalam untuk melihat ke kamar mandi. Pria itu benar-benar tidak ada di sana. Chacha kembali keluar dan mencari ke dapur namun juga tak ada. Samapai akhirnya Chacha melihat sebuah surat di meja makan dan wanita itu membacanya.Ternyata pesan dari Elang yang mengatakan bahwa ia sudah pergi ke rumah sakit terlebih dahulu dan memberikan kunci apartemen pada Chacha. Wanita itu menghela napasnya dan mengambil kunci tersebut. Chacha memilih keluar dari sana dan segera menuju rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit Chacha bertemu dengan Andre. Melihat Chacha datang, pria itu izin agar pulang sebentar ke rumah untuk beristirahat dan mandi. Malamnya jan
Sesampainya di apartemen Chacha langsung saja mandi untuk mempersiapkan diri. Selesai mandi ia langsung mengambil lingerie yang sexy untuk dipakainya. Handphonenya berdering ternyata dari tadi Andrew sudah menghubunginya saat mandi. Dengan cepat Chacha mengangkat panggilan video tersebut.“Hai, maaf aku baru selesai mandi. Aku baru saja pulang dari rumah sakit, jangan marah.” Mohon Chacha.“Baiklah, apakah kau sudah bersiap?” Chacha menganggukkan kepalanya. “Kau memakai lingerie?” Tanya Andrew.“Iya, apa kau tak suka dengan pilihanku?” Andrew tampak berpikir.“Apa kau sedang sendirian di sana?” Chacha menganggukkan kepalanya lagi. “Baiklah, aku minta kau keluar dari kamar sekarang. Ada ruang tamu bukan?”“Ada, kau mau aku ke sana?” Tanya Chacha.“Iya, kau duduk di sana lalu buka lingeriemu. Jangan pakai apapun supaya aku bisa melihatmu dengan jelas, lakukanlah sekarang. Aku sudah berada di ruanganku.” Chacha langsung saja keluar dan mengikuti keinginan pria itu.Chacha memang melihat
Walaupun raganya pernah disentuh oleh pria-pria lain tapi tetap saja tubuhnya selalu takluk pada pria itu dan sangat merindukan Elang. Perpisahan keduanya sungguh berat, walaupun saat ini Elang sudah bersama dengan Indira. Begitu juga dengan Chacha yang sudah bersama dengan Andrew, namun keduanya masih sulit untuk melepaskan diri satu dengan yang lain. Dari tatapan dan tubuh mereka saat ini sebagai bukti akan hal itu.Entah siapa yang memulai, keduanya kembali mesra dan Elang menarik Chacha membuat wanita itu jatuh ke dalam pelukannya kembali. Ciuman kembali terjadi dan kali ini Elang dan Chacha seolah ingin melampiaskan perasaannya, keduanya menjadi larut dalam gairah. Elang menyudahi ciumannya dan pria itu dengan cekatan menarik lepas kaos yang dikenakannya. Chacha dengan mengangkat kedua tangannya seolah membantu Elang menarik lepas yang dikenakannya.Kaos itu langsung mendarat di lantai ketika Elang melepaskannya. Chacha yang dari tadi sudah tidak menggunakan a