Share

GPCD-5

Author: Dhini_218
last update Last Updated: 2024-03-11 10:56:30

"Hei, kamu kenapa?" tanya Carlton kembali.

Adelia tersentak dan segera menghapus sir matanya yang tak dia sadari, telah lolos membasahi pipinya.

"Ah! aku ... aku baik-baik saja!" jawab Adelia.

Dia bergegas untuk menyembunyikan kesedihannya.

Namun, Carlton semakin penasaran padanya.

"Ada apa? Mengapa kamu terlihat sedih sekali? Apakah kamu mengenal dua orang brengsek tadi?" tanya Carlton yang kemudian segera meraih tangan Adelia.

"Ya, aku mengenal mereka berdua!" jawab Adelia akhirnya dengan jujur.

"Aku mau pulang! Kapan pakaianku datang? Aku sudah tidak tahan lagi jika terlalu lama di sini."

Ditahannya mati-matian air matanya yang entah mengapa terus mengalir. 

Setelah memastikan perasaannya sudah membaik, Adelia lantas membalikkan tubuhnya hendak beranjak pergi.

Hanya saja, Carlton tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Apakah pria brengsek itu adalah Alvin yang tadi terus kamu katakan itu?" tanya Carlton.

Adelia terdiam, lalu menutup matanya secara perlahan.

Tubuhnya bahkan gemetar hebat. Sungguh, dia tak sanggup menyembunyikan perasaannya saat ini.

"Menangislah sepuasnya."

Mendengar ucapan Carlton, Adelia tanpa sadar membalas pelukan pria itu.

"Terima kasih," ucapnya.

Cukup lama gadis itu menangis. Bahkan, dada Carlton kembali basah oleh air matanya.

Sepertinya setan benar-benar sudah menguasai pria dingin itu.

Alih-alih mendorong Adelia, dia justru mengusap rambut gadis itu lembut.

Sesekali, pria itu bahkan mengecup puncak kepalanya!

"Lepaskanlah. Tapi setelah ini, jangan harap aku akan membiarkan air matamu jatuh untuk pria brengsek semacam dia," ucap Carlton.

Pria itu kemudian menatap wajah Adelia yang sudah basah oleh air mata, lalu mengulurkan kedua tangannya untuk menghapusnya.

Adelia akhirnya mengangguk. "Aku sungguh tidak menyangka kalau selama ini mereka berselingkuh di belakangku."

"Pantas saja, Lusi selalu mengatakan kalau Alvin tidak layak kucintai karena Alvin memiliki wanita lain di belakangku, tapi aku tak percaya sama sekali! Ternyata ...." 

Adelia terisak lagi. Dadanya terasa sangat sesak.

Hanya saja, tangannya kali ini menghapus air matanya cepat. "Ternyata selingkuhannya Lusi sendiri."

Terlalu banyak informasi yang harus diprosesnya membuat pikiran Adelia sepertinya tak sanggup.

Bugh!

Tiba-tiba saja, tubuh Adelia terjatuh lemas dalam pelukan Carlton.

"Hei, Babe. Kamu baik-baik saja, kan?" tanya pria itu.

Buru-buru, Carlton mengangkat tubuh Adelia, hingga kembali berbaring di atas tempat tidur.

"Kita tunggu dokter datang untuk memeriksa kamu lagi," titahnya.

Adelia hanya bisa mengangguk.

Namun, bayangan semua hal yang sudah dia lewati selama ini terus membuatnya pedih.

Melihat itu, Carlton menghela napas.

Diambilnya ponsel yang tergeletak di nakas, lalu mengirim pesan pada asisten pribadinya.

[Di mana dokter dan semua hal yang saya minta?]

Tak lama, pesan baru pun masuk.

[Maaf Bos, saya sudah ada di depan. Tolong buka pintunya.]

Membaca itu, Carlton pun segera menaruh ponselnya dan bergegas ke arah pintu untuk membukanya.

Ceklek!

Begitu pintu terbuka, Daffa memang tampak datang bersama dokter wanita berdiri di depan pintu.

"Bos!" sapa Daffa dengan senyuman mengembang.

Carlton tak peduli dengannya, dia malah melihat ke arah beberapa kantong di tangannya Daffa.

"Pakaian?" tanyanya.

Daffa segera memberikan semuanya.

"A-ada Bos! Semuanya ada di sini!" jawabnya.

Carlton segera mengambilnya.

"Bagus!" jawab Carlton saat dia memeriksa isi di dalam semua kantong yang diberikan oleh Daffa.

"Semuanya sudah lengkap!" ucapnya lagi.

Sampai dia memastikan jika semuanya sudah sesuai yang dia pesan.

Daffa tersenyum cerah, karena bisa membuat Bos nya puas.

"Syukurlah kalau semuanya tak ada yang ketinggalan. Kalau begitu ...." Daffa belum selesai bicara, Carlton menyelanya.

"Masuklah!"

 Carlton mempersilahkan keduanya untuk masuk ke dalam kamar hotel tempat Carlton dan Adelia menghabiskan malam yang panas dipenuhi oleh api gairah dan dipenuhi bayangan penuh kenikmatan itu.

Mendengar ajakan dari Carlton, secepat kilat dokter wanita itu segera masuk lebih dahulu dan disusul oleh Daffa.

"Baik!" jawab dokter wanita yang bergegas masuk ke dalam kamar itu.

Namun, saat Daffa baru mau melangkah, Carlton segera menjaga pintu tak membiarkannya masuk.

"Bos?"

Masih dalam kebingungan, Carlton tiba-tiba saja mendorong Daffa menjauh.

Brak!

"Kamu dilarang melihat tubuh wanita saya! Hanya saya saja yang boleh melihatnya!" tegas Carlton setelah menutup pintu. 

Daffa sontak berdiri kaku dengan tatapan tak percaya. "Hah...?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-65

    Tok' tok' tok'Suara ketukan itu membuat keduanya terkejut."Carl, ada yang orang di luar, apa mungkin Kakek kamu sudah sampai?" ucap Adelia dengan gugup."Ini masih pagi, tidak mungkin Kakek tua itu datang," jawab Carlton sambil mengecup lembut bahu Adelia."Sudah jangan memikirkannya, kamu pasti masih ngantuk kan sayang? Lebih baik, tidur lagi saja ya," perintahnya.Adelia menoleh dan menatap Carlton yang tersenyum kepadanya."Tapi Carl, aku tidak tenang. Aku takut membuat Kakek kamu marah dan juga status kita kan ...." Adelia langsung menundukkan kepalanya, bibirnya gemetar dengan tangan yang meremas kuat selimut yang menutupi tubuhnya itu.Carlton mengerenyitkan dahinya."Apa maksud kamu sayang? Status? Status apa sayang?" tanyanya dengan tatapan penasaran.Adelia masih menunduk, dia benar-benar tak memiliki kepercayaan diri sama sekali.Dia sadar, jika dirinya hanyalah wanita miskin yang tak mungkin diterima oleh keluarga kaya seperti keluarga Carlton, dia juga tahu kalau pernika

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-64

    Keesokan harinya.Matahari bersinar terang dan cahayanya pun menembus celah-celah kaca jendela dibalik tirai yang masih tertutup rapat di dalam sebuah kamar yang di dalamnya, ada sepasang pria dan wanita masih berbaring saling memeluk satu sama lainnya di bawah sebuah selimut.Hingga tiba-tiba saja.Drrrrttt ....Suara ponsel membangunkan keduanya."Hhmm ... Carl, itu ponsel kamu bukan?" ucap Adelia dengan mata yang masih tertutup rapat, rasanya sangat berat untuk membukanya.Carlton pun perlahan membuka matanya dan tangannya langsung meraba ke arah meja nakas yang ada di sebelahnya."Emm ... Sepertinya memang ponsel aku sayang, kamu tidur lagi saja, pasti kamu lelah sekali kan?" jawabnya sambil terus meraba meja nakas di sebelahnya dan akhirnya, dia pun berakhir mendapatkannya."Siapa sih yang ganggu sepagi ini? Tidak tahu apa kalau hari ini adalah hari libur, bisa-bisanya menganggu orang yang sedang tidur!" gerutunya.Carlton yang sudah berhasil mendapatkan ponselnya pun langsung me

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-63

    "Ma ... Pa! Tolong jangan tinggalkan Lia sendirian di sini, Lia butuh mama sama papa," ucapnya dengan mata terpejam, Adelia terus mengeluarkan air matanya."Dia sedang bermimpi tentang kedua orang tuanya?" ucap Carlton, dia pun jadi teringat dengan mendiang kedua orang tuanya, yang sama seperti Adelia, sudah meninggal saat dirinya masih kecil."Sayang, nasib kita sama, kita sama-sama anak yatim piatu."Carlton pun langsung menaruh ponsel Adelia diatas meja nakas dan dia segera berbaring di sebelah Adelia."Sayang, aku memahami perasaan kamu saat ini, kamu pasti kangen kan sama mendiang kedua orang tua kamu, aku ...." Carlton pun ikut sedih, karena dia juga jadi teringat mendiang kedua orang tuanya."Mama, papa! Aku juga kangen kalian," lirihnya.Carlton segera memeluk Adelia."Sayang, kita memiliki nasib yang sama dan semoga saat kita memiliki anak nanti, anak kita tidak memiliki nasib yang sama dan semoga kita diberi panjang umur agar bisa melihat mereka dewasa." Carlton memeluk erat

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-62

    "Halo!" jawab Carlton dengan nada tegas.Di seberang sana.Jerry yang sedang duduk diatas sofa bersama seorang wanita sexy tertawa penuh kepuasan."Halo keponakan om tersayang! Sedang apa sekarang?" tanyanya.Carlton mengetuk-ngetuk pelan meja di depannya, dia tersenyum tipis."Sedang menikmati kebahagiaan karena ada yang sudah mati-matian merencanakan semuanya dengan susah payah, ternyata rencana gagal total," jawab Carlton.Seketika senyuman Jerry pun menghilang."Brengsek! Berani sekali bocah seperti kamu menyindir saya! Jangan mentang-mentang kamu ....""Santai om, jangan marah-marah seperti itu! Ingat, umur om sudah tidak muda lagi, takutnya Asam urat om kambuh terus tidak bisa menikmati wanita cantik dalam pelukan om saat ini, rugi dong kalau sudah bayar mahal tidak bisa dinikmati, ya kan?" Carlton tertawa mengejek.Jerry semakin kesal mendengarnya."Diam kamu Carl! Berani sekali kamu mengejek saya! Kamu benar-benar anak kurang ajar! Dasar anak kurang didikan ya begini hasilnya,

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-61

    "I-ini ... Mau apalagi sih dia?" gerutu Adelia, dia langsung kesal ketika melihat pesan yang ternyata dari pria yang sudah mengkhianatinya itu."Cih! Dasar tidak tahu malu, mau apalagi si dia menghubungiku lagi? Memangnya belum puas sudah bersama dengan wanita tidak tahu malu itu?" Adelia terus mengumpat kesal dan rasa kantuknya langsung hilang karena melihat nama itu, padahal dia belum membaca isinya tapi api amarahnya langsung menyala baru melihat namanya saja."Sial! Kenapa harus sekarang sih? Aku mau istirahat tidak bisakah ...." Adelia menghela napas panjang, lalu segera duduk kembali."Sudahlah, aku baca dulu pesan apa yang dia kirimkan padaku," ucapnya sambil membuka kunci layar ponselnya, Adelia pun membaca pesan itu."Eh! Mau apalagi dia?!" raut wajah Adelia seketika berubah jijik ketika melihat pesan dari calon suaminya, lebih tepatnya dia sudah menganggap jika dia sudah menjadi mantan."Cih! Untuk apalagi masih berpura-pura menjadi pria yang setia dan seolah kalau aku satu-

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-60

    "Berikan!"Carlton mengulurkan tangannya dengan tatapan kesal.Asep langsung bergidik melihat tatapan seram majikannya itu.Glek!"Tuan seram sekali!" gumamnya sambil menelan ludahnya secara kasar.Namun, dia pun segera memberikan ponsel itu ke tangan Carlton."I-ini ponselnya Tuan!" ucapnya dengan tangan bergetar.Carlton segera meraihnya dan dia segera menatap layar ponselnya yang masih menyala."Sial!" umpatnya secara tiba-tiba dan eksprwsu wajahnya lebih menyeramkan dari sebelumnya.Membuat Asep semakin ketakutan dan demi menghindari amarah majikannya, Asep segera pergi meninggalkan ruangan itu.Sedangkan Adelia, dia yang sudah selesai makan pun, bergerak mendekati Carlton karena rasa penasarannya."Carl! Kamu kenapa?" tanyanya sambil perlahan melirik ke arah layar ponsel milik Carlton yang terus mengeluarkan bunyi."Eh! Nomor tidak dikenal," ucap Adelia sambil melirik ke arah Carlton yang masih merengut menahan amarahnya."Carl! Kamu baik-baik saja kan? Apakah kamu merasa adanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status