Tok' tok' tok'Suara ketukan itu membuat keduanya terkejut."Carl, ada yang orang di luar, apa mungkin Kakek kamu sudah sampai?" ucap Adelia dengan gugup."Ini masih pagi, tidak mungkin Kakek tua itu datang," jawab Carlton sambil mengecup lembut bahu Adelia."Sudah jangan memikirkannya, kamu pasti masih ngantuk kan sayang? Lebih baik, tidur lagi saja ya," perintahnya.Adelia menoleh dan menatap Carlton yang tersenyum kepadanya."Tapi Carl, aku tidak tenang. Aku takut membuat Kakek kamu marah dan juga status kita kan ...." Adelia langsung menundukkan kepalanya, bibirnya gemetar dengan tangan yang meremas kuat selimut yang menutupi tubuhnya itu.Carlton mengerenyitkan dahinya."Apa maksud kamu sayang? Status? Status apa sayang?" tanyanya dengan tatapan penasaran.Adelia masih menunduk, dia benar-benar tak memiliki kepercayaan diri sama sekali.Dia sadar, jika dirinya hanyalah wanita miskin yang tak mungkin diterima oleh keluarga kaya seperti keluarga Carlton, dia juga tahu kalau pernika
Keesokan harinya.Matahari bersinar terang dan cahayanya pun menembus celah-celah kaca jendela dibalik tirai yang masih tertutup rapat di dalam sebuah kamar yang di dalamnya, ada sepasang pria dan wanita masih berbaring saling memeluk satu sama lainnya di bawah sebuah selimut.Hingga tiba-tiba saja.Drrrrttt ....Suara ponsel membangunkan keduanya."Hhmm ... Carl, itu ponsel kamu bukan?" ucap Adelia dengan mata yang masih tertutup rapat, rasanya sangat berat untuk membukanya.Carlton pun perlahan membuka matanya dan tangannya langsung meraba ke arah meja nakas yang ada di sebelahnya."Emm ... Sepertinya memang ponsel aku sayang, kamu tidur lagi saja, pasti kamu lelah sekali kan?" jawabnya sambil terus meraba meja nakas di sebelahnya dan akhirnya, dia pun berakhir mendapatkannya."Siapa sih yang ganggu sepagi ini? Tidak tahu apa kalau hari ini adalah hari libur, bisa-bisanya menganggu orang yang sedang tidur!" gerutunya.Carlton yang sudah berhasil mendapatkan ponselnya pun langsung me
"Ma ... Pa! Tolong jangan tinggalkan Lia sendirian di sini, Lia butuh mama sama papa," ucapnya dengan mata terpejam, Adelia terus mengeluarkan air matanya."Dia sedang bermimpi tentang kedua orang tuanya?" ucap Carlton, dia pun jadi teringat dengan mendiang kedua orang tuanya, yang sama seperti Adelia, sudah meninggal saat dirinya masih kecil."Sayang, nasib kita sama, kita sama-sama anak yatim piatu."Carlton pun langsung menaruh ponsel Adelia diatas meja nakas dan dia segera berbaring di sebelah Adelia."Sayang, aku memahami perasaan kamu saat ini, kamu pasti kangen kan sama mendiang kedua orang tua kamu, aku ...." Carlton pun ikut sedih, karena dia juga jadi teringat mendiang kedua orang tuanya."Mama, papa! Aku juga kangen kalian," lirihnya.Carlton segera memeluk Adelia."Sayang, kita memiliki nasib yang sama dan semoga saat kita memiliki anak nanti, anak kita tidak memiliki nasib yang sama dan semoga kita diberi panjang umur agar bisa melihat mereka dewasa." Carlton memeluk erat
"Halo!" jawab Carlton dengan nada tegas.Di seberang sana.Jerry yang sedang duduk diatas sofa bersama seorang wanita sexy tertawa penuh kepuasan."Halo keponakan om tersayang! Sedang apa sekarang?" tanyanya.Carlton mengetuk-ngetuk pelan meja di depannya, dia tersenyum tipis."Sedang menikmati kebahagiaan karena ada yang sudah mati-matian merencanakan semuanya dengan susah payah, ternyata rencana gagal total," jawab Carlton.Seketika senyuman Jerry pun menghilang."Brengsek! Berani sekali bocah seperti kamu menyindir saya! Jangan mentang-mentang kamu ....""Santai om, jangan marah-marah seperti itu! Ingat, umur om sudah tidak muda lagi, takutnya Asam urat om kambuh terus tidak bisa menikmati wanita cantik dalam pelukan om saat ini, rugi dong kalau sudah bayar mahal tidak bisa dinikmati, ya kan?" Carlton tertawa mengejek.Jerry semakin kesal mendengarnya."Diam kamu Carl! Berani sekali kamu mengejek saya! Kamu benar-benar anak kurang ajar! Dasar anak kurang didikan ya begini hasilnya,
"I-ini ... Mau apalagi sih dia?" gerutu Adelia, dia langsung kesal ketika melihat pesan yang ternyata dari pria yang sudah mengkhianatinya itu."Cih! Dasar tidak tahu malu, mau apalagi si dia menghubungiku lagi? Memangnya belum puas sudah bersama dengan wanita tidak tahu malu itu?" Adelia terus mengumpat kesal dan rasa kantuknya langsung hilang karena melihat nama itu, padahal dia belum membaca isinya tapi api amarahnya langsung menyala baru melihat namanya saja."Sial! Kenapa harus sekarang sih? Aku mau istirahat tidak bisakah ...." Adelia menghela napas panjang, lalu segera duduk kembali."Sudahlah, aku baca dulu pesan apa yang dia kirimkan padaku," ucapnya sambil membuka kunci layar ponselnya, Adelia pun membaca pesan itu."Eh! Mau apalagi dia?!" raut wajah Adelia seketika berubah jijik ketika melihat pesan dari calon suaminya, lebih tepatnya dia sudah menganggap jika dia sudah menjadi mantan."Cih! Untuk apalagi masih berpura-pura menjadi pria yang setia dan seolah kalau aku satu-
"Berikan!"Carlton mengulurkan tangannya dengan tatapan kesal.Asep langsung bergidik melihat tatapan seram majikannya itu.Glek!"Tuan seram sekali!" gumamnya sambil menelan ludahnya secara kasar.Namun, dia pun segera memberikan ponsel itu ke tangan Carlton."I-ini ponselnya Tuan!" ucapnya dengan tangan bergetar.Carlton segera meraihnya dan dia segera menatap layar ponselnya yang masih menyala."Sial!" umpatnya secara tiba-tiba dan eksprwsu wajahnya lebih menyeramkan dari sebelumnya.Membuat Asep semakin ketakutan dan demi menghindari amarah majikannya, Asep segera pergi meninggalkan ruangan itu.Sedangkan Adelia, dia yang sudah selesai makan pun, bergerak mendekati Carlton karena rasa penasarannya."Carl! Kamu kenapa?" tanyanya sambil perlahan melirik ke arah layar ponsel milik Carlton yang terus mengeluarkan bunyi."Eh! Nomor tidak dikenal," ucap Adelia sambil melirik ke arah Carlton yang masih merengut menahan amarahnya."Carl! Kamu baik-baik saja kan? Apakah kamu merasa adanya
Deg!Seketika detak jantung dari dua pelayan itu, yaitu Lesmana dan Rio berdetak sangat cepat dan keringat dingin langsung membasahi dahinya."Sial! Mengapa Tuan tiba-tiba bicara seperti itu? Nyonya muda kita ini, sungguh telah membuat masalah besar kepada kita!" Bisik Rio sambil menyeka keringat di dahinya, tubuhnya gemetar hebat dan perasaannya semakin tidak tenang, karena takut terjadi masalah besar yang akan mengancam pekerjaannya itu."Aku juga tidak tahu Rio, yang jelas aku senang mendapatkan pujian dari nyonya muda yang mengatakan kita berdua ini tampan! Hehehe ... Itu cukup menyenangkan kan," timpal Lesmana yang malah terkekeh kecil dan dia malah merasa sangat bangga sekali.Rio memutar bola matanya menatap rekannya itu."Sial! Aku juga senang dengan pujian yang tadi dilontarkan oleh nyonya muda, apalagi mendapatkan pujian dari seorang wanita secantik nyonya siapa yang tidak merasa bahagia? Ta-tapi masalahnya, nyonya muda memuji kita di depan Tuan! Ini yang bahaya sekali!" uca
Ding!Seketika keduanya langsung terkejut saat menyadari jika lift itu pun berhenti dan pintu lift pun perlahan terbuka.Membuat Adelia secara refleks mendorong dada Carlton."Carl, kita sudah sampai," ucapnya dengan sedikit gagap, karena jujur Adelia merasa gugup sendiri.Carlton mengulas senyum dan segera memegang tangan Adelia yang tadi mendorong dadanya."Ayo kita keluar sekarang, sayang!" ucapnya sambil mengecup punggung tangan Adelia, Carlton pun menggenggam erat tangannya."Emmm ... Iya!" jawab Adelia, dia semakin gugup dan rasanya detak jantungnya semakin kencang seolah akan keluar dari dadanya."Sial! Tenangkan diri kamu Adel! Kamu jangan sampai membuat malu di depan si brengsek ini!" gumamnya.Tangan Adelia gemetar, saat genggam erat tangan Carlton yang tak mau melepaskannya."Ayo pergi sekarang! Atau ... Kamu mau kembali ke kamar lagi?" ucapnya dengan senyuman nakal yang membuat Adelia langsung bergidik."Eh! Tidak! Aku tidak mau kembali ke kamar! Ayo kita pergi sekarang,"
Carlton terdiam sejenak, dia mendadak diam membuat Adelia ikutan bingung."Carl, kamu kenapa diam? Bagaimana aku harus pergi kalau keadaan aku yang ... Ahemm! seperti ini?" tanya Adelia, dia merasa sangat malu, karena mau bagaimana pun, dia dan Carlton baru kenal beberapa hari saja dan suasana seperti ini, sangat canggung baginya."Emmm ... Tunggu sebentar!"Carlton pun langsung bangun dan membuka lemari pakaiannya.Membuat Adelia semakin bingung."Carl, kamu sedang apa?" tanya Adelia.Carlton menoleh."Mencari pakaian yang bisa kamu gunakan sementara," jawabnya yang kembali menatap isi lemarinya."Haist!"Carlton menghela napas kasar dan tatapan kecewa menyelimutinya saat ini.Adelia mengerenyitkan dahinya."Ada apa Carl?"Carlton menoleh lagi ke arah Adelia."Tidak ada pakaian yang bisa kamu gunakan sayang! Semuanya ... Haistt! Pakaian milikku dan pastinya ...."Carlton ke