Share

GPCD-6

Penulis: Dhini_218
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-11 10:57:04

Cukup lama Daffa menatap pintu yang sudah tertutup rapat, hingga akhirnya menghembuskan nafas kasar.

"Baiklah! Lebih baik aku pergi saja dulu, tidak mungkin aku berdiri terus di sini. Nanti bisa-bisanya aku dikira penjahat di sini!" ucap asisten Carlton itu bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

Sementara itu, Carlton tampak berjalan menghampiri dokter wanita yang kini hendak memulai untuk melakukan pemeriksaan.

"Nona, bolehkah saya tahu nama anda?" tanyanya dengan ramah.

Adelia mengangguk.

"Boleh dok! Nama saya Adelia," jawabnya.

"Baiklah! Umur berapa dan apa keluhan yang anda rasakan?" tanya dokter itu lagi.

Adelia terdiam sejenak, lalu melirik ke arah Carlton yang berdiri di belakang sang dokter.

"Emmm! Saya ...." Adelia merasa canggung untuk mengatakannya.

Dokter itu mengerenyitkan dahinya.

"Ada apa nona? Apa ada sesuatu yang salah?" tanyanya.

Adelia menggelengkan kepalanya.

"Tidak sama sekali! Hanya saja ...." Adelia menarik nafas panjang, lalu melanjutkan ucapannya.

"Hanya saja saya merasa malu mengatakannya," jawab Adelia.

Dia segera meremas kasar selimut yang melilit tubuhnya.

"Dokter, saya merasa malu mengatakannya. Tapi ...." Adelia kembali melirik ke arah Carlton yang masih berdiri menatap ke arahnya.

Dokter itu semakin penasaran.

"Ada apa? Katakan saja, tidak perlu merasa takut! Saya tidak gigit kok," ucapnya yang mengulas senyum kecil dari kedua sudut bibirnya.

Membuat Adelia semakin kikuk.

"Emmm ... Tapi dokter, saya ...."

Belum selesai Adelia bicara, Carlton langsung menyelanya.

"Cepat periksa! Tidak perlu banyak bertanya karena dia tidak mau mengatakannya!" bentak Carlton, yang kemudian mendekati Adelia.

"Periksa dia! dia merasa kesakitan di bagian bawah tubuhnya! lihat juga, wajahnya pucat sekali! bukankah anda dokter dan pasti tahu apa yang dia alami tak perlulah bertanya lagi padanya!" ucap Carlton yang menatap kesal dokter wanita itu.

Dia yang tak sabar lagi melihat kedua orang yang bicara secara bertele-tele.

Dokter pun mengangguk.

"Baiklah! Maaf nona, saya mau memeriksa anda," ucapnya.

Dokter pun mulai mengeluarkan sebuah stetoskop dan memulai pemeriksaan.

Adelia hanya diam, dia merasa cukup gugup.

Sampai, sang dokter pun melihat banyak bekas tanda merah yang sudah berubah menjadi keunguan di beberapa titik di area leher dan sekitarnya.

"Nona, apakah anda dan Tuan ini ...." Dokter itu melirik ke arah Carlton yang masih berdiri tegak di sampingnya.

"Tuan anda dan nona ini ...." Dokter itu menatap Carlton.

"Ya, seperti yang anda pikirkan! Saya dan dia melakukan hubungan intim untuk pertama kalinya, jadi berikan dia obat untuk mengurangi rasa sakitnya!" jawab Carlton.

Adelia merasa malu saat mendengar penjelasan Carlton dan rasanya dia ingin bersembunyi di sebuah tempat yang tak bisa dilihat oleh dokter itu.

"Memalukan sekali! Bisa-bisanya dia mengatakan itu dengan santainya!" Adelia merutuk.

"Bahkan ekspresi wajahnya seperti tak merasa bersalah sama sekali, Cih! Sepertinya dia memang pria brengsek yang sudah terbiasa melakukan hal semacam ini!" gumam Adelia, dia menatap marah ke arah Carlton.

Sedangkan Carlton dia tak peduli dengan tatapan itu, dia hanya ingin Adelia sembuh dan mau membicarakan banyak hal tentang hubungan mereka selanjutnya.

"Dokter sialan! Hanya memeriksa saja tapi lama sekali!" keluh Carlton, menahan rasa kesal di dalam hatinya.

Untungnya, tak lama, pemeriksaan itu pun selesai.

Dokter wanita yang dibawa Daffa itu memberikan beberapa obat yang kebetulan dia sengaja bawa di dalam tasnya.

"Nona, ini obat yang harus anda minum," ucapnya.

Adelia pun mengulurkan tangannya untuk menerima obat itu. Dengan seksama, dia juga mendengar semua petunjuk yang dokter itu katakan hingga selesai.

"Terima kasih dok," ucapnya.

Adelia tampak sangat ramah dan sopan terhadap dokter wanita itu.

Hanya saja, kala tak sengaja menatap ke arah Carlton, sikapnya langsung berubah!

Menyadari itu, Carlton menahan tawa.

Menurutnya, sikap Adelia justru tampak menggemaskan.

"Lucu sekali!" batin pria itu. 

Tak terasa, dokter itu pun sudah menyelesaikan tugasnya dan pamit untuk pulang.

Carlton lantas mengantarnya sampai pintu.

Setelah memastikannya pergi, pria itu lantas kembali ke sisi Adelia.

"Babe, obat sudah kamu dapatkan! Pakaian juga sudah datang. Sekarang ... Kamu makan dulu, minum obat lalu ...." 

Carlton tersentak saat melihat Adelia mengambil air minum di atas meja nakas, lalu segera meminum obat itu.

"Eh! Kenapa kamu meminumnya? Kamu kan belum makan!" teriak Carlton dengan mata melotot.

Namun, Adelia dengan santainya turun dari atas tempat tidur.

"Aku tak peduli. Kalau ini membuatku mati, akan lebih bagus. Kamu juga tidak perlu memikirkan tanggung jawab atas yang kamu perbuat padaku, kan?" 

Mendengar itu, Carlton semakin terbelalak saat mendengarnya.

"Kamu--"

Carlton menatap Adelia yang berjalan melewati dirinya, lalu mengambil beberapa tas belanjaan yang dia dapat dari Daffa.

"Di mana pakaian untukku?" tanyanya.

Carlton menghela napas. Pria itu segera bangun dan datang mendekatinya. "Di sini!" jawabnya.

"Terima kasih!" jawab Adelia yang segera meraih tas itu, lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Walaupun langkahnya masih tidak stabil, tapi setidaknya dia tak merasa kesakitan seperti sebelumnya.

"Ck! Wanita ini! Dia sudah putus asa jadi bicaranya sudah sangat kacau sekali!" gumam Carlton, yang terus menatap Adelia yang akhirnya menghilang di balik pintu kamar mandi.

Hanya saja, Carlton mendadak teringat dengan obat perangsang yang tadi malam hampir menghancurkannya.

Api amarahnya kembali menyala.

"Tunggu, brengsek mana yang sudah berani menjebakku?" umpat Carlton dengan penuh emosi, "Lihat saja, aku takkan melepaskanmu dengan mudah!"

Drrt!

Suara dering ponsel miliknya kembali berbunyi, membuat Carlton menghela napas kasar.

"Siapa lagi yang mengganggu?!" keluhnya sembari melihat nama di ponselnya.

Namun itu tak berlangsung lama.

"Kakek?" lirihnya, penuh kebingungan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-65

    Tok' tok' tok'Suara ketukan itu membuat keduanya terkejut."Carl, ada yang orang di luar, apa mungkin Kakek kamu sudah sampai?" ucap Adelia dengan gugup."Ini masih pagi, tidak mungkin Kakek tua itu datang," jawab Carlton sambil mengecup lembut bahu Adelia."Sudah jangan memikirkannya, kamu pasti masih ngantuk kan sayang? Lebih baik, tidur lagi saja ya," perintahnya.Adelia menoleh dan menatap Carlton yang tersenyum kepadanya."Tapi Carl, aku tidak tenang. Aku takut membuat Kakek kamu marah dan juga status kita kan ...." Adelia langsung menundukkan kepalanya, bibirnya gemetar dengan tangan yang meremas kuat selimut yang menutupi tubuhnya itu.Carlton mengerenyitkan dahinya."Apa maksud kamu sayang? Status? Status apa sayang?" tanyanya dengan tatapan penasaran.Adelia masih menunduk, dia benar-benar tak memiliki kepercayaan diri sama sekali.Dia sadar, jika dirinya hanyalah wanita miskin yang tak mungkin diterima oleh keluarga kaya seperti keluarga Carlton, dia juga tahu kalau pernika

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-64

    Keesokan harinya.Matahari bersinar terang dan cahayanya pun menembus celah-celah kaca jendela dibalik tirai yang masih tertutup rapat di dalam sebuah kamar yang di dalamnya, ada sepasang pria dan wanita masih berbaring saling memeluk satu sama lainnya di bawah sebuah selimut.Hingga tiba-tiba saja.Drrrrttt ....Suara ponsel membangunkan keduanya."Hhmm ... Carl, itu ponsel kamu bukan?" ucap Adelia dengan mata yang masih tertutup rapat, rasanya sangat berat untuk membukanya.Carlton pun perlahan membuka matanya dan tangannya langsung meraba ke arah meja nakas yang ada di sebelahnya."Emm ... Sepertinya memang ponsel aku sayang, kamu tidur lagi saja, pasti kamu lelah sekali kan?" jawabnya sambil terus meraba meja nakas di sebelahnya dan akhirnya, dia pun berakhir mendapatkannya."Siapa sih yang ganggu sepagi ini? Tidak tahu apa kalau hari ini adalah hari libur, bisa-bisanya menganggu orang yang sedang tidur!" gerutunya.Carlton yang sudah berhasil mendapatkan ponselnya pun langsung me

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-63

    "Ma ... Pa! Tolong jangan tinggalkan Lia sendirian di sini, Lia butuh mama sama papa," ucapnya dengan mata terpejam, Adelia terus mengeluarkan air matanya."Dia sedang bermimpi tentang kedua orang tuanya?" ucap Carlton, dia pun jadi teringat dengan mendiang kedua orang tuanya, yang sama seperti Adelia, sudah meninggal saat dirinya masih kecil."Sayang, nasib kita sama, kita sama-sama anak yatim piatu."Carlton pun langsung menaruh ponsel Adelia diatas meja nakas dan dia segera berbaring di sebelah Adelia."Sayang, aku memahami perasaan kamu saat ini, kamu pasti kangen kan sama mendiang kedua orang tua kamu, aku ...." Carlton pun ikut sedih, karena dia juga jadi teringat mendiang kedua orang tuanya."Mama, papa! Aku juga kangen kalian," lirihnya.Carlton segera memeluk Adelia."Sayang, kita memiliki nasib yang sama dan semoga saat kita memiliki anak nanti, anak kita tidak memiliki nasib yang sama dan semoga kita diberi panjang umur agar bisa melihat mereka dewasa." Carlton memeluk erat

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-62

    "Halo!" jawab Carlton dengan nada tegas.Di seberang sana.Jerry yang sedang duduk diatas sofa bersama seorang wanita sexy tertawa penuh kepuasan."Halo keponakan om tersayang! Sedang apa sekarang?" tanyanya.Carlton mengetuk-ngetuk pelan meja di depannya, dia tersenyum tipis."Sedang menikmati kebahagiaan karena ada yang sudah mati-matian merencanakan semuanya dengan susah payah, ternyata rencana gagal total," jawab Carlton.Seketika senyuman Jerry pun menghilang."Brengsek! Berani sekali bocah seperti kamu menyindir saya! Jangan mentang-mentang kamu ....""Santai om, jangan marah-marah seperti itu! Ingat, umur om sudah tidak muda lagi, takutnya Asam urat om kambuh terus tidak bisa menikmati wanita cantik dalam pelukan om saat ini, rugi dong kalau sudah bayar mahal tidak bisa dinikmati, ya kan?" Carlton tertawa mengejek.Jerry semakin kesal mendengarnya."Diam kamu Carl! Berani sekali kamu mengejek saya! Kamu benar-benar anak kurang ajar! Dasar anak kurang didikan ya begini hasilnya,

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-61

    "I-ini ... Mau apalagi sih dia?" gerutu Adelia, dia langsung kesal ketika melihat pesan yang ternyata dari pria yang sudah mengkhianatinya itu."Cih! Dasar tidak tahu malu, mau apalagi si dia menghubungiku lagi? Memangnya belum puas sudah bersama dengan wanita tidak tahu malu itu?" Adelia terus mengumpat kesal dan rasa kantuknya langsung hilang karena melihat nama itu, padahal dia belum membaca isinya tapi api amarahnya langsung menyala baru melihat namanya saja."Sial! Kenapa harus sekarang sih? Aku mau istirahat tidak bisakah ...." Adelia menghela napas panjang, lalu segera duduk kembali."Sudahlah, aku baca dulu pesan apa yang dia kirimkan padaku," ucapnya sambil membuka kunci layar ponselnya, Adelia pun membaca pesan itu."Eh! Mau apalagi dia?!" raut wajah Adelia seketika berubah jijik ketika melihat pesan dari calon suaminya, lebih tepatnya dia sudah menganggap jika dia sudah menjadi mantan."Cih! Untuk apalagi masih berpura-pura menjadi pria yang setia dan seolah kalau aku satu-

  • Gairah Pernikahan CEO Dingin   GPCD-60

    "Berikan!"Carlton mengulurkan tangannya dengan tatapan kesal.Asep langsung bergidik melihat tatapan seram majikannya itu.Glek!"Tuan seram sekali!" gumamnya sambil menelan ludahnya secara kasar.Namun, dia pun segera memberikan ponsel itu ke tangan Carlton."I-ini ponselnya Tuan!" ucapnya dengan tangan bergetar.Carlton segera meraihnya dan dia segera menatap layar ponselnya yang masih menyala."Sial!" umpatnya secara tiba-tiba dan eksprwsu wajahnya lebih menyeramkan dari sebelumnya.Membuat Asep semakin ketakutan dan demi menghindari amarah majikannya, Asep segera pergi meninggalkan ruangan itu.Sedangkan Adelia, dia yang sudah selesai makan pun, bergerak mendekati Carlton karena rasa penasarannya."Carl! Kamu kenapa?" tanyanya sambil perlahan melirik ke arah layar ponsel milik Carlton yang terus mengeluarkan bunyi."Eh! Nomor tidak dikenal," ucap Adelia sambil melirik ke arah Carlton yang masih merengut menahan amarahnya."Carl! Kamu baik-baik saja kan? Apakah kamu merasa adanya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status