LOGIN"Ahh ummpp Mass ahh," Aku belingsatan. Gelagapan. Mencoba mendorong perlahan tubuh Alex dari bibirku.
"Kenapa sayang? Enak kan?" Alex berkata dengan penuh percaya diri. Ya, memang kuakui ciumannya begitu candu dan membuatku ketagihan. Apalagi disela Alex menciumku, tangannya nggak henti meremas, memilin bukit kembarku. Mata kami masih bertatapan. Alex menyelami dalam mataku dan tanganku sudah tak menolaknya, malah mengalung di lehernya. Lalu kedua kakiku sudah mengikat dipinggannya hingga burung perkutut Alex yang tegang seperti menusuk di perutku. "Kalau kamu nggak ada nanti aku bagaimana? Kamu sudah membuat aku gila dengan sentuhanmu, Lex!" Haduh, Nay, setan apa yang merasuki tubuhmu sampai kamu berucap seperti jalang murahan. "Hehehehe, aku menyukai tubuhmu, Nay. Aku jarang bercinta sampai seperti ini. Aku menginginkannya lagi dan lagi. Tubuhmu juga apem sempit kamu nikmat banget, Nay. Aku yang ketagihan. Aku akan cari cara buat selalu dekat dengan kamu. Kamu jangan menolakku lagi ya, Nay." Entah apa perkataan Alex bisa dipercaya, atau memang malam ini kami berdua sedang gila dan kerasukan gairah. Setelah mendengar ucapan Alex tadi aku melepaskan kakiku yang membelit pinggangnya. "Ayo, Lex, masukin lagi burungmu, apemku sudah basah lagi gara-gara kamu, kamu harus tanggung jawab!" Lagi aku seperti jalang murahan. Benar-benar ingin disentuh dan dibahagiakan. Aku ingin menikmati setiap detik hujaman dari burung besar dan panjang milik Alex. "Kucing nakal, sudah berani menggoda. Aku tidak akan melepaskanmu. Bersiaplah," Alex tersenyum, dia mengangkat satu kakiku ke pinggangnya. Membuka selangkanganku makin lebar sambil jarinya bermain sebentar di apemku. Mengeseknya lagi hingga apemku makin basah dan becek. "Aah shhh ayo Lex ahh shh masukin aku udah ga tahan pingin disodok kamu lagii ahhh!" Rancuku menggila. Blash burung Alex sudah tau tau masuk ke apemku hingga masuk penuh. Alex mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur diliang apemku dan tangan satunya terus meremas gunung kembarku. "Ahh maass gilaa mass ahhh enakk banget mass ah lagii mass ahh SShh," rancuku merasakan keperkasaan burung Alex yang sedang mengobrak-abrik liangku hingga nggak karuan. "Ahh sshh sempit banget Nay ahh gilaa akuu sukaa akuu mau nambah lagi aahhh shitt ahhh Nay… fuck fuck… ahh!" Alex menggila memejamkan matanya menghujamkan burungnya makin cepat. Lalu, aku terkejut tiba-tiba saja dia menarik burungnya keluar, "ayo nungguin Nay, aku hajar kamu dari belakang, aku jamin ini nikmat banget," Aku hanya menuruti kemauan Alex membalikkan tubuhku sesuai perintahnya. Dan, "Aaaaggghhh ahhh Alexxx ahh ssshhh Alex ini enak banget Lexx ah!" Aku mengejang, meremas seprei. Belum pernah aku merasakan kenikmatan seperti ini bersama dengan Mas Arya. Alex benar-benar membuatku seperti cacing kepanasan. Jalang murahan. Lalu sedang enak enaknya, Alex mencabut burungnya yang masih berdiri kokoh, membalikkan tubuhku, "Hisap, emut dan kulum Nay, asshhh," Alex memintaku memasukkan burungnya yang penuh dengan cairan milikku. "Ayoo Nay, hisap aku udah ngga kuat ahh sshh biar habis ini aku muncratin di mulut kamu," perintah Alex. Pelan meski ragu aku mencoba memasukan burungnya Alex ke mulutku. Aku belum pernah melakukan ini sebelumnya, karena Mas Arya biasanya hanya menyerang apemku saja. Dan kami hanya bermain disekitar situ saja. "Ouuhh yeess baby shhh ahh pintar banget sayang enakkk banget ahh ahh," Alex mulai mengejang lalu dia mencabut burungnya dengan cepat, sepertinya Alex tidak tega kalo harus memuntahkan di mulutku. Aku terdiam sesaat, lalu Alex mengakangkan lagi pahaku, "Aahh shhhh ahhhh Alex sshhh aku mau keluar Lex!" Aku melengking dan mengangkat pantatku membiarkan Alex terus menghajar apemku nggak berhenti. "Ahh shhhh shhhh Nayyyy gilaaa ssshhhh shhhh!" Erangan Alex menghujam nya hingga mentok dan memuncratkannya di dalam rahimku. Kami melakukan pelepasan bersama. Cairan kenikmatan membasahi seprei tamu Alex hingga Alex menindih tubuhku karena kelelahan. Lalu disela nafas kami yang menderu dengan kedutan yang masih berasa, Alex menciumku lagi. Membelit lagi lidahku. Aahhh nikamat sekali permainan Alex denganku malam ini. Alex mendekap tubuhku yang kelelahan menggempur apemku. Lalu mendaratkan kecupan di keningku. "Aku akan mencari alasan untuk tinggal disini, Nay," ucap Alex membuatku menatap matanya. Sesaat aku tidak percaya dengan apa yang Alex ucapkan. Dengan berani dan penuh percaya diri dia berkata seperti itu. "Jangan Mas, aku nggak mau sampai Mas Arya tahu. Aku mohon Mas, cukup malam ini saja. Anggap ini hadiah ulang tahun kamu seperti yang kamu bilang tadi. Aku benar-benar nggak sampai hati kalau harus menghianati kebaikan Mas Arya." Pintaku berharap Alex mengerti. Aku merasa telah lupa diri sesaat karena terbujuk kenikmatan yang Alex berikan dan aku sama sekali nggak menolak apapun keinginan Alex tadi malah terkesan aku benar-benar menikmatinya. "Hahaha, Nay, Nay, kamu polos banget. Arya tuh nggak sebaik itu. Aku yakin dengan sifatnya yang seperti itu, dia pasti memiliki wanita simpanan." Tegas Alex padaku. "Mas kamu kok jahat banget sih, nuduh Mas Arya ku sampai seperti itu. Dia nggak kayak begitu Mas, Mas Arya tuh baik dan sempurna banget di mataku. Kamu seenaknya ngomong begitu, aku nggak suka Mas," Aku melepaskan pelukan Alex. Ngambek. Nggak Terima kalau Alex menjelek jelekan suamiku dibelakangnya. "Nay, hei mau kemana? Kita belum selesai. Burungku sudah bangun lagi, Nay, heii!" teriak Alex. Aku nggak memperdulikannya. Aku memunguti bajuku yang dilempar Alex ke lantai tadi dan membawanya keluarga kamar tamu dalam keadaan telanjang. Hampir jam 2 pagi saat aku selesai membersihkan tubuhku dari keringat Alex yang menempel dikulitku. Aku menoleh Mas Arya masih tak berkutik dengan posisinya. Tengkurap. Aku mencoba membalikkan tubuh Mas Arya. Lalu menarik selimutku. Aku juga lelah dan butuh istirahat. *** Hidungku mencium aroma menyengat. Seperti bau masakan. Mas Arya pun mulai mengeliat. Aku buru buru membalikkan tubuhku, pura pura tidur lagi. "Argghhh. Sakit banget!" Aku mendengar keluhan dari mulut Mas Arya, lalu aku merasakan tubuhku digoyangkan. "Nay, bangun. Kamu masih tidur?" Mas Arya terus menggoyangkan tubuhku. Aku pura-pura mengeliat dan membuka mata, "Umm, Mas udah bangun?" Aku membenarkan posisiku sampai duduk. "Nay, kamu kenapa?" Pertanyaan dari Mas Arya membuatku dag dig dug der. Kenapa dia jadi bertanya sesuatu. Apa ada yang salah dengan diriku. Atau jangan jangan Alex semalam lupa dan meninggalkan jejaknya. Haduuhh bagaimana ini? Apa yang harus aku jelaskan sama Mas Arya? Bagaimana pikiran kalau dia tahu semalam aku menjadi jalang murahan meminta dipuasin oleh sahabatnya. Mas Arya pasti nggak terima, haduuhh Nay, pagi pagi udah cari masalah aja sih…"Apa yang harus kita lakukan, Tuan?" meski Adam tahu tuannya sedang bersedih, dia tetap tidak ingin tuannya terpuruk terlalu lama."Kita akan segera menjemput putriku dan membawanya pulang. Aku tidak ingin dia berhubungan lagi dengan laki-laki dingin itu. Aku tidak mau kalau putriku yang lainnya akan bernasib sama," Reno tidak ingin kejadian yang menimpa Amira terjadi juga pada Amara."Tapi, saya rasa akan sulit Tuan, anda pasti tahu sendiri bagaimana sikap tuan Andreas selama ini. Pastinya dia tetap tidak akan mengalah dengan Anda. Saya yakin, dia akan tetap mencari cara untuk mempertahankan putri kesayangan anda," Adam berusaha menjelaskan karena dia yakin itu tidak akan semudah yang dibayangkan.Belum lagi misi untuk tuannya berdekatan dengan Putri yang sudah lama dicampakkan. Itu tidak akan semudah membalikan telapak tangan."Aku tahu karena itu aku tidak boleh gegabah. Aku nggak boleh melukainya. Setelah yang aku perbuat pada ibunya, aku yakin putriku tidak akan mudah memaafkanku
"Sayang, bisakah kamu tidak melibatkan orang lain di antara pembicaraan kita," Arya mengabaikan semua yang didengar dan dilihatnya. Dia sepertinya sudah tidak perduli dengan perjanjian yang dilakukannya dengan Andreas, dia seperti laki-laki plinpan yang kebakaran jenggot ketika apa yang sudah dimiliki perlahan menghilang."Sudah Mas, pergilah dan tinggalkan Azka di sini, anggap saja aku memang ibunya," Amara sudah tidak ingin terjebak oleh pusaran air yang membuatnya tenggelam."Aku nggak akan ninggalin Azka di sini," Arya berkata seolah sedang memberikan ancaman dan itu dia lakukan untuk mempertahankan hubungannya dengan wanita yang masih berstatus istrinya itu.Amara menatap Arya, ingin sekali dia menampar wajahnya, tapi dia tidak melakukan itu karena dia merasa itu bukanlah hal yang baik.Saat ini jika dia meminta Andreas semuanya kembali pasti laki-laki itu dengan sangat bahagia akan membawanya kembali. Tapi, jika itu dia lakukan berarti waktu bebasnya hari ini sampai besok akan s
"Maafkan aku, Amara. Aku bodoh. Aku benar-benar nggak akan melakukan itu, sayang. Aku nggak mau menceraikan kamu," Arya seperti orang yang berbeda. Berkata merayu asalkan mendapatkan satu kesempatan."Nggak Mas, aku nggak mau. Aku mohon pergilah," Amara tetap menghindar dan mengusir Arya."Sayang, kamu benar benar tega? Ini ada Azka loh, kamu nggak kasihan sama Azka," ucap Arya, masih saja tetap mengiba dan bahkan dia sekarang sudah berlutut di hadapan Amara."Mas!" Amara setengah berteriak, dia tidak habis pikir dan tidak menyangka kalau sikap Arya akan kekanak-kanakan seperti ini. Arya seperti orang yang berbeda, egois dan terus saja memaksakan keinginan. Itu membuat Amara tidak nyaman.Kamu kenapa sih, Mas? Kenapa kamu jadi bersikap seperti ini. Kenapa kamu berubah Mas? Kenapa kamu tidak seperti kamu yang dulu saat pertama kali aku kenal.Apa dulu itu juga hanya tipu muslihat kamu, Mas? Kamu sedang mempercayai aku agar aku bisa menerima kamu. Aku benar-benar kecewa sama kamu, Mas.
Suara ruangan dipenuhi dengan alunan musik dangdut. Amara sedang menyalakan musik dan dia sedang berjoget di kamarnya. Amara melakukan itu hanya untuk menghibur diri dan menghilangkan rasa penat di dalam dada.Dia merasa akhir-akhir ini hatinya sedang tidak baik atau otaknya perlu sedikit refreshing."Jeng jeng Nana Nana jeng jeng jeng!"Amara sedang mengikuti suara dari alunan lagu tersebut. Suara falsnya sedang bergema di ruangan dan siapapun yang mendengar langsung akan membuat sakit kepala, muntah. Mungkin saja bisa gegar otak dan dilarikan ke rumah sakit.Amara bahkan tidak menular suara ponselnya berdering juga bergetar. Tentu saja tidak lain dan tidak bukan si penelepon adalah Andreas. B-laki yang berjanji tidak akan mengganggu sampai batas besok pagi dia menjemputnya.Ke mana wanita itu pergi? Dia benar-benar mengabaikan telepon dariku. Rasanya aku ingin berbalik arah dan kembali saja ke tempat dia. Tapi, semua itu tidak dapat aku lakukan.Bersabarlah Andreas dan tunggulah se
"Baik, Tuan, saya akan menyuruh beberapa orang terpercaya kita untuk menyelesaikan masalah ini. Saya pastikan, mereka akan berhati-hati dengan tugasnya. Sebab, tidak menutup kemungkinan kalau sampai ketahuan, nyawa mereka menjadi taruhannya," Kenzo tetap menjabarkan hal terburuk yang akan terjadi jika mengawasi Reno."Aku tahu, karena dari itu kirimkan saja orang terbaik dan yang paling bisa menjaga rahasia. Ini tidak boleh tersebar dan aku tidak mau kalau calon istriku terganggu karena bocornya informasi yang kalian dapat," Andreas mengultimatum, dia benar-benar belajar dari masa lalunya.Andreas tidak ingin kalau Amara sampai telinga dengan kerajaan kegelapannya. Yang perlu Amara tahu dia adalah laki-laki menyebalkan dan tidak waras. Itu saja sudah membuat Amara gagal fokus menjalani kehidupan.Andreas mencoba mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor seseorang. Tentu saja nomor yang ditekannya adalah nomor Amara yang disimpan tanpa sepengetahuan nya.Tidak ada jawaban sama sekali. S
"Kau benar-benar menantu tidak bertanggung jawab. Aku sudah rela memberikan Putri kesayangan hanya untuk menjadi korban di tangannya. Aku benar-benar tidak menyangka kalau kau akan bertindak sekejam itu. Aku pikir dengan ketulusan yang diberikan oleh putriku, bisa berubah."Reno menatap tajam, emosinya benar-benar sudah sampai di ubun-ubun, tapi harapan itu tidak sepenuhnya hilang. Karena saat ini Reno yakin gadis yang berwajah mirip dengan putrinya itu juga adalah putrinya."Aku tidak akan membiarkannya terulang kembali. Aku tidak akan merestui kau dengan putriku. Jauhi putriku!" decak Reno tanpa ragu mengklaim Amara sebagai Putrinya.Andreas spontan mengepalkan tangannya dan matanya pun tidak bisa berbohong, dia tidak sepenuhnya menerima keputusan yang ayah mertuanya buat."Putri Papa? Apa maksudnya, Pah? Aku sudah katakan, Pah, dia bukan putri Papa, ini hanya wajahnya saja yang mirip. Dan aku juga seperti papa pada awalnya, menganggap Amara sebagai Miranda, tapi dia benar-benar buk







