Home / Urban / Gairah Sang CEO / Bab 3. Dag Dig dug

Share

Bab 3. Dag Dig dug

Author: Kai Chang
last update Last Updated: 2024-01-05 13:39:07

"Saya baik-baik saja Pak. Mungkin saya hanya masuk angin saja, karena sejak pagi saya mual-mual," jawab Clara yang saat itu merasakan tubuhnya terasa lemas dan tak berotot ketika sejak pagi dia mual dan pusing.

"Lebih baik kau pulang saja, biar aku urus ijinmu," saran Pedro tampak khawatir dengan keadaan mantan kekasihnya itu.

"Tidak masalah, Pak. Saya masih bisa kerja. Saya permisi." jawab Clara mencoba untuk menguatkan dirinya, lalu beranjak pergi meninggalkan Pedro dan Rilla.

Ketika Clara keluar ruangan, ia kembali ke kantornya dengan kondisi tubuh yang semakin lemah dan terpaksa dia ijin istirahat beberapa hari, berharap kondisinya akan membaik.

***

"Clara, kabar baik untukmu. Tuan Emanuel terkesan dengan proposal yang telah kau buat," ujar Dariel kepada Clara dengan penuh semangat. Clara yang sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Benarkah?" tanya Clara tak percaya dengan apa yang Dariel katakan. Matanya memandang ke arah Dariel dengan ekspresi campuran antara harapan dan keraguan.

Dengan senyum lebar, Dariel mengangguk mantap sebagai jawaban atas pertanyaan Clara, "Ya, benar sekali!" 

"Baiklah, sekarang, persiapkan dirimu untuk hadir dalam rapat direksi siang ini. Kau sendirilah yang nantinya akan mewakili devisi pemasaran." Clara mengangguk setuju, dia mulai mempelajari materi presentasi untuk siang nanti hingga dia tak sempat untuk makan siang karena dia benar-benar ingin memberikan yang terbaik agar bisa mendapatkan promosi itu. 

Siang itu, Clara merasa hatinya berdebar-debar saat ia melangkah menuju ruang rapat. Hari ini adalah pertemuan penting yang akan menentukan arah perusahaan selanjutnya. Clara sangat gugup karena dia tahu bahwa tanggung jawab besar ada di pundaknya sebagai seorang ahli pemasaran.

Ketika Clara memasuki ruangan rapat yang megah, dia langsung melihat Dariel duduk di salah satu kursi dengan senyuman hangat di wajahnya. Ruangan itu masih sepi hanya ada mereka berdua yang baru datang. Clara merasa gugup karena ini adalah pertemuan penting dalam kemajuan karirnya.

Dengan langkah ragu, Clara mendekati Dariel yang selalu mendukung karirnya.

"Kau gugup?" tanya Dariel sambil tersenyum menyambut kedatangan Clara.

"Karena ini pertama kalinya untukku," ujarnya singkat namun jujur. Dia merasa lega bisa mengutarakan perasaannya kepada Dariel.

Melihat kegelisahan Clara, Dariel meletakkan tangannya di atas bahu Clara secara lembut dan memberikan semangat padanya.

"Jangan khawatir, kamu sudah siap untuk ini," kata Dariel dengan penuh keyakinan. "Kamu telah belajar begitu keras dan memiliki pengetahuan yang luas tentang strategi pemasaran."

Mendengar kata-kata penyemangat dari mentor terpercayanya membuat hati Clara menjadi lebih tenang. Dia merasa didukung sepenuhnya oleh orang-orang di sekitarnya.

"Terima kasih, Pak," sahut Clara dengan senyum tulus mengembang di bibirnya. "Saya akan berusaha dengan baik." Kata-kata itu keluar dari mulutnya seperti janji yang ia buat pada dirinya sendiri.

Ia merasa lebih percaya diri setelah mendapat dorongan semangat tersebut.

Ruang rapat yang luas mulai dipenuhi oleh para eksekutif perusahaan. Mereka semua tampak serius dan fokus pada pertemuan ini, menunjukkan betapa pentingnya rapat hari ini. Suasana ruangan menjadi semakin tegang seiring dengan berjalannya waktu. Semua orang sibuk mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan CEO perusahaan AM Group yang hanya datang satu bulan sekali ke kantor cabang tempat Clara bekerja saat ini. 

Clara merasa sedikit cemas namun dia tahu bahwa dia harus menghadapinya dengan kepala tegak walaupun hari ini adalah hari pertamanya mengikuti rapat penting bersama petinggi perusahaan. Dia ingin memberikan kesan yang baik kepada atasan-atasannya dan membuktikan bahwa dia pantas mendapatkan tempat di dalam organisasi ini.

Saat Clara tengah memeriksa dokumen-dokumen terakhirnya, Dariel duduk disampingnya dengan senyum manis di wajahnya.

"Apakah kau sudah pernah bertemu dengan Tuan Emanuel?" tanya Dariel sambil melihat ke arah Clara.

"Belum Pak. Saya hanyalah staf biasa, mana mungkin saya bertemu dengan CEO perusahaan ini?" Clara terkejut mendengar pertanyaan itu dan menjawab gugup,

"Sebentar lagi kau akan mengetahuinya, jangan sampai kau jatuh cinta kepadanya." Ujar Daniel kepada Clara.

"Iya saya tau, Presdir adalah seorang pria tampan, bukan?" tanya Clara menatap Dariel penasaran.

“Jawabanmu memang di luar dugaanku, Clara.” Tentu saja Dariel sangat terkejut dengan jawaban Clara.

"Menurut yang saya dengar, dia sulit sekali di dekati oleh wanita bahkan banyak yang bilang jika CEO kita itu anti wanita. Hal ini apakah hanya rumor belaka ataukah sebuah fakta." bisik Dariel agar tidak terdengar oleh karyawan lainnya.

Clara penasaran dengan orang yang sedang mereka bicarakan ini.

 "Itu hanya gosip, Presdir pasti tidak seperti itu,” tutur Dariel mencoba mengingatkan Clara agar tidak mengucapkan gosip yang sama sekali tidak benar.

Clara menelan ludahnya pelan sambil menganggukkan kepalanya pelan. Dariel tersenyum tipis untuk mengalihkan perhatian Clara yang tegang. "Dia sangat tampan."

"Tampan sih tampan tapi dia sangat perfeksionis dan tidak akan berpikir dua kali untuk memecat siapa saja yang membuat kesalahan, bahkan itu masalah yang sangat kecil," gerutu Clara mengingat bagaimana dulu temannya yang merupakan sekretaris pribadi CEO perusahaannya dipecat hanya gara-gara terlambat datang keruangannya 1 menit saja.

"Baginya waktu adalah uang dan semua pekerjaan harus sempurna karena dia sendiri adlah sosok yang sangat sempurna, baik secara fisik ataupun kecerdasannya," sahut Dariel melirik ke arah Clara.

"Benarkah? Dia begitu sempurna?" tanya Clara tampak sangat penasaran.

Clara merasa campuran antara gugup dan antusias menjelang kedatangan bosnya tersebut. Ia ingin memberikan kesan baik pada bosnya namun juga khawatir jika melakukan kesalahan. Karena hanya kesalahan kecil saja dapat mengancam posisinya di perusahaan ini.

Suasana ruangan semakin tenang ketika pintu ruangan rapat akhirnya terbuka lebar. Semua orang secara otomatis berdiri untuk menyambut kedatangan sang CEO. Clara merasa jantungnya semakin berdebar kencang saat melihat satu persatu pengawal CEO datang untuk memastikan situasinya aman dan terkendali.

Tak lama kemudian seorang pria tampan dengan setelan jas mewah berwarna hitam, dengan rambut rapi dan langkah yang mantap melangkah masuk ke ruang meeting diikuti oleh beberapa pengawal dan bodyguard.

Sosok yang begitu dihormati dan diidolakan oleh banyak orang dalam perusahaan ini, akhirnya hadir di depan mata mereka. Dia memiliki aura kepemimpinan yang kuat dan wajah yang karismatik.

Semua orang menyambutnya dengan penuh hormat, tapi tidak dengan Clara. Wajahnya tampak cemas dan khawatir. Keringat dingin mulai mengucur di tubuhnya dan wajahnya tampak pucat pasi melihat CEO tersebut.

“B-bukankah dia?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Sang CEO   Bab 98. Sikap aneh Kakek Mia

    Clara merasa risih ketika lelaki tua itu terus memandang ke arahnya. "Kakek, apakah ada yang salah dengan saya?" tanya Clara segera menutupi bagian dadanya dengan sweater yang dia pakai.Kakek Mia memaksakan senyum, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang melanda hatinya. "Tidak. Boleh Kakek melihat kalungmu lebih dekat?"Clara mengangguk sambil mencopot kalungnya dan menyodorkan kalungnya. "Ini, Kek. Ini adalah kalung peninggalan ibu. Ibu selalu bilang ini sangat berharga."Kakek Mia memegang liontin itu dengan tangan gemetar, matanya berkaca-kaca. "Di mana ibumu mendapatkannya?"Clara mengerutkan kening, merasa aneh dengan reaksi Kakek Mia. "Katanya ini pemberian dari nenekku. Aku tidak pernah bertemu nenek, dia meninggal sebelum aku lahir. Ibu juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu."Kakek Mia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar. "Clara,

  • Gairah Sang CEO   Bab 97. Liontin itu?

    "Tentu saja, Clara. Kau merasa keberatan ketika ada wanita lain yang melihat tubuhku," jawab Alexander dengan wajahnya yang tenang."Tapi jangan lakukan hal sekejam itu, Tuan. Kasihan dengan Mia," jawab Clara terlihat sedih."Clara, dia sangat kejam. Dia bahkan akan mencelakai dirimu dan anak kita dengan memberimu racun yang langka. Dia juga menjebakku dan membuatmu bersedih. Kau masih bisa mengasihinya?" protes Alexander heran melihat reaksi istrinya."Aku tidak akan membiarkan Mia menghancurkan hidupku dan membuatmu bersedih, jika aku tidak memberinya hukuman," lanjut Alexander dengan tegas.Clara hanya bisa diam, dia tidak bisa lagi mencegah suaminya. Beberapa hari kemudian, Alexander berdiri di luar gedung tempat Mia disekap. Dia memasuki gedung tersebut dan memastikan jika Markus melakukan tugasnya dengan baik. Benar saja, di sana dia melihat Mia sudah kehilangan penglihatannya."Mia. Ini cukup untuk membuatmu menyesal sudah bermain api denganku, Mia," ujar Alexander dengan nada

  • Gairah Sang CEO   Bab 96. Jebakan membawa petaka

    "Ini tidak mungkin! Alexander?!" desis Clara dengan suara bergetar.Clara masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Alexander, pria yang selama ini dianggapnya sebagai sosok baik dan setia, kini terlihat tidur dengan Mia, wanita yang selama ini membuat Clara gelisah. Dia mencoba menolak kenyataan yang ada di hadapannya.Selma, merasa harus segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah ini. "Ini tidak mungkin! Alexander?!" desis Clara dengan suara bergetar, mencoba untuk menampik apa yang dia lihat.Selma terdiam sejenak, lalu dengan tegas berkata, "Clara, tetap tenang. Aku akan mengurus ini."Selma bergegas meninggalkan Clara seornagbdiri di rumah sakit, dan segera pergi menuju Penthouse putranya.Ketika Selma tiba di penthouse tersebut dengan wajah tegang dan langkah cepatnya, ia segera masuk tanpa permisi. Dan disanalah dia melihat pemandangan yang membuat hatinya hampir copot dari tempatnya: Alexander tertidur hanya dengan memakai bocer pendek dan Mia baru saja selesa

  • Gairah Sang CEO   Bab 95. Clara keracunan

    Clara duduk di meja makan, memegang perutnya yang terasa kram hebat. Wajahnya pucat dan keringat dingin mulai membasahi dahinya. "Aku merasa sangat tidak enak badan," katanya lemah kepada Selma, ibu mertuanya, yang duduk di seberang meja.Selma memandang Clara dengan khawatir. "Kamu kenapa, Clara? Kamu terlihat sangat pucat," ujarnya sambil bangkit dan mendekati Clara. "Sepertinya kamu harus dibawa ke dokter."Saat itu, Mia memberikan segelas air kepada Clara. "Clara, minumlah ini. Mungkin kamu akan merasa lebih baik," katanya dengan senyum simpul.Namun Alexander menampik tangan Mia dan segera menggendong tubuh Clara ke luar untuk diperiksakan oleh dokter. "Aku akan membawanya ke rumah sakit sekarang juga," katanya dengan suara tegas. Mia berusaha membantu mengangkat Clara, namun Selma menolak bantuannya. "Jangan sentuh dia, Mia. Aku sudah mencurigaimu sejak awal." Mia terkejut. "Apa maksud Tante Selma? Kenapa Tante mencurigai aku?" Sepeninggal Clara dan Alexander, Selma menatap Mia

  • Gairah Sang CEO   Bab 94. Kewaspadaan Selma

    Siang itu, Selma, melangkah keluar dari lift menuju penthouse mewah Alexander. Pintu terbuka, memperlihatkan pemandangan indah kota dari jendela besar di ruang tamu. Namun, yang menarik perhatian Selma adalah suara tawa dari dapur. Dia berjalan mendekat, dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat Mia, dengan apron terikat di pinggangnya, sedang memasak di dapur Alexander."Mia? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Selma dengan nada tegas, matanya menyipit curiga.Mia menoleh dengan senyum ramah yang biasa ia tunjukkan. "Oh, Selamat sore, Tante Selma. Saya hanya memasak makan siang. Ada yang bisa saya bantu?"Selma melangkah masuk, menatap Mia dengan sorotan tajam. "Kenapa kamu tinggal di sini bersama Alexander? Di mana Clara?"Mia tersenyum lebih lebar, tetapi matanya tetap dingin. "Clara sedang di kamarnya, apakah Tante tidak tau, jika Clara itu pemalas? Selama satu Minggu Saya disini, Sayalah yang mengurus rumah sementara dia bermalas-malasan."Selma merasa ada yang tidak beres. D

  • Gairah Sang CEO   Bab 93. Hari Pertama Mia di Rumah Alexander

    Pada hari pertama Mia tinggal di rumah Alexander, suasana di rumah itu terasa sedikit berbeda. Clara menjadi lebih protektif terhadap Alexander. Dia merasa perlu melindungi saudara laki-lakinya dari segala hal yang mungkin bisa membuatnya tidak nyaman.Pagi itu, Mia bangun lebih awal dan memutuskan untuk membuat sarapan spesial untuk Alexander. Dia merasa senang bisa memberikan sesuatu yang istimewa untuk orang yang baru saja dia kenal ini. Dengan langkah ringan, Mia bergegas ke dapur dan mulai mencari-cari resep pancake favoritnya yang pernah dia lihat di internet.Sementara itu, Alexander turun dari lantai atas dengan langkah malas. Matanya masih setengah tertutup karena kantuk namun senyum tipis tetap menghiasi wajah tampannya ketika aroma harum pancake menyambut hidungnya begitu masuk ke dapur. Dia melihat Mia dengan tatapan penuh tanda tanya saat gadis itu sibuk mengaduk adonan pancake dengan penuh semangat."Selamat pagi!" sapu Mia riang sambil tersenyum lebar, adonan tepung sed

  • Gairah Sang CEO   Bab 92. Kekhawatiran Clara

    Clara sedang duduk di ruang tamu yang elegan, tangannya memegang secangkir teh hangat. Senyum lebar tergambar di wajahnya. Markus, asisten pribadi suaminya, Alexander, baru saja meninggalkan ruangan setelah memberi tahu Clara tentang keberhasilannya."Markus, terima kasih banyak. Kamu benar-benar hebat," kata Clara dengan penuh syukur."Senang bisa membantu, Bu Clara," jawab Markus sambil tersenyum sebelum menunduk hormat dan beranjak pergi.Tak lama kemudian, Alexander masuk ke ruang tamu. Dia melihat senyum lebar di wajah istrinya dan merasa ada sesuatu yang berbeda."Ada apa, Clara? Kamu terlihat sangat bahagia," tanya Alexander dengan nada penasaran.Clara menatap suaminya dan tersenyum lebih lebar lagi. "Aku baru saja mendengar kabar baik dari Markus. Dia berhasil menjauhkan Mia dari kamu."Alexander tersenyum tipis, menahan tawa yang ingin pecah. "Oh, jadi itu alasannya? Kamu begitu cemburu pada Mia, ya?"Clara meletakkan cangkir tehnya di atas meja dan menatap Alexander dengan

  • Gairah Sang CEO   Bab 91. Keinginan Clara

    Clara duduk di ruang tamu, menggigit bibirnya sambil memandang kalender di dinding. Kandungannya sudah memasuki bulan ketujuh, dan dia merasakan gelombang kecemasan setiap kali memikirkan suaminya, Alexander, di kantor. Terutama sejak Mia, rekan kerja yang licik, semakin gencar menggoda Alexander. Sejak permintaannya menjadi sekretaris pribadi suaminya lima bulan yang lalu ditolak, Clara merasa semakin tertekan dengan situasi tersebut.“Tuan, aku harus bicara denganmu,” kata Clara saat Alexander masuk ke ruang tamu.Alexander menatap Clara dengan penuh perhatian, “Ada apa, Clara? Apa kamu baik-baik saja?”Clara menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Aku ingin kembali menjadi sekretarismu. Aku tahu kamu tidak setuju, tapi aku merasa ini penting.”Dalam benaknya terus terngiang pertemuan singkat antara Alexander dan Mia beberapa hari yang lalu di acara perusahaan. Mereka terlihat begitu akrab dan mesra sehingga membuat hati Clara berbunga-bunga melihatnya. Namun rasa bahagia itu l

  • Gairah Sang CEO   Bab 90. Kecurigaan Clara

    Clara duduk di ruang tamu, mengamati suaminya, Alexander, yang sedang membaca laporan keuangan di sofa seberang. Perasaan tidak nyaman menggelayuti hatinya sejak beberapa minggu terakhir. Mia, rekan bisnis perusahaan Alexander, tampak terlalu bersemangat dalam mendekati suaminya.Clara merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan sikap Mia tersebut. Ia pun memutuskan untuk menanyakan langsung kepada suaminya tentang bagaimana hubungan kerja mereka dengan Mia."Tuan, bagaimana rekan bisnis barumu? Mia, kan namanya?" tanya Clara pelan.Alexander menatap Clara sejenak sebelum menjawab dengan tenang, "Ya, Mia. Dia cukup efisien dan profesional dalam bekerja."Namun Clara tetap merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya. Ia mencoba untuk bertindak biasa saja meskipun hatinya tak bisa tenang."Tidak ada alasan khusus. Hanya penasaran saja," ucap Clara sambil mencoba tersenyum tipis."Kau jangan berpikir yang bukan-bukan, Clara. Kemarin aku dan dia hanya makan malam biasa untuk membahas proyek ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status