Frustasi dan terluka oleh pengkhianatan Pedro, Clara mencari pelarian di dalam Alkohol untuk pertama kalinya yang disajikan oleh bar hingga mabuk berat. Namun, apa yang dimulai sebagai pelarian berakhir dengan kekacauan saat dia terbangun di sebuah apartemen asing, terlibat one night stand dengan seorang pria yang wajahnya pun tak dikenalnya. Kenangan samar tentang malam sebelumnya membuat Clara semakin hancur ketika menyadari kini mahkotanya sudah direnggut oleh pria tersebut. Tak disangka, beberapa bulan kemudian, Clara dihadapkan pada sebuah fakta mengejutkan: pria itu adalah Alexander E-Manuel, CEO tempat Clara bekerja, yang sedang mencarinya untuk mempertanggung jawabkan semuanya. Clara terjebak dalam cengkeraman misterius Alexander yang mengubah segalanya dalam semalam. Sementara Clara berjuang memahami perubahan mendadak dalam hidupnya, Pedro bersumpah untuk merebut kembali hati Clara. Tetapi, apakah cinta yang terluka bisa dipulihkan, ataukah kehadiran misterius sang CEO telah membuka pintu bagi takdir yang tak terduga bagi Clara? Yuk simak selengkapnya di cerita ke duaku, Jebakan Sang CEO.
Lihat lebih banyakDi tengah perdebatan Clara dan Abigail, Polisi penyidik memanggil Abigail dan Rilla masuk ke dalam. Mereka berdua melakukan penyelidikan pada sidik jari mereka. Rupanya, hasil dari penyelidikan tersebut mengejutkan banyak pihak. Sidik jari yang ditemukan tidaklah milik Abigail atau Rilla seperti yang dituduhkan oleh Alexander. Hal ini membuat situasi semakin rumit karena misteri pembunuhan Tuan William belum terpecahkan.Setelah beberapa saat diam, tiba-tiba seorang detektif senior masuk ke ruangan tersebut dengan ekspresi serius di wajahnya."Dapat kabar dari laboratorium forensik bahwa ada DNA lain yang ditemukan di tempat kejadian perkara," ujar detektif senior tersebut.Hal ini membuat Clara dan Alexander terkejut."Tapi siapa pemilik DNA tersebut?" tanya Alexander penasaran.Detektif senior menggelengkan kepala sambil menjawab, "Belum diketahui secara pasti"Bagaimana bisa? Lalu anting ini?" tanya Clara bingung, begitu juga dengan Alexander.Abigail dan Rilla tertawa lega, mereka
Selma merasa semakin kesal dengan sikap Alexander yang tampaknya tidak lagi memperhatikan keberadaannya. Ia merasa diabaikan dan terpinggirkan oleh anaknya sendiri. Dengan langkah berat, Selma akhirnya meninggalkan Penthouse Alexander sambil menahan emosi yang meluap-luap di dalam dirinya.Saat berjalan keluar dari gedung tersebut, pikiran Selma dipenuhi dengan rasa frustasi dan amarah. Ia tak habis pikir bagaimana seorang wanita murahan bisa membuat putranya begitu cuek padanya. Raut wajah Selma pun semakin gelap ketika ia membayangkan betapa rendahnya tingkat moralitas wanita itu."Dia pasti akan mendapat balasannya suatu hari nanti," desis Selma pelan sambil menoleh sekali lagi ke arah Penthouse tempat tinggal Alexander. Matanya bersinar penuh tekad untuk menghadapi si wanita murahan itu tanpa ampun.Dalam hati, Selma bertekad untuk memberikan pelajaran kepada siapa pun yang telah mencoba merusak hubungan antara dirinya dan sang anak. Ia tak akan tinggal diam melihat orang lain men
Clara mengamati anting tersebut, dia mencoba mengingat siapa pemiliknya karena dia sangat familiar dengan anting itu. Anting dengan permata hijau."Bukankah ini anting Mama, yang dulu diambil oleh..." Clara terdiam sejenak, ingatan akan masa lalu mulai memenuhi pikirannya. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres dan perlu segera diungkap.Clara kini mengerti, jika Abigail pernah datang ke apartemen milik Ayahnya. Tanpa ragu lagi, Clara segera bergegas meninggalkan apartemen ayahnya dan menghubungi Alexander untuk memberitahunya bahwa saat ini dia akan pergi ke rumah lamanya.Setelah beberapa percakapan singkat dengan Alexander, mereka sepakat untuk bertemu di rumah lama Clara. Saat itu tiba, jantung Clara berdetak kencang ketika melihat rumah megah keluarganya terbengkalai begitu saja. Banyak rumput liar yang tumbuh di sana menambah kesan suram pada pemandangan yang disaksikan oleh Clara.Perlahan Clara membuka pagar rumah tersebut dan langkah kakinya semakin berat ketika ia melangkah
Clara menatap makam ayahnya dengan mata berkaca-kaca, Alexander yang berdiri di sampingnya mencoba menenangkannya dengan pelukan hangat. Mereka berdua terdiam sejenak, meratapi kepergian yang mendadak."Kita akan melaluinya bersama-sama, Clara," bisik Alexander sambil memeluk erat Clara.Clara hanya mengangguk lemah, air matanya masih mengalir deras. Namun, di balik kesedihan yang mendalam, ada keinginan yang berkobar dalam dirinya untuk mengetahui kebenaran.Sementara itu, Alexander merasa perlu untuk bertindak. Dia membiarkan Clara melepaskan kesedihannya sejenak di makam Papanya. Alexander sendiri melangkah perlahan menjauh dari pemakaman saat dirinya mendapat panggilan, wajahnyabtelrihat serius saat menerima panggilan tersebut. Dia tahu bahwa untuk membuktikan apa yang dicurigainya, dia harus menyelidiki dengan hati-hati.Langit senja mulai memerah ketika Clara dan Alexander meninggalkan pemakaman tersebut. Mereka berjalan berdampingan menuju mobil hitam milik keluarga mereka. Sua
"Bi Lea? Ada apa malam-malam datang ke sini? Apakah ada sesuatu yang terjadi pada Papa?" tanya Clara terkejut dengan kedatangan assisten rumah tangga ayahnya."Bi Lea, ayo masuk dulu. Kita bicara di dalam," pinta Alexander mencoba untuk tetap tenang."Nyonya Clara, Tuan William..." ucap Bi Lea dengan wajah serius."Papa? Ada apa?" Clara sangat panik, matanya mencari-cari jawaban dari ekspresi wajah Bi Lea."Clara, tenangkan dirimu. Ada apa dengan Tuan William, Bi Lea?" Alexander merangkul tubuh Clara untuk membuatnya sedikit lebih tenang. Ekspresi cemas terpancar jelas dari raut wajahnya."Tadi ketika saya akan pulang ada tamu, dan sedikit terjadi pertengkaran," jelas Bi Lea sambil menundukkan kepala. Namun Clara tidak sabar untuk segera melihat kondisi ayahnya yang mungkin dalam bahaya."Tuan, ayo kita pergi ke apartemen Papa. Papa..." rengek Clara memohon kepada Alexander sambil meneteskan air mata kekhawatiran."Nyonya, maafkan saya. Saya sengaja datang ke sini karena saya khawatir
Alexander melangkah keluar dari pintu gudang tua yang rapuh, meninggalkan Markus yang berdiri tegak di sana. Wajah Markus penuh dengan ekspresi tegas saat ia memerintahkan tiga orang besar dan kuat untuk menurunkan tubuh Pedro yang lemas dari gantungan itu, darah mengalir deras dari lukanya."Bawa pergi dia ke tempat sejauh mungkin," ucap Markus dengan suara rendah namun penuh otoritas, "sehingga sulit baginya untuk kembali ke kota ini lagi!"Ketiga orang tersebut hanya mengangguk sebagai jawaban atas perintah sang bos. Mereka segera merapatkan barisan dan dengan sigap mengangkat tubuh Pedro yang tak berdaya itu. Langkah mereka mantap menuju mobil Jeep hitam yang terparkir tidak jauh dari gudang tua tempat insiden mengerikan itu terjadi.Sementara itu, Alexander melangkah menjauhi gudang tersebut tanpa sepatah kata pun. Ekspresi wajahnya serius dan pikirannya tampak tenggelam dalam ketakutannya terlambat dan mengingkari janjinya kepada Clara. Ia tahu bahwa hal ini sangatlah tidak coco
Clara menunggu Alexander dengan gelisah di dalam Penthouse. Sudah satu jam, suaminya itu masih di luar. Pikirannya melayang-layang, mencoba menebak apa yang sedang dilakukan oleh Alexander di luar sana."Apa sih, yang dia lakukan di luar?" gumam Clara pelan sambil berdiri dari tempat duduknya. Hatinya mulai resah dan kegelisahan semakin menghampiri dirinya.Namun, sebelum dia sempat membuka pintu menuju keluar, tiba-tiba saja pintu tersebut terbuka dengan sendirinya. Clara terkejut melihat Alexander sudah berada di depannya."Apa yang kau lakukan?" tanya Alexander heran saat melihat ekspresi wajah Clara yang penuh kekhawatiran."A-Aku... Kau terlalu lama di luar," ucap Clara canggung mencoba menjelaskan perasaannya pada suaminya.Namun, kata-kata Clara terputus begitu saja karena takut akan reaksi marah dari Alexander jika ia menyampaikan isi hati yang sebenarnya: rasa takut bahwa Alexander akan meninggalkannya lagi seperti sebelumnya. Keinginan untuk mempertahankan hubungan mereka me
"Pedro, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Clara terlihat ketakutan mengingat saat terakhir dia bertemu dengan Pedro yang hampir saja memperkosanya. Dia berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Pedro yang kekar."Tenang, Clara. Jangan ketakutan seperti itu, aku tidak akan menyakitimu," jawab Pedro mempertahankan cengkramannya dengan senyumnya yang licik. Meskipun Pedro berusaha menenangkan Clara, tatapan matanya tetap menusuk dan membuat hati Clara berdegup kencang.Pedro kemudian menarik Clara menjauhi lift dan akan mengajaknya keluar dari gedung apartemen tersebut. Langkah kakinya mantap dan kuat, seakan tak ada kekuatan yang bisa melawan dirinya."Pedro, lepaskan aku. Kau akan membawaku kemana?" desis Clara dengan suara gemetar. Namun Pedro hanya tersenyum semakin lebar tanpa memberikan jawaban apapun kepada pertanyaan Clara.Clara merasa semakin tertekan oleh situasi ini. Dia mencoba untuk tetap tenang meski dalam hatinya sudah dipenuhi rasa takut dan cemas. Saat me
"Maaf, aku hanya takut jika aku hanyalah wanita yang hanya kau butuhkan dan akan kau tinggalkan jika kau..." ucap Clara pelan sambil menatap tajam mata Alexander. Namun sebelum ia melanjutkan ucapannya, Alexander dengan cepat menyentuh bibir mungil Clara untuk menghentikan kata-katanya.Saat-saat seperti ini sering terjadi dalam hubungan mereka. Clara selalu merasa cemas dan khawatir bahwa dirinya tidak akan pernah cukup untuk Alexander. Ia takut bahwa suaminya akan bosan dengannya dan akhirnya meninggalkannya begitu saja.Namun kali ini, Alexander memutuskan untuk menghadapi ketakutan Clara dengan tegas. "Apakah kau tidak percaya padaku? Sudah berapa kali aku harus membuktikan cintaku padamu?" ucap Alexander dengan penuh keyakinan.Clara tersenyum hangat mendengar kata-kata suaminya. Matanya yang indah bersinar penuh harapan saat dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia harus belajar untuk percaya pada cinta sejati yang dimiliki oleh Alexander. Dia berjanji dalam hati bahwa dia tidak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.