แชร์

Pemenang Di Hatimu

ผู้เขียน: Nona Lee
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-16 20:24:32

"Kau tahu Mona? Akhirnya Ibu sadar, jika hanya aku satu-satunya orang yang bisa menangani perusahaan."

Mona berussha tersenyum bahagia. Mendengarkan setiap detail cerita yang lelaki itu utarakan. Sementara hatinya merasa resah memikirkan Andri. Karena pertemuan itu, dia jadi kena imbasnya.

Apa lelaki itu baik-baik saja? Apa dia akan menyalahlanku? batin Mona resah.

"Aku ikut senang mendengarnya, Raka. Semoga kau bisa bekerja lebih baik lagi. Jangan kecewakan Ibumu."

Raka tertawa kecil, berjalan mendekat ke arah sang istri. Lengannya mencengkram halus dagu wanita itu, "Kau lihat, kan? Jika aku memang tidak akan mudah di kalahkan."

Mona hanya tersenyum, tanpa mampu berkata apapun. Yang ada di pikirannya hanya satu, Andri.

Raka duduk di kursi ruang kerja dengan senyum tipis yang tak bisa dia sembunyikan. Hatinya terasa hanga. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia kembali mengenakan jas rapi dan menerima tatapan penuh hormat dari para karyawan.

Semua berawal dari rapat darurat
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Gairah Saudara Ipar   Perubahan Tubuh Mona

    Pagi itu aroma tumisan bawang memenuhi dapur. Mona berdiri di depan kompor, wajahnya pucat, tangannya gemetar memegang spatula. Setiap kali aroma bumbu masuk ke hidungnya, gelombang mual menyeruak ke tenggorokan. Ia buru-buru menutup mulut dengan punggung tangan, menahan muntah.Bertahan, Mona… jangan sampai Raka tahu, batinnya panik.Tak lama kemudian, Raka keluar dari kamar dengan kemeja kerja rapi. Lelaki itu langsung duduk di meja makan, membuka koran seolah tak memperhatikan istrinya yang pucat."Cepat, Mona. Aku harus berangkat pagi ini," ujarnya ketus.Mona menaruh sepiring nasi goreng di hadapan suaminya, lalu ikut duduk. Namun baru satu suap masuk ke mulut, rasa enek menyerangnya. Dia meletakkan sendok pelan, pura-pura sibuk menuangkan teh hangat agar Raka tidak curiga."Kenapa kau tidak makan?" tanya Raka sambil mengunyah, nadanya lebih karena heran daripada peduli.Mona tersenyum tipis, menutupi kepanikan. "Aku masih kenyang, Kak. Tadi sempat ngemil roti di dapur."Raka men

  • Gairah Saudara Ipar   Anak Siapa Ini?

    Hari-hari terasa berjalan lebih cepat dari biasanya.Mona menjalani rutinitas yang tampak biasa bagi orang lain, tapi penuh rahasia bagi dirinya.Setiap kali Raka pulang dengan semangat, dia selalu menyeret istrinya ke ranjang. Nafsu dan ambisinya bercampur jadi satu, yang dia inginkan hanyalah keturunan untuk memperkuat posisinya di perusahaan. Mona hanya bisa menerima, menutup matanya, membiarkan tubuhnya disentuh, namun hatinya tidak pernah hadir.Di sisi lain, setiap kali ada kesempatan, Andri akan datang. Kadang ke rumah, kadang mereka bertemu diam-diam di sebuah hotel di pinggir kota. Di sana, Mona merasakan kehangatan berbeda. Bukan sekadar nafsu, melainkan obsesi yang manis sekaligus menakutkan.Program yang mereka jalani membuat Mona semakin bingung. Dokter menyarankan pola makan, vitamin, hingga jadwal bercinta yang teratur. Namun siapa yang menjalankannya? Mona dengan Raka? Atau Mona dengan Andri?Tak ada seorang pun yang tahu, hanya Mona yang menanggung kebingungan itu sen

  • Gairah Saudara Ipar   Antusias Raka

    Hari-hari terasa begitu cepat berlalu bagi Mona. Tak terasa sudah masuk ke hari yang dijanjikan. Hari ketika dia dan Raka harus menemui dokter kandungan, sesuai permintaan Kania. Pagi itu Mona bangun dengan hati berat. Dia berusaha menyiapkan sarapan seperti biasa, meski tangannya sedikit bergetar.Raka, berbeda jauh. Lelaki itu terlihat penuh energi, bahkan lebih rapi dari biasanya. Dasi hitamnya terikat sempurna, wajahnya segar. Senyuman puas tak pernah lepas dari bibirnya. Mona bisa merasakan antusiasme yang memancar dari suaminya. Namun, bukan antusiasme seorang calon ayah yang menantikan buah hati, melainkan ambisi seorang lelaki yang ingin memperkokoh posisinya."Ayo, kita berangkat sekarang. Jangan sampai telat. Ibu sudah menelpon, dia menanyakan kabar," ucap Raka sambil menepuk bahu Mona dengan nada berwibawa.Di dalam mobil, perjalanan menuju klinik itu terasa panjang bagi Mona. Dia menatap keluar jendela, menahan napas yang terasa berat. Jika aku benar-benar hamil dari Andri

  • Gairah Saudara Ipar   Perebutan Posisi

    Andri duduk di dalam mobilnya beberapa menit setelah meninggalkan rumah Mona. Kedua tangannya masih mencengkeram erat setir, seakan enggan benar-benar melepaskan kehangatan yang tadi dia dapatkan. Hatinya berkecamuk, antara ingin kembali masuk dan terus bersama Mona, atau menuntaskan kewajiban pekerjaannya. Namun suara notifikasi di ponselnya memaksanya kembali ke realita. Ada rapat mendadak yang harus dia hadiri. Dengan helaan panjang, Andri menyalakan mesin mobil dan melaju ke kantor pusat Wijaya Group. Di gedung megah itu, suasana kantor sedang sibuk seperti biasa. Staf lalu-lalang, beberapa karyawan membungkuk hormat ketika melihat sosok sang manajer muda lewat. Andri tetap berjalan dengan tatapan tajam, langkah cepat, walau dalam hatinya masih terbayang-bayang wajah Mona. Tak lama, dia berpapasan dengan Raka di lorong menuju ruang rapat. Sang kakak tampak percaya diri dengan stelan jas rapi, meski belum sepenuhnya menguasai posisinya kembali."Lho, Andri?" sapa Raka sambil men

  • Gairah Saudara Ipar   Gairah Tak Tertahan

    Langkah kaki Mona mondar-mandir di ruang tamu. Tirai jendela beberapa kali dia singkap untuk memastikan keadaan luar. Jalanan sepi, hanya suara kendaraan sesekali melintas. Degup jantungnya semakin keras ketika lampu depan sebuah mobil berhenti di halaman.Mobil itu tidak lain milik Andri.Pintu terbuka, sosok lelaki itu keluar dengan kemeja masih sedikit kusut karena tergesa. Rambutnya berantakan, wajahnya serius, matanya tajam menatap rumah itu seakan tak sabar menembus dinding pemisah. Mona buru-buru membuka pintu sebelum Andri sempat mengetuk."Mona..." suara berat itu terdengar, namun belum sempat kata lain terucap, tubuh wanita itu langsung disambar dalam pelukan.Andri menutup pintu dengan kakinya, membekap bibir Mona dengan cumbuan panas. Nafas mereka bertubrukan, kasar, liar, seperti menahan dahaga terlalu lama."Aku hampir gila membayangkanmu," desis Andri di sela kecupan. Tangannya menekan pinggang Mona, menariknya rapat hingga tubuh mereka benar-benar saling menempel. "Har

  • Gairah Saudara Ipar   Apa Kau Berbohong?

    Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai kamar. Raka terbangun lebih dulu, matanya langsung tertuju pada Mona yang masih meringkuk di sisi ranjang. Lelaki itu duduk, menatap lama wajah istrinya, lalu menurunkan pandangannya ke arah selimut yang menutupi pinggang wanita itu. Ada rasa curiga yang kembali menggelayut di hatinya. Benarkah Mona sedang datang bulan? pikirnya. Atau hanya alasan supaya dia terhindar dariku? Mona menggeliat kecil, membuka mata dengan senyum yang dipaksakan. "Kau sudah bangun? Sarapannya sudah aku siapkan di meja." Dia berusaha terdengar wajar, padahal tubuhnya tegang. Raka memperhatikan gerak-gerik istrinya. Tidak ada tanda sakit perut atau wajah pucat seperti biasanya ketika Mona benar-benar datang bulan. Namun wanita itu pandai bersandiwara. Mona bahkan menempelkan handuk kecil di pinggangnya, seolah sedang menahan kram perut."ku rasa… kau baik-baik saja. Tidak terlihat sakit," ucap Raka tiba-tiba, nada suaranya penuh kecurigaan. Mona buru-buru menundu

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status