Share

Bab 5. Diabaikan

Author: ZeeHyung
last update Last Updated: 2025-08-04 18:38:51

"Sebenarnya tidak terlalu penting juga Tuan. Saya hanya mau mengatakan akan ada pertemuan klien kita dari Prancis. Mereka mengundang kita untuk datang nanti malam ke hotel Kencana yang ada di Jalan Pattimura. Apakah Anda mau ikut menghadiri pertemuan itu ?" tanya Malik dengan hati-hati.

"Baik, aku akan pergi siapkan semuanya dan oh ya katakan kepada pihak penerbangan untuk tidak menghubungi Rossa. Mereka harus menghubungiku dulu karena aku walinya sekarang dan aku tidak ingin Rossa pergi ke bandara tanpa izin dariku. Kamu mengerti Malik?" tanya Darren yang meminta kepada Malik untuk tidak mengizinkan pihak bandara menghubungi Rossa.

Dia mempunyai alasan tersendiri kenapa Rossa tidak boleh diberitahukan tentang peristiwa kecelakaan pesawat terbang yang membuat kedua orang tuanya Rossa meninggal.

"Tapi, Tuan. Maaf Nona Rossa salah satu anggota keluarganya. Menurut saya tidak etis kalau kita tidak memberitahukan kepada Nona Rossa. Saya yakin kalau Nona Rossa pasti dibutuhkan untuk sampel DNA jika pihak tim SAR menemukan potongan mayat atau yang lainnya," ucap Malik membuat Darren memandang tajam ke arah Malik.

"Siapa yang akan menemukan tulang belulang mereka jika sudah masuk ke dalam laut. Jadi, tidak mungkin bisa ditemukan lagi. Sudahlah, lakukan saja perintahku. Sekarang ini, aku walinya jadi aku yang berhak mengatur apa yang baik untuk dia. Apa kamu mengerti, Malik!" tegas Darren yang dijawab Malik dengan menganggukkan kepala.

"Oh, ya Tuan. Satu lagi apakah Nona Rossa ikut kita nanti malam untuk pertemuan dengan klien Anda itu?" tanya Malik lagi.

"Tidak. Dia tidak perlu ikut pertemuan apapun. Sekarang kamu mengerti dan jangan bertanya lagi." Darren segera meninggalkan Malik dan masuk ke dalam kamar.

Pintu kamar ditutup dengan cukup keras hingga Malik terkejut mendengar suara pintu yang dibanting dengan cukup kuat.

"Astaga, Tuan Darren ini aneh sekali, sudah mendapatkan istri yang cantik dan baik masih saja sikapnya tidak berubah. Kalau tidak mau bisa bantah atau menolak ini ngga tetap aja setuju nggak tahu alasannya apa. Kalau alasannya hanya menyenangkan hati Nyonya Pingkan itu salah karena ada yang jadi korban. Yaitu nona Rossa," gumam Malik yang segera pergi untuk menyiapkan keperluan dari Darren untuk bertemu dengan kliennya nanti malam.

Sedangkan Rossa dalam tidurnya masih menangis. Dia memeluk kedua kakinya. Tubuhnya menggigil kedinginan. Rossa mengingau dalam tidurnya.

"Mama, Papa kenapa Tuhan begitu kejam kepadaku. Dia membuat aku yatim piatu dalam satu hari. Aku tidak punya siapapun di dunia ini selain kalian. Aku tidak tahu bagaimana nanti kehidupanku. Aku benar-benar sangat membencimu Tuhan. Aku membencimu," gumam Rossa yang gelisah.

Rossa tidak menginginkan takdir yang dia terima. Jika mungkin dia tahu akan terjadi seperti ini maka dia akan mencegahnya. Tapi, itulah namanya rahasia dari Tuhan. Tidak ada yang tahu dan pesan terakhir kedua orang tuanya membuat Rossa semakin menangis histeris.

Cukup lama Rossa tertidur. Menjelang malam Darren yang sudah siap untuk pergi ke pertemuan melihat pintu kamar Rossa yang masih tertutup. Pelayan wanita melewati Darren dan dia menundukkan kepala memberikan hormat kepada majikannya.

"Nanti kamu berikan dia makan. Aku tidak ingin disalahkan jika dia sakit atau mati." Ucapan dari Darren membuat pelayan wanita tersebut terkejut karena sebagai suami tidak pantas berkata seperti itu di saat sang istri berduka.

Tapi, pelayan wanita tersebut tidak bisa protes dia hanya mengganggukan kepala mengiyakan apa yang dikatakan Darren.

Darreb segera turun meninggalkan pelayan yang masih menundukkan kepala. Setelah pergi, barulah pelayan mengangkat kepala dan geleng-geleng 'kan kepalanya.

"Benar-benar kejam. Dulu Tuan Darren tidak pernah seperti ini dengan Nona Rissa tapi sekarang Tuan Darren memperlakukan adik dari Nona Rissa dengan cukup kejam. Semoga Nona Rossa kuat dan bertahan," ucap pelayan wanita tersebut yang segera turun untuk mengambil makanan.

Si pelayan sebenarnya ingin masuk ke kamar Rossa karena permintaan dari Nyonya Pingkan. Tapi, saat di lantai atas dia bertemu dengan Darren dan majikannya itu malah mengatakan hal itu.

"Mayang, ini makanan untuk Nona Rossa berikan langsung kepada Nona Rossa dan ingat jangan lama-lama di kamar Nona Rossa. Kamu tahu bagaimana sikap Tuan Darren 'kan? Jadi setelah berikan makanan ini segera turun mengerti. Dan oh ya tadi Nyonya Pingkan mengatakan jika Nona Rossa tidak mau makan kabari dia. Nyonya pulang sebentar nanti kembali lagi," ucap Pak Yan kepala pelayan yang memberikan nampan berisi makanan dan minuman untuk Rossa.

"Baik Pak Yan saya akan kasih makanan ini untuk Nona Rossa dulu. Tapi, Pak Yan saya kasihan dengan Nona Rossa dia sepertinya kurang beruntung menikah dengan Tuan Darren tidak seperti kakak kandungnya yang selalu dilimpahkan kasih sayang dan cinta tapi nona Rossa malah tidak mendapatkannya," ujar Mayang yang membuat Pak Yan melotot dan menatap tajam ke arah Mayang.

"Siapa yang memintamu untuk protes seperti itu. Sudah sana pergi. Jika tidak ingin dipecat lakukan kerjamu dan tutup mulutmu mengerti," tegas Pak Yan yang dianggukan oleh Mayang.

Mayang naik ke lantai atas, dia akan memberikan makanan yang sudah disiapkan. Dengan hati-hati Mayang mengetuk pintu namun tidak juga di sambut oleh Rossa.

Karena panik Mayang perlahan membuka pintu kamar Rossa. Saat pintu terbuka, terlihat kamar Rossa gelap. Walaupun gelap tapi masih ada cahaya dari luar karena gorden tidak ditutup. Mayang terkejut melihat majikannya tertidur di lantai dengan meringkuk.

Mayang langsung berlari ke arah majikannya. Dan meletakkan nampan di meja dan segera mendekati majikan.

" Nona Rossa ... bangun Nona. Nona Rossa. Ya Tuhan apa yang terjadi dengan Anda Nona. Tolong ... tolong," teriak Mayang dengan cukup kencang.

Pak Yan yang berada di lantai dua mendengar suara teriakan Mayang dan langsung berlari ke arah kamar Rossa. Dia ingin tahu apa yang terjadi dengan istri majikannya. Semua pelayan yang berada di lantai yang sama bergegas ke kamar dan mereka terkejut melihat istri majikan mereka yang baru tidak sadarkan diri.

"Kenapa?" tanya Pak Yan.

"Nggak tahu, ayo cepat bawa ke rumah sakit," jawab Mayang sambil menangis.

Tanpa menunggu lama dan berpikir panjang, mereka membawa Rossa ke rumah sakit untuk diobati. Mayang ikut dengan sopir dan Pak Yan untuk membawa Rossa ke rumah sakit.

Jarak tempuh 15 menit dan mereka pun sampai di rumah sakit dengan selamat. Pak Yan segera turun dari mobil dan berteriak memanggil suster dan dokter untuk membawa istri majikannya.

"Suster .... suster. Tolong bantu saya. Istri majikan saya tidak sadarkan diri. Suster tolong," teriak Pak Yan dengan kencang.

Suster yang mendengar teriakan Pak Yan, suster segera mendorong bankar ke arah mobil. Perlahan mereka meletakkan Rossa di atas ranjang. Mayang menangis melihat majikannya itu. Terlihat majikannya sangat rapuh dan badannya juga sangat panas. Mereka mengikuti suster dari belakang yang masuk ke ruang IGD.

"Kalian tunggu di sini. Kami akan periksa dulu dan siapa yang bertanggung jawab terhadap pasien ini?" tanya suster kepada Pak Yan dan Mayang.

"Saya. Saya yang bertanggung jawab terhadap pasien ini. Tolong obati dulu istri majikan saya nanti saya akan kabari suaminya untuk datang ke sini," ucap Pak Yan yang mengatakan kalau dia yang bertanggung jawab dan akan menghubungi suami Rossa yaitu Darren.

Suster menganggukkan kepala dan segera masuk ke dalam ruang IGD. Mayang duduk sambil terus menangis. Pak Yan menghubungi Darren namun tidak digubris oleh Darren malah panggilan telepon dinonaktifkan oleh Darren.

Akhirnya Pak Yan menghubungi kedua orang tua dari Darren untuk datang ke rumah sakit.

"Halo Nyonya. Syukurlah Anda menjawab telpon saya. Maaf mengganggu, Nona Rossa masuk rumah sakit Harapan Bunda, saya harap Nyonya dan Tuan bisa datang ke rumah sakit segera," ucap Pak Yan memberitahukan kepada Nyonya Pingkan kalau Rossa masuk rumah sakit.

Kabar dari Pak Yan tentu saja membuat Nyonya Pingkan terkejut. "baik-baik, saya akan ke sana dengan suami saya. Tolong jaga menantu saya, ya," ucap Nyonya Pingkan yang segera mengakhiri panggilan telepon.

"Pa, Pak Yan kasih tahu kalau Rossa masuk rumah sakit. Ayo kita ke sana. Mama takut Rossa kenapa-napa. Jangan lupa kabari Darren," ujar Nyonya Pingkan.

"Baik, ayo kita ke sana," jawab Tuan Tommy.

Di rumah sakit, Pak Yan duduk di depan IGD menunggu majikannya datang. Pak Yan terus menghubungi Darren namun tetap saja tidak bisa. Akhirnya Pak Yan mencoba menghubungi Malik dia ingin Malik menyampaikan kepada asisten majikannya itu kalau Rossa istri majikan mereka masuk rumah sakit.

Malik yang mendapatkan telepon segera menjawab panggilan telepon dari Pak Yan. "Iya Pak Yan. Ada apa?" tanya Malik.

"Nona Rossa masuk rumah sakit. Kabari Tuan ya. Kami di rumah sakit Harapan Bunda. Jangan lupa Tuan," jawab Pak Yan.

Kabar dari Pak Yan tentu saja membuat Malik terkejut mendengarnya. "Baik saya akan sampaikan dengan Tuan. Tolong jaga Nona Rossa sampai kami datang," ucap Malik yang mengakhiri panggilan telepon.

Malik mendekati Darren yang sedang berbincang. "Permisi Tuan. Saya ingin menyampaikan sesuatu penting," ucap Malik membuat wajah Darren tiba-tiba berubah.

"Ada apa ? Apa yang membuatmu ingin bicara denganku. Katakan saja," ucap Darren dengan suara yang datar. "Anda yakin di sini?" tanya Malik melirik rekan kerja Darren.

Darren menghela napas dan akhirnya menjauh sebelum itu dia permisi dengan kliennya. "Ada apa?" tanya Darren.

"Nona Rossa masuk rumah sakit Harapan Bunda dan sekarang dia dijaga oleh Pak Yan. Anda harus ke sana untuk menemui Nona Rossa. Apakah Anda mau ke sana?" tanya Malik menatap ke arah Darren.

Malik masih menunggu jawaban dari Darren, dia yakin kalau tuannya ini pasti akan pergi. "untuk apa saya datang ke sana?" tanya Darren yang membuat Malik terkejut mendengar jawaban dari tuannya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 87. Bagaimana Kalau Jebak Dia

    Monica menggelengkan kepalanya dia takut dengan Darren benar-benar takut dan entah kenapa dirinya merasa kalau Darren sangat berbeda dengan Darren yang dia kenal. "Ak--aku tidak melakukan itu. Sumpah, dia berbohong padaku. Aku jujur padamu kalau aku tidak melakukan itu. Jangan percaya dia, aku tidak seperti yang dia katakan," jawab Monica ke Darren. Darren menatap Monica dia semakin kesal dengan Monica bagaimana bisa Monica berkata seperti ini. Sedangkan saksi sudah jelas mengatakan kalau dia pelakunya dan dia yang sudah membuat istrinya meninggal tapi kenapa Monica masih berkata seperti ini. Apa salah istrinya dan anaknya. "Aku katakan padamu Monica kamu terus berbohong maka kamu akan dapat hukuman yang berat. Kamu tahu dia kebahagiaan aku. Dia segalanya untukku. Kenapa kamu lakukan itu. Kenapa? Apa yang kamu lakukan padaku itu kejam Monica. Kalau kamu tidak suka pada dia lampiaskan padaku. Istriku tidak bersalah, dia permata cinta aku setelah kamu tinggalkan aku menerimanya, tapi

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 86. Bukan Aku Pembunuhnya

    "Kamu tidak percaya denganku, Darren? Aku tidak pernah melakukan apapun. Kenapa kalian kaitkan aku dengan Rassi. Bukannya dia sudah meninggal dan dia meninggal juga karena pendarahan pasca lahiran bukan? Tapi, kenapa kalian kalian malah memintaku untuk mengaku. Memangnya, apa salahku kepada Rassi. Kalian pikir aku yang membunuhnya ?" tanya Monica yang ngotot kalau dia tidak ada kaitannya dengan kematian Rassi. Darren yang geram langsung memukul Monica dengan cukup kencang. Dia melampiaskan kepada Monica karena apa yang sudah Monica lakukan kepada istrinya dan juga anaknya sangat keterlaluan. Monica yang dipukul oleh Darren menjerit histeris dia berusaha untuk melepaskan dirinya dari Darren. Namun, tidak bisa Darren terus memukul Monica. "Tutup matanya dan mulutnya." Darren memerintahkan anak buahnya menutup mata dan mulut Airin. Anak buah Darren melakukan apa yang Darren perintahkan. Perjalanan menuju ketempat yang mereka tuju memakan waktu lumayan lama. Dan mereka akhirnya sampai

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 85. Monica Tertangkap

    Monica tidak bisa berbuat apa-apa sekarang dirinya harus menyediakan uang yang diminta. Dan itu jumlahnya tidak sedikit. 5 miliar dan itu harus cash dia ambil. "Aku harus ke bank karena jika terlambat sedikit suster sialan itu akan membongkar semuanya. Aku akan habisi dia," ucap Monica yang keluar dari toko menuju bank. Terlebih dahulu dia menghubungi pihak bank dengan menanyakan apakah ada. Walaupun sedikit berdebat tapi Monica akhirnya bisa dan pihak bank menyiapkan uang. Alasan Monica untuk gaji karyawan dan sebagainya. "Darren, dia licik juga ya. Bisa-bisanya dia ingin menghabisi suster itu. Apa dia tidak takut kalau ketahuan?" tanya Chiko geleng kepala dengan tingkah Monica. "Kalau dia takut mana mungkin dia bunuh istriku. Dan juga anakku yang tidak bersalah dan bodohnya aku mengiyakan saja. Tanpa selidiki dulu," jawab Darren yang merasa bersalah karena dia tidak selidik kematian istrinya. Chiko menepuk pundak Darren dengan pelan dia tahu sahabatnya ini pasti sedih memikirka

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 84. Menjebak Monica

    Sejak kejadian tersebut Cici mulai terlihat menjauh dari Chiko begitu juga dengan Rossa dan Darren dia tidak pernah terlihat sama sekali di depan mereka dan itu membuat Rossa khawatir dengan sepupunya biasanya Cici selalu ada di sekitarnya tapi kini tidak ada. "Sayang, kamu kenapa? Apa yang kamu cari?" tanya Darren kepada Rossa yang melihat Rossa kepalanya ke kiri dan ke kanan. "Aku mencari sepupu Cici. Tapi, sejak masuk kerja dia tidak terlihat sama sekali. Aku tidak tahu kenapa dia tidak ada apakah dia berhenti bekerja. Padahal waktu itu dia datang ke rumah dan dia ingin menginap di rumah tapi aku melarangnya," jawab Rossa yang masih celingak celinguk mencari keberadaan Cici. "Kenapa kamu melarangnya bukankah menginap satu atau dua hari tidak masalah. Kamu ada teman dan kalian para wanita bisa pergi bersama atau apa gitu," ucap Darren yang merasa aneh dengan Rossa kenapa tidak izinkan Cici menginap di rumahnya.Rossa tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Darren dia memilih diam.

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 83. Ayo Kita Menikah

    Mobil Chiko sampai di kos kosan Cici. Tidak ada yang bicara keduanya sepanjang jalan hanya diam. Cici membuka sabuk pengaman dan menoleh ke arah Chiko yang juga memandang dirinya. "Ci, bisa nanti malam aku datang ke sini? Aku mau ajak kamu pergi. Itupun kalau tidak keberatan," ungkap Chiko memberanikan diri untuk mengajak Cici. Terlepas Cici mau atau tidak itu urusan nanti. Yang penting ajak saja dulu. Sisanya belakangan pikir Chiko. "Mau kemana?" tanya Cici dengan sedikit malu-malu. "Kemana saja. Kalau bisa ke KUA juga boleh," sahut Chiko yang diakhir kata sedikit pelan hingga Cici melotot. Dia samar-samar mendengar kata KUA. "Anda katakan apa? KUA?" tanya Cici ingin memastikan apakah yang dia dengar itu benar atau tidak. "Ah, kamu salah dengar itu. Mana ada aku katakan itu. Mau atau tidak?" tanya Chiko lagi yang memaksa Cici untuk ikut dengan dirinya. Mendengar kata aku Cici makin merasa ada yang aneh dengan bosnya ini. Cici menggelengkan kepala dia tidak boleh tergoda. Dia h

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 82. Ada Apa Denganku

    "Iya, aku tahu agama tidak mungkin mengambil suami orang. Aku sangat bersyukur Caca mau menerima aku dan mau mencarikan aku pekerjaan jadi sudah sepantasnya aku tidak menusuknya dari belakang," ungkap Cici mengatakan kalau dia tidak seperti kacang lupa kulitnya yang menusuk orang yang sudah berbuat baik padanya. Mimi tersenyum mengejek ke arah Cici. Dia tahu betul kalau Cici itu berbohong dan dia tidak mungkin melakukan itu dan dia juga yakin kalau Cici pasti hanya asal bicara. Seperti pepatah, lain dimulut lain dihati. Itulah, Cici saat ini. "Mimi, sudah jangan ribut. Diamlah," pinta Rossa ke Mimi untuk tidak ribut karena dia tidak mau Cici makin membencinya dan dia yakin Cici pasti menuduhnya kalau dia lah yang salah. "Ca, kamu keberatan kalau aku tinggal di sini. Nanti kalau sudah kembali bekerja aku akan ke kos lagi. Di kosan aku kesepian. Tidak ada teman bercerita, bisa tidak?" tanya Cici ke Rossa. "Tidak. Kamu tidak boleh di sini. Aku saja tidak tinggal di sini. Kamu tidak t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status