Share

Bab 4. Kehilangan

Author: ZeeHyung
last update Last Updated: 2025-08-04 18:38:27

Nyonya Pingkan terdiam mendengar pertanyaan dari Rossa menantunya. Dia mau jawab apa? Nyonya Pingkan yakin kalau Rossa tidak tahu apa yang terjadi.

Darren masuk ke dalam rumah dan saat di dalam terlihat sudah ada di dalam orang tuanya dan Rossa berdiri tepat di depan ibunya. Rossa menoleh ke arah Darren. Dari sorot matanya, Rossa meminta penjelasan kepada dirinya untuk mengatakan apa yang Nyonya Pingkan katakan kepadanya.

Nyonya Pingkan berbalik dan menatap Darren. "Darren, kamu tidak mengatakannya kepada Rossa? Kenapa? Kamu tidak boleh seperti ini Darren, dia anaknya dan dia berhak tahu apa yang terjadi. Ato katakan," pinta Nyonya Pingkan kepada Darren.

"Benar yang dikatakan oleh ibumu, katakan apa yang terjadi dengan mereka. Kamu tidak boleh egois nak. Rossa anaknya dan dia berhak tahu kondisi dari keluarganya saat ini," ucap Tuan Tommy kepada Darren.

Mendengar kata keluarga, Rossa gemetar. Ada apa dengan keluarganya yang tidak lain ibu dan ayahnya. Rossa mendekati Darren untuk bertanya langsung dengan suaminya itu. Ada kejadian apa yang tidak ketahui.

Keduanya saling memandang satu sesama lain. Rossa dan Darren tidak bergerak sama sekali dengan tenang Rossa bertanya ada apa dengan keluarganya yang tidak lain ibu dan ayahnya.

"Ke-kenapa dengan keluargaku. Apa yang terjadi dengan mereka, Mas?" tanya Rossa dengan suara yang gemetar.

Jujur Rossa panik, dia mulai berpikiran yang negatif. Di dunia ini hanya ibu dan ayahnya saja yang dia miliki pada saat ini.

"Mereka mengalami kecelakaan. Keduanya meninggal. Pesawat yang ditumpangi oleh kedua orang tuamu meledak dan seluruh penumpang termasuk keduanya tidak bisa diselamatkan," jawab Darren yang membuat Rossa terpaku mendengar kabar dari Darren.

Bak disambar petir di siang bolong berita orang tuanya meninggal membuat Rossa tidak berdaya. Dia seperti bermimpi di siang bolong.

Darren memandang ke arah Rossa dengan lekat. Dia tahu Rossa terpukul dengan berita ini tapi dia bisa berbuat apa sudah takdir. Kecelakaan terjadi saat Rossa pergi untuk menemui kekasihnya. Dan saat itulah Darren mendapatkan kabar mertuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang.

"Tuan, pesawat mertua Anda mengalami kecelakaan dan seluruhnya masuk ke dalam laut. Tim evakuasi sudah bergerak mencari puing pesawat tapi kendala cuaca pencarian sedikit tertunda," ucap asisten Darren Malik memberitahukan kejadian tersebut.

Ya, setelah acara pernikahan Rossa keduanya pergi ke luar negeri untuk pekerjaan. Namun, naasnya pesawat yang ditumpangi oleh kedua orang tua Rossa meledak dan mengakibatkan seluruh penumpang pesawat tersebut meninggal dunia.

Rossa tertawa tiba-tiba dan dia bertepuk tangan dengan kencang dan juga menggelengkan kepala. Air mata yang tadinya ingin dihentikan kini mengalir terus tanpa henti.

"Mas, kamu pasti bercanda 'kan? Aku yakin kamu pasti bercanda. Mama dan papaku tidak pergi kemana-mana. Mereka ada di rumah. Mereka katakan kalau mereka akan pergi besok bukan hari ini. Kamu berbohong kepadaku. Sudah cukup kamu berbohong kepadaku dan mengendalikan aku. Kamu tidak berhak untuk mengendalikan aku lagi. Kamu bukan suamiku, jangan mencoba untuk bersikap seolah-olah kamu suamiku. Kamu memintaku untuk tidak mengakui kamu suamiku, jadi jangan katakan itu keduanya meninggal," teriak Rossa dengan cukup kencang hingga membuat Nyonya Pingkan dan Tuan Tommy terdiam dan terkejut mendengar perkataan Rossa.

Mereka tidak mengerti dengan apa yang Rossa katakan kepada Darren. Bagaimana bisa Rossa katakan Darren meminta Rossa tidak mengakui Darren suami? Ada apa ini, pikir mereka.

Keduanya lebih memilih diam dan mendengarkan bantahan dari Darren. Tapi, nyatanya Darren tidak membantahnya. Darren memandang ke arah asistennya. Dengan sigap, Malik menyalakan televisi. Dan terlihatlah berita kecelakaan pesawat dan pembawa berita memberitahukan kalau seluruh penumpang meninggal dunia dan menampilkan nama-nama penumpang.

Rossa yang melihatnya langsung mendekati televisi akan mencari nama ibunya ternyata nama kedua orang tuanya tertera di sana sebagai korban kecelakaan lebih tepatnya korban yang meninggal akibat kecelakaan pesawat tersebut.

"Mama/ Papa," gumam Rossa dengan suara dan tangan bergetar.

Dia tidak tahu harus berkata apa saat ini. Kenyataan menampar dirinya kalau dia yatim piatu mulai saat ini dan selamanya. Rossa menggelengkan kepala, dia tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Tadi keluarganya bahagia atas pernikahannya dan di hari yang sama dia mendapatkan kabar kalau ibunya dan ayahnya meninggal dunia.

"Hahaha, tidak. Itu tidak mungkin! Mereka tidak meninggal. Aku yakin mereka pasti tukar pesawat dengan penumpang lain. Aku yakin itu. Karena Papa sering melakukannya saat berpergian jauh. Aku yakin itu bukan mereka," teriak Rossa dengan cukup kencang.

Rossa meraung dan memukul televisi dengan kuat. Rossa menangis sejadinya bukan hanya itu saja Rossa juga memukul kepalanya yang mulai terasa sakit hingga dirinya tidak sanggup untuk membawa tubuhnya yang ringkih untuk berdiri dan berakhir pingsan.

Darren hanya menatap ke arah Rossa dengan tatapan yang datar. Tidak sedikitpun Darre menenangkan Rossa.

"Rossa, sabar nak," tangis nyonya Pingkan yang langsung mendekati Rossa dan memeluk menantunya itu.

Dia ikut sedih dengan apa yang terjadi. "Rossa anakku. Yang sabar nak. Sabar. Tuhan sudah berkehendak kamu tidak boleh menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi dengan orang tuamu. Orang tuamu sudah menepati janjinya dengan Tuhan. Mereka harus kembali ke pangkuannya, nak. Kamu harus kuat dan kamu harus doakan mereka. Hanya doa seorang anak yang bisa membuat kedua orang tuanya bahagia di alam sana," ucap Nyonya Pingkan.

Nyonya Pingkan ikut menangis merasakan kesedihan dari menantunya. Nyonya Rossa yang menangis dan memeluk Rossa melepaskan pelukannya dan memandang ke arah Darren yang berdiri di belakang dengan sangat arogan.

Nyonya Pingkan tidak menyangka kalau anaknya tidak mempunyai empati sama sekali, padahal mereka sudah menikah satu hari, baru hari tapi ketidakpekaan Darren membuktikan kalau perkataan Rossa benar. Darren tidak menganggap Rossa istri begitu sebaliknya.

"Keterlaluan kamu. Di saat seperti ini, kamu masih saja seperti ini. Mana empatimu, Darren. Mana?" tanya Nyonya Pingkan dengan suara keras. Tapi, Darren hanya diam membisu.

Dia juga baru menyadari ini sifat dari anaknya yang sesungguhnya dia pikir Darren pria yang baik dan berempati tapi nyatanya tidak. Nyonya Pingkan menatap tajam ke Darren dan dia sangat membenci anaknya itu.

Rossa terus menangis dalam pelukan Nyonya Pingkan. Dia sudah yatim piatu, keluarganya tidak ada sama sekali. Ya, sekarang ini dia seorang diri bagaimana dia akan bertahan dalam hidup siapa yang akan mendengarkan ceritanya dan siapa yang akan mendengarkan keluh kesahnya.

Selama ini hanya ibu, ayahnya dan Arya yang mendengarkan semuanya tapi kini ketiganya sudah tidak ada. Mereka sudah tidak lagi ada di bagian dari kehidupannya. Cukup lama Rossa menangis dalam peluk Nyonya Pingkan yang kembali memeluknya.

Perlahan pelukan tersebut mengendur dan Rossa bangun dengan tubuh yang lemah. Rossa melangkahkan kaki menuju kamarnya. Dia ingin menyendiri dia tidak ingin bertemu dengan siapapun untuk saat ini.

"Rossa, kamu mau kemana nak?" tanya Nyonya Pingkan yang melihat Rossa naik ke atas dan mencoba untuk mengikuti Rossa namun ditahan oleh suaminya.

"Ma, biarkan dia sendiri. Rossa saat ini ingin sendiri. Papa yakin Rossa anak yang kuat, dia bisa menghadapi semua ini dengan ikhlas. Jika memang tidak ada yang menginginkannya kita akan bawa dia dan kita jadikan dia anak kita. Kita tidak perlu mengharapkan siapapun untuk menjaganya," ucap Tuan Tommy yang membuat Darren terdiam mendengar perkataan dari ayahnya.

Tuan Tommy tahu kalau saat ini Darren mengabaikan menantunya itu dan dia akan memisahkan Rossa dan juga Darren.

Nyonya Pingkan langsung memeluk suaminya dia tidak tega melihat anak dari sahabatnya itu menderita seperti ini. Jika tahu dia tidak akan mau menjodohkan keduanya. Nyonya Pingkan dan ibu kandung Rossa Nyonya Mala dulu sahabat.

Dan berniat menjodohkan anak mereka. Dan saat kakak kandung Rossa si Rassi masih hidup dialah yang di jodohkan oleh Darren dan Darren langsung jatuh cinta tapi sekarang, dia mengabaikan adik iparnya tersebut dan alasannya belum bisa melupakan istrinya Rassi.

"Kita harus bawa Rossa, aku harus bertanggung jawab atas semua ini. Kalau aku tahu anak malang itu tidak diharapkan, aku tidak akan mendesak sahabatku itu untuk menikahi dia. Aku tidak akan biarkan anak malang itu menangis seperti ini. Aku menyesal sudah menjodohkan mereka, Pa. Aku benar-benar menyesal dengan sahabatku itu. Aku tidak bisa membuat sahabatku itu bahagia, hiks. Aku tidak bisa," tangis Nyonya Pingkan pecah.

Perasaan bersalah Nyonya Pingkan benar-benar dalam, dia tidak bisa membuat anak dari sahabatnya itu bahagia.

Darren yang mendengarnya hanya bisa diam. Tidak sedikitpun, Darren mengeluarkan satu patah kata pun termasuk Malik yang menundukkan kepala.

"Ayo, kita ke atas." Tuan Tommy membawa istrinya ke kamar yang biasa dia tempati kalau datang ke rumah Darren.

Tuan Tommy ingin istrinya menenangkan diri. Saat melangkahkan kaki, Tuan Tommy melirik tajam ke arah anaknya yang terlihat cuek.

Sedangkan Rossa yang berada di dalam kamar langsung duduk di lantai dengan kaki yang ditekuk. Sorot mata yang penuh dengan kesedihan dan air mata tidak lagi bisa dibendung dan air mata itu mengalir tanpa bisa dia hentikan.

Rasa sakit yang dia rasakan sudah mendarah daging. "Apa yang harus aku lakukan saat ini. Kenapa ? Kenapa kalian meninggalkanku sendiri di dunia ini. Tidak bisakah kalian mengajakku pergi. Tidak bisakah kalian tidak meninggalkanku seorang diri di dunia ini. Kenapa kalian meninggalkanku seorang diri di sini. Aku tidak punya teman. Siapa yang akan menghiburku jika aku sedih nanti. Siapa yang akan menghiburku." Rossa terus memukul-mukul dirinya

Rossa merasakan sakit di dadanya. Rossa merasa kalau dunia tidak adil untuknya. Tapi, dia harus menerima semua takdir yang cukup berat dia rasakan. Di umur yang masih teramat belia Rossa harus menanggung semua penderitaan dan Rossa tidak sanggup untuk mengemban semuanya di usia 21 tahun.

Di usia itu dia harus mendapatkan cobaan yang bertubi-tubi. Rossa terus menumpahkan isi hatinya, dia berteriak dan sesekali dia tertawa sampai pada akhirnya Rossa yang kelelahan tertidur di lantai yang dingin.

Darren yang naik ke lantai atas hanya berdiri di depan pintu kamar Rossa. Tidak ada sedikitpun niat Darren untuk masuk, dia hanya memandang pintu berwarna coklat tersebut yang tertutup.

"Permisi Tuan. Saya ingin mengatakan sesuatu kepada Anda. Maaf kalau waktunya tidak tepat tapi ini sangat penting," ucap Malik yang berdiri di samping Darren.

Malik mendapatkan telepon yang sangat penting dan dia langsung naik ke lantai atas untuk bertemu dengan Darren namun saat dia di lantai atas tepat di tangga terakhir terlihat Darren berdiri di depan kamar Rossa.

"Ada apa ? Katakan kepadaku, apa yang ingin kamu bicarakan kepadaku. Apakah itu hal penting?" tanya Darren dengan suara berat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 46. Diusir

    "Ah, tidak ada. Ayo pergi. Jam istirahat tinggal dikit lagi," ucap Rossa yang segera pergi meninggalkan Chiko. Chiko terpaku melihat Rossa pergi begitu saja meninggalkan dia dan karena penasaran Chiko melihat sekeliling untuk mencari siapa yang Rossa cari tadi. Tidak dapat mencari apa yang Rossa cari Chiko pun pergi menyusul Rossa. "Tuan, mereka sudah pergi," ucap Malik ke Darren yang bersembunyi di bawah kolong. Darren sembunyi karena Rossa memandang dia. Karena tidak mau ketahuan Darren sembunyi dan setelah tidak ada lagi barulah dia keluar. "Kenapa harus sembunyi sih?" tanya Mimi yang mulai menyantap makanannya dengan tenang. "Kamu tidak lihat dia memperhatikan kita. Dia tahu itu saya. Karena, kami sehati," jawab Darren. Mimi mendengar perkataan Darren membolakan matanya. "Sehati tapi curigaan. Menyebalkan," sahut Mimi. Darren mendengus kesal mendengar Mimi berkata seperti itu. Darren pun akhirnya ikut makan. Rasa lapar mulai terasa dan membuat Darren menghabisi makannya. B

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 45. Masa Bodoh

    "Monica, kenapa kamu di sini?" tanya Chiko ke Monica yang muncul di antara dirinya dan Rossa. Monica tertawa mendengar pertanyaan dari Chiko yang menanyakan kenapa dia di sini. "Tentu aku ke sini karena mau bertemu dengan Darren. Tapi, aku mau beli makanan untuk dia. Apa ada yang keberatan aku bertemu dengan dia?" tanya Monica melirik ke arah Rossa. Rossa mendengar Monica ingin melihat Darren menggelengkan kepala dan tersenyum. Rossa melanjutkan makannya dan tidak peduli dengan Monica. "Dia pikir aku akan cemburu gitu? Tidak sayang. Aku tidak cemburu." Rossa mencibir Monica yang terlalu banyak drama dan trik licik dan Rossa tidak peduli. "Oh, ya sudah sana. Kenapa di sini. Lagi pula Darren di kantornya. Bukan di sini," jawab Chiko. Monica masih melirik Rossa yang terlihat cuek dengan dia. Dan tidak memperdulikan dirinya. Hingga Monica kesal dengan Rossa. Chiko melirik ke arah Monica yang melirik ke arah Rossa. Dia heran kenapa Monica melihat Rossa seperti itu. Ada dendam di ked

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 44. Dia Arya

    Darren masih mencari siapa yang membuat Rossa ketakutan. Dia ingin tahu tapi tidak ada satupun yang mencurigakan di sini semuanya biasa saja. "Siapa yang kamu lihat. Kenapa mas tidak tahu siapa yang kamu lihat?" tanya Darren yang masih mencari orang tersebut. "Tuan, apa tuan yakin ada yang menakuti nona Rossa?" tanya Malik yang juga ikut melihat sekeliling siapa yang membuat tuannya cemas. "Aku yakin sekali. Mana mungkin aku tidak tahu. Raut wajahnya berubah kamu tidak lihat itu. Aku yakin ada yang mencoba untuk mengusik istriku, tapi siapa dia?" tanya Darren lagi. Darren tidak mungkin mendekati Rossa yang ada dia akan ketahuan lebih baik dia diam dan memperhatikan dari kejauhan. Darren terus mencari orangnya begitu juga dengan Malik dan Mimi yang melihat sekeliling siapa yang dimaksud oleh bos mereka. Darren melihat ke arah kanan dekat pintu dan ternyata ada pria duduk di meja dengan memakai topi dan masker terus memandang Rossa dengan lekat dan dia tidak sedikit pun berkedip ma

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 43. Menguntit

    "Kemana mereka. Ck, ini semua karena kalian. Bisa-bisanya mereka lolos begitu saja. Ayo kita cari dia. Kamu Mimi kurangilah bercanda. Kalau asisten saya terserang penyakit jantung bisa bahaya," ucap Darren ke Mimi. Mimi menggarukkan kepala dia merasa bersalah karena mengejutkan kekasihnya dan bosnya. Padahal, dia hanya memanggil saja. "Maafkan saya, bos. Ayo kita pergi. Bukannya mau memata-matai Caca. Nanti kelewat loh," sindir Mimi membuat Darren berdecih. "Hukum dia, Malik," ketus Darren membuat Mimi tersenyum kecil. Ketiganya segera pergi mencari di mana Rossa makan siang. Sebenarnya, Darren tidak mau mengikuti Rossa dan Chiko tapi dia tidak mau Chiko mencari kesempatan dengan istrinya itu. Lebih baik dia melihat sendiri apa yang Chiko lakukan pada istrinya. Darren mengirim pesan ke Rossa menanyakan keberadaan Rossa. Dan Rossa yang sudah di tempat makan sebelah kantornya menjawab keberadaannya. "Dia di sini. Ayo masuk tapi jangan sampai ketahuan. Ingat, kita menyamar saja. Ja

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 42. Kelakuan Mimi

    "Benar juga yang kamu katakan itu bagaimana kalau dia hanya menganggapmu biasa saja tapi Caca pandangannya pria itu berbeda. Pria memandang wanita yang dicintai itu dalam dan aku sudah merasa dari awal kita masuk ke sini kalau Mas Chiko menaruh hati denganmu kalau pria yang tidak mencintai kita pandangannya itu tidak seperti Mas Chiko memandangmu dan juga mas Chiko memperlakukanmu lebih dari yang pria lain lakukan. Maksudku pria yang tidak mencintai kita tidak terlalu berlebihan memperlakukan kita tapi aku lihat dia beda.""Tapi entahlah aku juga bingung jelasinnya. Kamu jadi pergi makan siang dengan dia? Tadi di mobil aku dengar suamimu mengatakan tidak boleh lebih dari 15 menit memangnya makan apa yang sampai 1 jam atau 2 jam?" tanya Mimi."Hah! Aku tidak tahu. Mungkin masakan yang mahal maksudku makanan yang dibuat sangat lama bisa sampai satu atau dua jam. Dan makannya hanya satu menit," jawab Rossa yang langsung keluar dari lift di susul Mimi. Rossa duduk di meja kerja dan mulai

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 41. Menjaga Perasaan

    "Iya, Monica. Temanku katakan dia datang ke kantor dan menghasut yang lain untuk memusuhi aku. Karena aku dikatakan merebut kamu. Tidak bisakah kamu umumkan aku sebelum ulang tahun perusahaan, Mas?" tanya Rossa. Rossa meminta ke Darren untuk mengatakan ke karyawan di kantor kalau dia itu istrinya tanpa harus menunggu perayaan ulang tahun perusahaan. Rossa menatap sendu ke arah Darren berharap Darren akan mengabulkannya. Darren tidak menyangka kalau Monica berani menghasut karyawan di kantor miliknya. "Kamu jangan khawatir. Aku akan urus masalah ini. Tidak ada yang berani mengganggu kamu lagi. Aku pastikan mereka akan mendapatkan hukumannya. Dan untuk Monica akan aku pastikan dia tidak akan membuatmu mendapatkan masalah. Kamu jangan khawatir ya," jawab Darren menggenggam tangan Rossa. Rossa menganggukkan kepala pelan ke arah Darren dia yakin kalau suaminya bisa menyelesaikan ini. Dia gerah dengan bullyan dari rekan kerjanya. Hanya karena Monica iri padanya dia harus mendapatkan ge

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status