Share

Aku Tidak Rela!

Author: Chani yoh
last update Last Updated: 2024-12-02 16:04:15

Jam dinding telah menunjukkan pukul 00.30 malam tapi Zidane belum juga kembali.

Liora meringkuk di ranjangnya, berusaha tenang dan berlagak telah tertidur pulas.

Setelah tadi dia berhasil pergi dari sisi Zach dan kembali ke kamar ini, Liora hanya ingin menghapus semua bukti kebersamaannya dengan Zach tadi.

Seharusnya Zach tidak boleh mengetahui, tidak ada satu orang pun yang boleh mengetahui bahwa selama dua bulan pernikahannya, Zidane tidak pernah menyentuhnya selayaknya suami istri.

Padahal, mereka tinggal di bawah satu atap yang sama, bahkan tidur di satu ranjang yang sama.

“Kenapa kau masih perawan, Liora? Katakan padaku!” desak Zach dalam bisiknya dengan miliknya masih tetap berada dalam diri Liora.

Namun suaranya kali ini tidak sinis dan keji seperti sebelumnya lagi. Suara pria itu dipenuhi dengan rasa penasaran yang seperti pusaran air tanpa muara.

Napas dan suara Liora tercekat hingga dia memalingkan wajah, tak sanggup menatap pada manik biru langit yang biasanya merupakan warna favoritnya dari diri Zach.

“Beritahu aku, kenapa dia tidak menyentuhmu selama ini?” tanya Zach lagi dengan nada suaranya yang sudah jauh lebih lunak dari tadi. Bahkan jempolnya kini mengusap lembut wajah Liora, seakan hendak menghapus jejak goresan yang mungkin saja sempat dia gurat di sana.

Ketika dilihatnya Liora tidak membantah, Zach menarik lembut dagu Liora agar wajah cantik itu mengarah padanya. Terlihat butiran kristal bening menggenangi manik keperakan Liora dan itu sukses membuat hati Zach merasa tersayat.

“Aku tidak tahu,” ucap Liora akhirnya. Pelan dan lirih. Setelah itu, wanita berambut panjang berwarna kecoklatan itu kembali mengalihkan tatapannya dari Zach.

Entah mengapa dia merasa malu sekali karena Zach akhirnya mengetahui hal ini. Dia semakin merasa dirinya hanyalah istri pajangan Zidane. Entah apa yang Zidane pikirkan, tapi pria itu memang tak pernah berusaha menyentuhnya.

Bahkan Zidane tak pernah mencumbunya. Ciuman mereka hanya dilakukan di depan altar dan itu adalah wedding kiss.

Ciuman itupun hanya berupa kecupan singkat ujung bibir Zidane pada ujung bibir Liora.

Ujung bibir dengan ujung bibir. Benar-benar ujung.

Masih teringat jelas di benak Liora bahwa dia sempat berpikir Zidane akan menekankan bibir mereka hingga saling melekat dan menempel ... tapi tidak.

Zidane tidak menekan ciuman mereka. Zidane benar-benar hanya menyenggol saja ujung bibir Liora.

Saat itu pun, haruskah Liora senang, atau malah menetaskan pikiran-pikiran mencurigakan tentang Zidane.

“Jangan bilang kalian menikah dengan sebuah perjanjian kontrak?” desak Zach lagi dengan pemikiran tiba-tibanya.

Pernikahan kontrak?

Liora menggeleng pelan. Dia tidak berbohong pada Zach. Pernikahannya dengan Zidane memang tidak memiliki kontrak tertulis, meskipun ajakan menikah dari Zidane lebih terasa seperti transaksi jual beli karena Zidane membeli dirinya sebagai istri, dan dia menerima pembayaran berupa pembayaran total utang warisan dari ayahnya.

Tapi tidak. Pernikahan mereka bukan pernikahan kontrak.

“Lalu kenapa dia tidak menyentuhmu?” tanya Zach lagi yang membuat Liora merasa semakin terdesak.

Ditatapnya pria itu dengan sengit. “Bukankah ini yang kau harapkan, Zach? Kau yang mendapatkan mahkotaku. Bukankah demi ini kau memacariku dengan penuh hormat selama 6 bulan? Sekarang kau sudah mendapatkannya. Kau senang bukan? Bahagia? Puas?”

“Pikiranmu salah, Liora!”

“Salah? Setidaknya kau mendapatkan kali pertamaku. Sedangkan aku ... saat ini aku memang tidak mengerti kenapa Zidane tak pernah menyentuhku. Tapi bukan berarti di masa mendatang dia takkan pernah meminta haknya sebagai suamiku, bukan?

Lalu jika saat itu tiba, apa yang harus kukatakan padanya?”

Zach menatap mata keperakan Liora yang sudah digenangi butiran bening. Mata yang dulu berbinar-binar dan membuat Zach selalu sering memandanginya sambil tersenyum, kini malah meneteskan air mata yang membuat hatinya bagai teriris.

Namun bukan air mata Liora yang membuat hatinya tersayat, melainkan karena kepanikan wanita itu jika suatu hari nanti Zidane meminta haknya sebagai seorang suami.

Liora sampai begitu panik. Setakut itukah Liora mengecewakan Zidane?

Zach menelan lagi kepahitan hatinya seraya berusaha memeluk sisa-sisa diri Liora yang bisa dia miliki malam itu. Dia bergumam menyuarakan isi hatinya.

“Maafkan aku, Liora. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ... maafkan aku yang lupa diri. Aku begitu marah karena kau menjadi istri adikku.

Aku frustrasi kau menghilang selama ini. Lalu saat aku sudah menyerah mencarimu, ternyata aku malah menemukanmu dengan statusmu yang benar-benar menyakitkan hatiku.

Aku tidak rela, Liora. Sampai kapan pun, aku tidak rela! Seharusnya kau menjadi istriku, Liora!”

Saat itu, giliran Zach yang meneteskan air matanya. Tapi pria itu dengan cepat menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Liora.

Dalam kepedihan hatinya, Zach mencari pelampiasan. Dia terus bergerak hingga hasrat itu menjadi tak tertahankan.

Liora pun tidak jauh berbeda. Sekalipun wanita itu merasa Zach merebut yang tak seharusnya, tapi tubuhnya malah bersekutu dengan hatinya. Liora mengeluskan wajahnya ke pipi Zach, sementara tangannya terus mengelus lengan kekar Zach yang terasa kencang dan liat.

Lalu ketika Zach meloloskan sisa pakaiannya, Liora tidak memprotes lagi. Tubuh itu malah menggeliat lalu mengikuti ritme hentakan Zach dalam dirinya.

Mereka bagai ombak dan karang di pantai, yang memang tercipta untuk saling menerpa dalam kebersamaan.

                                    ***

“Lio ... Liora. Sudah pagi. Ayo bangun lalu sarapan.”

Suara Zidane terdengar tiba-tiba membuat Liora mengerjapkan kedua matanya.

Sinar matahari ternyata sudah menerangi kamar yang mereka tempati meskipun kain gorden menutup keseluruhan jendela.

Seharusnya inilah yang menjadi salah satu keindahan alam di negara tropis untuk mereka nikmati selama liburan akhir tahun. Jika biasanya mereka menikmati salju, untuk seminggu ini mereka akan merasakan cerianya akhir tahun dengan curahan sinar matahari yang menghangatkan.

Untuk sesaat memang Liora mengerjap dan menikmati terpaan sinar matahari pagi menghangatkan wajahnya.

Tapi detik berikutnya dia menyadari jika dia telah tertidur semalam selagi meringkuk menunggui Zidane kembali ke kamar. Entah jam berapa pria yang berstatus suaminya itu kembali.

“Kau sudah bangun dari tadi? Kenapa cepat sekali?” tanya Liora yang beranggapan bahwa dia lebih dulu tidur, tapi malah Zidane yang lebih dulu bangun.

“Ya, sepertinya bir yang semalam kuminum membuatku lapar. Jadi aku terbangun lebih pagi. Ayo kau juga bangun. Kita sarapan bersama.”

Saat mengatakan itu, Zidane duduk di pinggiran ranjang sambil menatap Liora. Kedua matanya yang bermanik hijau itu menyorot lembut sedangkan sebelah tangannya terulur menunggu Liora menggapainya.

Belum lagi senyum yang tersungging di wajah Zidane begitu penuh sayang, membuat Liora merasa dadanya sesak terhimpit rasa bersalah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   The End

    Wajahnya muram penuh dengan kesedihan.Zach yang melihatnya memintanya datang.“Clint. Terima kasih sudah hadir. Terima kasih juga sudah menemani Zidane selama pengobatannya.” Zach memeluknya, berusaha keras menahan lidahnya untuk tidak mengatakan pikirannya bahwa Clint seharusnya memberitahu keluarga besar mereka tentang penyakit Zidane sebelum semuanya terlambat.Tapi Zach juga tahu, tidak ada gunanya lagi mengatakan itu semua. Zidane telah pergi dan hanya Clint yang berjasa menemani setiap langkah Zidane sampai akhir hayatnya.“Maafkan aku, Zach. Aku seharusnya tidak menutupi kondisinya. Aku menyesal. Tapi ... Zidane patah arang.”Clint menatap Liora, merasa tak enak untuk menceritakannya.Saat itulah, ibu Zach datang dan meminta Clint menceritakan lebih lanjut.“Boss Zidane ... saat perceraian dia masih bisa tegar. Tapi beberapa bulan kemudian, dia kembali terinfeksi virus yang sama. Kondisinya ini membuat keadaan tubuhnya semakin memburuk.Saat itulah dia putus asa.”“Bagaimana b

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   Zidane's Last Wish (1)

    “Untukmu, Love.”Penuh rasa ingin tahu, mereka membukanya dan ternyata ...Itu adalah surat cerai baru yang sudah ditandatangani Zidane.Di balik sana ada selembar kertas kecil.Zidane menulis:[Kamu mengirim surat pembatalan menikah, aku sudah merobeknya. Tapi ini aku mengirimkan surat perceraian. Aku tidak rela jika pernikahan kita dianggap kesalahan. Pernikahan kita pernah terjadi dan itu atas kemauan ku dan kamu bersama-sama.Jadi, ini adalah perceraian yang kamu mau.Aku sudah merenung dan aku sadar tidak ada gunanya menjadi suamimu jika pada akhirnya tidak akan pernah mendapatkanmu seutuhnya.Jalani hidupmu sebahagia yang kamu bisa.Untuk Zach, aku titipkan cinta yang pernah bersemi dalam hatiku.Aku tidak marah lagi pada kalian, aku hanya marah pada takdir.Jika memang takdir hidupku seperti ini, kenapa takdir membiarkan cinta yang begitu besar tumbuh di hatiku ini teruntuk dirimu, Liora?Andai aku tidak mencintaimu, aku akan lebih mudah menjalani hidup dan sakitku ini.Selamat

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   For Liora ...

    “Apa? Kau dan Liora?” Ibunya Zach berteriak histeris ketika mendengar penjelasan Zach.“Apa-apaan ini?”Wanita itu bangun dan menatap garang pada Liora. Tangannya terangkat dan tanpa diduga ...Plak!“Kau keterlaluan! Tidak tahu diri!”“Mom! Jangan menamparnya!” Zach merangkul Liora dan menjauhkannya dari sang ibu. “Dia tidak salah!”“Apa yang tidak salah! Kalian sudah melakukan hal gila! Zidane itu adikmu, Zach! Bagaimana bisa kamu begitu tega padanya?”“Mom! Aku dan Liora sudah berpacaran dari sebelum dia menikah dengan Zidane. Hanya saja waktu itu ada situasi yang membuat Liora terpaksa menikahi Zidane-”“Terpaksa kau bilang?” Kedua mata ibunya semakin melotot. Ayah dan kakeknya pun ikut memelototinya.“Terpaksa atau hanya memanfaatkan Zidane? Kau memang sialan!” ujarnya marah sambil menunjuk ke arah Liora.Lalu dia menatap marah pada Zach. “Aku tidak akan pernah merestui kalian!”Ibunya langsung keluar sedangkan ayahnya tiba-tiba memegangi Grandpa Hank yang lagi-lagi terkena sera

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   Sooner or Later, It Will Happen

    “Aku sudah melihat semuanya. Lagipula kau masih istriku, Lio!”Zidane tertawa mengejek melihat tingkah Liora yang buru-buru memakai dalamannya. Bahkan di saat seperti itu Liora masih teramat manis.Wajah Zidane berubah masam mengejek dirinya sendiri.‘Cintamu tidak memiliki harga diri lagi, Zid!’Begitu yang dia pikirkan dalam benaknya.“Kau menaruh sesuatu di minumanku!” tuduh Liora setelah dia berusaha mengingat hal terakhir yang dia lakukan tadi. Tangannya spontan mengelus perutnya.“Kau tahu aku mengandung, tapi kau memberiku bius? Zid, kau bisa mencelakai janinku. Bayiku ini juga keponakanmu, Zid!”Zidane hanya tertawa. “Justru itu! Kalian keterlaluan! Apa yang aku lakukan ini hanya untuk membalas sedikit rasa sakit hatiku!”Seketika Liora jadi teringat alasan kenapa dia berada di sana.“Maafkan aku, Zid. Aku tahu aku sudah menyakiti hatimu. Tapi ... jika kita meneruskan ini, aku akan semakin melukaimu, Zid. Aku ... kau adalah temanku. Aku ...”Liora kehilangan kata-katanya. Dia

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   Aku Mencintainya Dengan Caraku!

    Di dalam kamar, Zidane menatap tubuh Liora dengan pandangan tergiur.Sungguh tubuh istrinya ini sangatlah menggiurkan.Walau tidak sebahenol Janet, tapi Liora memiliki tubuh idealnya sendiri. Tubuh yang seharusnya menjadi miliknya.Zidane mulai mengelus bagian-bagian yang menggiurkan. Dia memulainya dari pinggul.Sungguh halus dan mulus pinggul Liora. Berbeda dengan kulit Janet yang kasar dengan sedikit bersisik.Di benaknya dia berpikir bahwa Liora masih sah istrinya. Dia bisa dan berhak atas tubuh Liora.Zidane semakin menggila dan mulai mengendus leher Liora.Dia mengecup lembut seraya merayapkan bibirnya menuruni leher hingga ke bahu terbuka Liora.Aroma Liora sangat menggiurkan baginya.Tangannya pun tak tinggal diam, meremas dada Liora dan mulai berusaha melepaskan tali bra.Klik!Kaitan bra terlepas, kini saatnya mulai melepas bra dan menikmati hidangan utama tubuh Liora.Tepat saat itu,Teriakan Zach membahana dari balik pintu yang telah dikunci Zidane.Dia memang membiarkan k

  • Gairah Terlarang Kakak Ipar   Lioraaa!

    “Duduk dulu, Honey,” kata Zidane dengan suara lembut yang di telinga Liora seperti dibuat-buat.Sedikit bingung Liora mendengarnya. Setelah lama Zidane memanggilnya dengan nama, kenapa sekarang tiba-tiba Zidane memanggilnya honey lagi.Liora pun duduk sementara Zidane ke dapur dan membuatkannya minum.Mendengar bunyi gelas dan air, Liora pun gegas menyusul. “Tidak perlu, Zid. Tidak perlu repot-repot padaku.”“Tidak apa-apa.”Zidane selesai membuatkan minum untuk Liora segelas teh chamomile kesukaan Liora.“Diminum,” kata Zidane lagi saat melihat Liora hanya memegangi gelas itu.Tak enak pada Zidane, Liora pun meminumnya dua teguk. Lalu meletakkan di meja dapur.“Enak?”“Enak. Terima kasih, Zid.”“Kau mau sekalian mengambil baju-bajumu? Masih banyak bajumu di sini.”Berpikir ada Zach di tempat parkir yang menungguinya, Liora pun setuju. Setidaknya dia bisa mengambil setengah pakaiannya saja sudah sangat bagus.“Silakan,” kata Zidane seraya mengulurkan tangannya ke arah kamar.Liora mel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status