- Warning 21+ - . "Kenapa kau menikahi adikku? Apa kurangku darinya?, Liora?" . "Kau tak perlu tahu alasannya." . "Tak perlu tahu? Masalahnya, kau bahkan masih perawan!" *** . Liora tak menduga tawaran dari teman lamanya untuk menikah demi membantunya melunasi utang yang diwariskan ayahnya, malah membuatnya berada dalam situasi yang begitu pelik. . Di saat dia hendak belajar mencintai Zidane, Zach hadir kembali dengan status baru yang tak disangka-sangkanya. Pria itu ternyata kakak kandung Zidane, suaminya. . Sialnya lagi, hubungan mereka yang belum usai membuat mereka terjebak dalam gairah terlarang yang begitu panas membara. . Malam penganti Liora yang tak pernah terlaksana dengan Zidane, kini tergantikan oleh sentuhan Zach. . Lantas, bagaimana Liora mempertanggung jawabkannya pada Zidane saat benih Zach tanpa permisi tumbuh di rahim LIora? . Belum lagi, ada sesuatu yang sepertinya disembunyikan Zidane. . Kisah ini tentang Cinta dan Gairah, serta RAhasia dan Obsesi
View MoreDeburan ombak beserta aroma asin air laut menyambut kedatangan Liora dan Zidane dalam liburan akhir tahun bersama keluarga besar Callaghan.
Cuaca sejuk di negara tropis ini masih terasa panas bagi Liora sehingga saat ini dia mengenakan dress tali tipis spageti bermotif bunga yang ceria dengan rok yang berakhir di atas lutut.
Liora tampak manis dan seksi dalam balutan dress berwarna oranye yang ceria, namun hatinya tidak seceria warna bajunya dalam menyambut liburan ini.
“Aku akan melunasi seluruh utang yang diwariskan ayahmu itu asalkan kau bersedia menikah denganku.”
Suara rendah Zidane Callaghan masih sering terngiang jelas di telinga Liora bahkan setelah tiga bulan lamanya kalimat itu dia dengar.
Pernikahannya dengan Zidane bisa dibilang pernikahan simbiosis mutualisme meskipun Liora tidak tahu hal menguntungkan apa yang didapat Zidane dari kesediaan pria itu menikahinya.
Zidane adalah teman kuliahnya. Pria itu memintanya untuk menikah dengannya, padahal mereka selama ini hanya berteman.
Lulus dari kuliah, mereka bahkan sempat putus kontak dan tak pernah lagi saling berhubungan.
Hingga ketika ayahnya meninggal, Zidane datang memberi ucapan belasungkawa.
Lalu, entah bagaimana pula Zidane mengetahui tentang utang-utang ayahnya yang kini menjadi bebannya.
Jelas, dari penawaran Zidane, Liora sangat diuntungkan
Beban utang yang ditanggung Liora dan ibu serta adiknya yang masih duduk di bangku sekolah bukanlah jumlah yang sedikit. Berhadapan dengan sangarnya debt collector setiap harinya merupakan beban mental tersendiri bagi Liora.
Bahkan jika dia sanggup menabung seluruh hasil gajinya selama 10 tahun secara penuh pun, Liora takkan mungkin mencukupi total utang tersebut.
Dengan kondisi ini, Liora tak mungkin menolak penawaran Zidane.
‘Mungkin selama ini Zidane menyukaiku,’ pikir Liora dalam hatinya setiap kali dia merenungi keuntungan apa yang Zidane dapatkan dalam tawaran pernikahan mereka ini.
“Aku bersedia, Zidane. Terima kasih.” Liora akhirnya menerima tawaran Zidane.
Siang itu juga, Zidane melunasi semua utangnya lalu memulai persiapan pernikahan sederhana mereka.
Sebulan kemudian, mereka sudah resmi menikah di gereja, dengan hanya membagikan kebahagiaan bersama keluarga dan kerabat terdekat saja.
Liora tersenyum di foto pernikahannya bersama Zidane, tapi hatinya terasa hampa.
Sekalipun dia mendapatkan pelunasan utang dari Zidane, demi pernikahan ini Liora terpaksa menghapus dan memutuskan segala hal tentang Zachary, kekasihnya yang sedang masa training ke Maccau.
“Hei, itu dia pasangan pengantin baru kita!”
Seruan itu berasal dari salah satu kerabat Zidane, Aunt Carla.
Wanita berkaca mata tebal itu berdiri di depan resepsionis sambil melambaikan tangan ke arah mereka.
Detik berikutnya, Zidane balas melambaikan tangannya dan tersenyum sumringah pada adik ibunya itu.
Liora tersenyum kecil hanya sekadar bersopan santun belaka. Dia sungguh tak merasakan euphoria liburan ini. Selain karena pernikahannya dengan Zidane ini terasa hanya seperti jual beli status suami istri baginya, Liora juga tidak terlalu mengenal para sepupu dan kerabat Zidane.
“Hei, sepertinya semua sudah tiba di sini,” ucap Zidane seraya menyapu pandangan ke para anggota keluarga besarnya yang telah tiba dan sedang check in resort.
“Ya, memang. Hanya tinggal kalian, Zidane!” ucap Aunt Carla sambil melirik mereka yang diperkirakan Liora berjumlah sekitar 15 orang.
“Oh, masih satu yang belum. Your brother, Zidane!” seru Aunt Carla lagi yang diikuti dengan anggukan kepala Zidane.
Liora yang mendengar ini jadi mengernyitkan kedua alisnya. Dia sungguh tak tahu jika Zidane masih memiliki kakak. Apalagi dua bulan lalu saat pernikahannya dengan Zidane berlangsung, tidak ada ‘kakak laki-laki’ yang menghadiri pernikahan mereka.
‘Mungkin hanya sepupu. Makanya tidak pernah disebut-sebut Zidane,’ bisik hati Liora, seraya menepis keheranannya.
“Oh, tumben sekali dia bisa liburan bersama?” sahut Zidane yang diiringi tawa kecil dari yang lainnya.
“Who knows, Zid. Mungkin dia merasa tak enak hati selama ini tak pernah hadir di moment kebersamaan kita. Bahkan di pernikahanmu pun dia tak bisa hadir. Hah ... dia memang terlalu sibuk! Dia workaholic.
Dan karena itu juga, dia hadir kali ini untuk menebus ketidakhadirannya di masa lalu. Makanya moment liburan kali ini harus benar-benar kita abadikan lewat foto.
Aku bahkan sampai menyewa fotografer profesional untuk mendapatkan foto-foto candid kebersamaan kita selama liburan ini!” Merlyn, yang Liora perkirakan adalah sepupu Zidane menjelaskan dengan gesture tangan yang bergerak lentik mengikuti kata-katanya.
Liora masih tetap menjadi pendengar saja berhubung dia tidak terlalu dekat dengan anggota keluarga The Callaghan lainnya. Hanya saja, detik berikutnya terlihat wajah Aunt Carla terkesiap dan menunjuk ke arah pintu lobby.
“Oh, itu dia orangnya, yang dibicarakan sedari tadi! Hei, Zach ... kemarilah! Wah, akhirnya kau benar-benar bisa mengikuti liburan kita!”
Deg!
Zach?
Zachary kah? Atau Zach yang lain?
'Oh, tidak ... tidak ... tidak mungkin Zach yang aku kenal, bukan? Semoga ini Zach yang lain!'
Hati kecil Liora begitu was-was saat mendengar nama itu. Padahal, ada banyak pria di muka bumi ini yang memiliki nama Zach.
Dan Liora sangat berharap Zach yang mereka panggil saat ini, yang menghampiri mereka saat ini, bukanlah Zachary yang telah membersamainya selama enam bulan sebelum dia diam-diam menghilang dari kehidupan pria itu saat menerima pinangan Zidane.
‘Oh, Tuhan, semoga bukan Zach-ku yang dulu ...’ bisik hati kecil Liora meminta penuh permohonan.
Sekalipun tidak yakin, Liora tak berani menatap ke arah pintu Lobby. Dia memilih menatap ke arah dalam resort, sembari menunggu petugas hotel membagikan kunci kamar.
Namun ketika suara pria bernama Zach itu bergema jantung Liora sukses seperti disengat listrik dan terkejut di tempatnya.
“Hei, Brother! Selamat atas pernikahanmu. Aku sangat menyesal tidak bisa datang. Aku sedang bertugas ke Maccau saat itu dan big boss sedang inspeksi dadakan.”
Ap- apa? Maccau?
Jawaban dari Zach sontak membuat tungkai kaki Liora melemah sedangkan tubuhnya membeku di tempat.
Wajahnya muram penuh dengan kesedihan.Zach yang melihatnya memintanya datang.“Clint. Terima kasih sudah hadir. Terima kasih juga sudah menemani Zidane selama pengobatannya.” Zach memeluknya, berusaha keras menahan lidahnya untuk tidak mengatakan pikirannya bahwa Clint seharusnya memberitahu keluarga besar mereka tentang penyakit Zidane sebelum semuanya terlambat.Tapi Zach juga tahu, tidak ada gunanya lagi mengatakan itu semua. Zidane telah pergi dan hanya Clint yang berjasa menemani setiap langkah Zidane sampai akhir hayatnya.“Maafkan aku, Zach. Aku seharusnya tidak menutupi kondisinya. Aku menyesal. Tapi ... Zidane patah arang.”Clint menatap Liora, merasa tak enak untuk menceritakannya.Saat itulah, ibu Zach datang dan meminta Clint menceritakan lebih lanjut.“Boss Zidane ... saat perceraian dia masih bisa tegar. Tapi beberapa bulan kemudian, dia kembali terinfeksi virus yang sama. Kondisinya ini membuat keadaan tubuhnya semakin memburuk.Saat itulah dia putus asa.”“Bagaimana b
“Untukmu, Love.”Penuh rasa ingin tahu, mereka membukanya dan ternyata ...Itu adalah surat cerai baru yang sudah ditandatangani Zidane.Di balik sana ada selembar kertas kecil.Zidane menulis:[Kamu mengirim surat pembatalan menikah, aku sudah merobeknya. Tapi ini aku mengirimkan surat perceraian. Aku tidak rela jika pernikahan kita dianggap kesalahan. Pernikahan kita pernah terjadi dan itu atas kemauan ku dan kamu bersama-sama.Jadi, ini adalah perceraian yang kamu mau.Aku sudah merenung dan aku sadar tidak ada gunanya menjadi suamimu jika pada akhirnya tidak akan pernah mendapatkanmu seutuhnya.Jalani hidupmu sebahagia yang kamu bisa.Untuk Zach, aku titipkan cinta yang pernah bersemi dalam hatiku.Aku tidak marah lagi pada kalian, aku hanya marah pada takdir.Jika memang takdir hidupku seperti ini, kenapa takdir membiarkan cinta yang begitu besar tumbuh di hatiku ini teruntuk dirimu, Liora?Andai aku tidak mencintaimu, aku akan lebih mudah menjalani hidup dan sakitku ini.Selamat
“Apa? Kau dan Liora?” Ibunya Zach berteriak histeris ketika mendengar penjelasan Zach.“Apa-apaan ini?”Wanita itu bangun dan menatap garang pada Liora. Tangannya terangkat dan tanpa diduga ...Plak!“Kau keterlaluan! Tidak tahu diri!”“Mom! Jangan menamparnya!” Zach merangkul Liora dan menjauhkannya dari sang ibu. “Dia tidak salah!”“Apa yang tidak salah! Kalian sudah melakukan hal gila! Zidane itu adikmu, Zach! Bagaimana bisa kamu begitu tega padanya?”“Mom! Aku dan Liora sudah berpacaran dari sebelum dia menikah dengan Zidane. Hanya saja waktu itu ada situasi yang membuat Liora terpaksa menikahi Zidane-”“Terpaksa kau bilang?” Kedua mata ibunya semakin melotot. Ayah dan kakeknya pun ikut memelototinya.“Terpaksa atau hanya memanfaatkan Zidane? Kau memang sialan!” ujarnya marah sambil menunjuk ke arah Liora.Lalu dia menatap marah pada Zach. “Aku tidak akan pernah merestui kalian!”Ibunya langsung keluar sedangkan ayahnya tiba-tiba memegangi Grandpa Hank yang lagi-lagi terkena sera
“Aku sudah melihat semuanya. Lagipula kau masih istriku, Lio!”Zidane tertawa mengejek melihat tingkah Liora yang buru-buru memakai dalamannya. Bahkan di saat seperti itu Liora masih teramat manis.Wajah Zidane berubah masam mengejek dirinya sendiri.‘Cintamu tidak memiliki harga diri lagi, Zid!’Begitu yang dia pikirkan dalam benaknya.“Kau menaruh sesuatu di minumanku!” tuduh Liora setelah dia berusaha mengingat hal terakhir yang dia lakukan tadi. Tangannya spontan mengelus perutnya.“Kau tahu aku mengandung, tapi kau memberiku bius? Zid, kau bisa mencelakai janinku. Bayiku ini juga keponakanmu, Zid!”Zidane hanya tertawa. “Justru itu! Kalian keterlaluan! Apa yang aku lakukan ini hanya untuk membalas sedikit rasa sakit hatiku!”Seketika Liora jadi teringat alasan kenapa dia berada di sana.“Maafkan aku, Zid. Aku tahu aku sudah menyakiti hatimu. Tapi ... jika kita meneruskan ini, aku akan semakin melukaimu, Zid. Aku ... kau adalah temanku. Aku ...”Liora kehilangan kata-katanya. Dia
Di dalam kamar, Zidane menatap tubuh Liora dengan pandangan tergiur.Sungguh tubuh istrinya ini sangatlah menggiurkan.Walau tidak sebahenol Janet, tapi Liora memiliki tubuh idealnya sendiri. Tubuh yang seharusnya menjadi miliknya.Zidane mulai mengelus bagian-bagian yang menggiurkan. Dia memulainya dari pinggul.Sungguh halus dan mulus pinggul Liora. Berbeda dengan kulit Janet yang kasar dengan sedikit bersisik.Di benaknya dia berpikir bahwa Liora masih sah istrinya. Dia bisa dan berhak atas tubuh Liora.Zidane semakin menggila dan mulai mengendus leher Liora.Dia mengecup lembut seraya merayapkan bibirnya menuruni leher hingga ke bahu terbuka Liora.Aroma Liora sangat menggiurkan baginya.Tangannya pun tak tinggal diam, meremas dada Liora dan mulai berusaha melepaskan tali bra.Klik!Kaitan bra terlepas, kini saatnya mulai melepas bra dan menikmati hidangan utama tubuh Liora.Tepat saat itu,Teriakan Zach membahana dari balik pintu yang telah dikunci Zidane.Dia memang membiarkan k
“Duduk dulu, Honey,” kata Zidane dengan suara lembut yang di telinga Liora seperti dibuat-buat.Sedikit bingung Liora mendengarnya. Setelah lama Zidane memanggilnya dengan nama, kenapa sekarang tiba-tiba Zidane memanggilnya honey lagi.Liora pun duduk sementara Zidane ke dapur dan membuatkannya minum.Mendengar bunyi gelas dan air, Liora pun gegas menyusul. “Tidak perlu, Zid. Tidak perlu repot-repot padaku.”“Tidak apa-apa.”Zidane selesai membuatkan minum untuk Liora segelas teh chamomile kesukaan Liora.“Diminum,” kata Zidane lagi saat melihat Liora hanya memegangi gelas itu.Tak enak pada Zidane, Liora pun meminumnya dua teguk. Lalu meletakkan di meja dapur.“Enak?”“Enak. Terima kasih, Zid.”“Kau mau sekalian mengambil baju-bajumu? Masih banyak bajumu di sini.”Berpikir ada Zach di tempat parkir yang menungguinya, Liora pun setuju. Setidaknya dia bisa mengambil setengah pakaiannya saja sudah sangat bagus.“Silakan,” kata Zidane seraya mengulurkan tangannya ke arah kamar.Liora mel
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments