Share

Dia Bukan Pacarmu Lagi!

"Ayo kita berangkat sekarang, Chant!" Suara maskulin dari belakang punggung sofa itu membuat Chantal menolehkan kepalanya.

Tatapan mata wanita itu terjatuh dari ujung sepatu fantofel hitam di atas lantai kayu mengkilap itu hingga naik ke wajah berkarakter yang tak dapat dipungkiri memang istimewa. 'He's charming actually!' batin Chantal tanpa ingin mengungkapkan isi kepalanya.

"Tentu saja, mari kita pergi berpesta, Jordan!" sahut Chantal seraya melemparkan senyumnya kepada lelaki gagah berparas tampan di hadapannya.

Jordan tidak mencukur bulu-bulu gelap kecoklatan di wajahnya yang membuat penampilannya macho dan nampak jantan sekalipun setelan tuxedo warna khaki yang dikenakannya sangatlah rapi. Tak ada kesan nerdy atau culun sama sekali dalam pancaran aura kuatnya.

Langkah kaki Chantal anggun mendekati Jordan lalu meletakkan tangannya di lengan pria yang tengah menawannya itu. 

"Welcome to Holywood life, Chantal. Kamu akan bertemu banyak selebritis dan kaum jetset di pesta nanti," ujar Jordan seraya menggandeng wanita itu menuju ke arah pintu keluar penthousenya.

Mendengar ucapan Jordan, dia hanya tertawa pelan. "Aku sudah terbiasa menghadiri pesta semacam yang akan kita hadiri. Namun, aku tak ingat bahwa kita pernah berpapasan satu sama lain, Jordan. Bagaimana denganmu?" balas Chantal ketika mereka berdua turun dari lantai teratas gedung Sky Eternity Intercontinental menuju ke lantai lobi.

Pria galant itu mengendikkan bahunya sembari menatap Chantal. "Mungkin pernah, tapi aku lupa. Terlalu banyak wanita cantik dan sexy di setiap pesta yang kuhadiri. Sayangnya aku hadir hanya sekadar sebuah kewajiban sosial salah satu konglomerat di LA yang tercinta ini," jawabnya.

"Ohh ... tentu saja!" sahut Chantal singkat karena tak ingin melayani ego pria dominan yang tajir melintir di sisinya.

"TING." Bunyi lift VIP telah sampai di lantai lobi terdengar nyaring. 

Pasangan muda mudi memesona itu pun melangkah keluar dari lift dan menyeberangi lantai lobi berlantai marmer beige yang luas tersebut. Di depan pintu keluar gedung telah menunggu sebuah limosine hitam mengkilap. Sopir pribadi Jordan membukakan pintu mobil untuk mereka berdua.

Jordan membiarkan Chantal naik terlebih dahulu ke dalam limosine tersebut. Setelahnya dia menyusul dan duduk bersebelahan dengan wanita cantik nan anggun itu.

Seperti biasa lalu lintas kota metropolitan tersebut ramai teratur dengan semarak lampu kota di kanan kiri jalan raya. Mobil mereka melaju dengan kecepatan sedang stabil menuju ke Hotel Four Seasons yang menjadi venue acara pesta malam ini.

"Boleh aku bertanya sesuatu, Jordan?" tanya Chantal.

"Katakan—" 

Chantal berdehem melegakan kerongkongannya yang kering sebelum berkata, "Bagaimana bila kau tidak bisa memancing papaku keluar dari tempat persembunyiannya dengan cara menawanku?" 

"Entahlah. Kita belum mencobanya, aku lebih suka bereksperimen sebelum menarik kesimpulan bahwa caraku pasti gagal," jawab Jordan santai sembari menatap dengan menyelidik ke wajah Chantal, "jangan harap bisa memanipulasi pikiranku dengan menanyakan hal seperti itu!" lanjutnya.

Maka Chantal pun buru-buru berkelit, "Bukan begitu maksudku—" 

"Jangan berbohong atau hidungmu akan bertambah panjang seperti Pinochio!" Jordan tertawa mengejek Chantal. Kemudian dia menambahkan kata-kata pedasnya, "Pak Tua dan puterinya sama-sama licik. Like father like daughter!"

Rasa dongkol di hati Chantal karena hinaan Jordan membuat wajahnya masam dan memilih untuk bungkam menatap ke jendela di sisinya. Wajah tampan yang dimiliki Jordan Fremantle berbanding terbalik dengan sikap buruknya.

'Papa, kenapa kau selalu membuat hidupku rumit? Aku tertawan oleh megalomaniac menyebalkan ini!' sembur Chantal dalam hatinya, kesal pada Jordan dan papa kandungnya yang entah dimana, lenyap bagai ditelan bumi.

Mobil mewah itu berhenti di depan pintu lobi Hotel Four Seasons dan segera dibukakan pintunya oleh bell boy yang menyambut tamu. Jordan yang turun lebih dahulu dan langsung mengulurkan tangan kanannya kepada Chantal yang masih berada di dalam mobil. Dia tak ingin wanita itu disentuh oleh pria lain.

Dengan anggun Chantal turun dari mobil dibantu oleh Jordan. Kemudian mereka berjalan bersama menyeberangi lobi yang dipadati orang-orang dengan berbagai kepentingan. Sebagian besar berpenampilan rapi seperti mereka yang kemungkinan akan menghadiri pesta yang sama di hotel tersebut.

Jordan merangkul pinggang Chantal yang berlekuk ramping dengan posesif sembari mengantre lift bersama pengunjung hotel yang lainnya. Setelah lift kosong dari lantai atas terbuka, mereka berdua pun masuk bersama penumpang lift lainnya.

Ketika mereka sampai di lantai ballroom tempat pesta perayaan ulang tahun tycoon multimedia yang menguasai pangsa pasar dunia hiburan, Harold Luthner. Lautan manusia dengan berbagai penampilan tumpah ruah di ruangan tersebut.

Suara hingar bingar musik techno DJ memeriahkan suasana pesta yang heboh. Lampu disko berpendar membuat hidup seisi ruangan dengan sorot warna-warni. Jordan berusaha mengedarkan pandangannya mencari sosok tuan rumah pesta di antara tamu pesta yang membludak.

Akhirnya dia melihat kerumunan orang di satu titik dan mengenali wajah yang menjadi pusat perhatian di sana. Harold Luthner yang berkulit hitam dan bertubuh jangkung atletis itu merupakan magnet acara meriah malam ini. Jordan menghampiri pria itu yang segera disambut dengan pelukan hangat.

"Hey, Jordan. Terima kasih karena sudah datang. Bagaimana bisnismu, lancar?" sapa Harold.

"Selamat ulang tahun, Harold. Lancar seperti biasanya, hanya saja 50 juta dolarku melayang karena Lawrence Brickman sialan itu membawa kabur modal penyertaanku untuk megaproyek kami!" jawab Jordan mengungkapkan kekesalannya kepada Harold yang juga mengenal ayah Chantal sebagai rekan bisnis.

Tatapan Harold berpindah ke partner pesta yang dibawa Jordan dan dia sedikit terkejut karena mengenali Chantal. Dia pun menjabat tangan wanita muda di sebelah Jordan itu seraya menyapanya, "Hello, Chantal Cantik. Dimana papamu? Kuharap tua bangka itu tak menyusahkanmu karena masalah yang dibuatnya kepada Jordan!"

Belum juga Chantal sempat menjawab pertanyaan kenalan papanya yang juga dia kenal dengan baik. Sebuah suara pria yang terdengar familiar memanggilnya, "Hai Chantal Sayang!" 

Kerutan kening dengan alis yang bertemu sengit mengungkap ekspresi ketidaksenangan Jordan saat ia menoleh melihat siapa pria itu. Dan tanpa etika pria muda berpenampilan necis itu memeluk dan mencium Chantal di hadapannya.

"Damn! Chant, siapa pria norak ini?" Suara Jordan berdentum di balik punggung Chantal.

Wanita itu pun membalik badannya menatap Jordan yang emosinya bercampur aduk. "Ehh ini—" 

"David Guilermo, kenalkan ... aku pacar Chantal!" Pria berperawakan kekar dan jangkung bermata biru dengan paras tak kalah tampan dari Jordan itu mengulurkan tangan kanannya ke arahnya.

Namun, Jordan malah bersedekap mengabaikan uluran tangan pria bertuxedo Armani biru tua itu sembari menyeringai angkuh. "Dia bukan pacarmu lagi kalau begitu! Perlu kau tahu, Chantal adalah wanitaku sekarang," balas Jordan dengan nada arogan menatap tajam ke lawan bicaranya.

David sontak menoleh ke arah Chantal dengan ekspresi seolah harga dirinya tersakiti. "Benarkah itu, Chant? Kita saling mencintai bukan, siapa pula pria sok-sokan ini? Dia mengklaim kau sebagai wanitanya. Hmm!" tuntut David Guilermo yang tentu saja tidak terima dan sama sekali tidak paham dengan situasi terbaru yang terjadi. Dia mulai berpikir Chantal berkhianat di balik punggungnya.

Sementara Harold Luthner yang mendapat tontonan menarik terkekeh menunggu jawaban Chantal yang akan memenangkan posisi salah satu dari kedua pria dengan ego setinggi Mount Everest tersebut. 

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Aan Supriyatin
seruuu up Thor suka sekali
goodnovel comment avatar
Nanda Yusra
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Yus Nida
bagus banget ceritanya sayangnya berbayar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status