Share

Manis Tapi Berbisa

last update Last Updated: 2023-04-25 17:41:21

"TING TONG." Bel pintu penthouse milik Jordan Fremantle berbunyi. 

Pria yang sedang memerangkap tubuh Chantal Brickman pun terpaksa membatalkan niatnya untuk menggoda gadis itu dengan sedikit agresif. Jordan bangkit dari kasurnya lalu berjalan membukakan pintu untuk tamunya.

Pintu itu pun mengayun terbuka dan sosok berseragam putih khas dokter tersenyum memamerkan sederet gigi putihnya yang tersusun rapi. "Selamat petang, Mister Fremantle. Siap melayani Anda, Sir!" ucapnya.

"Selamat petang, Dokter Damian Brinkeley. Silakan masuk," sambut Jordan dengan sopan seraya menggeser tubuhnya agar tamunya dapat masuk ke penthousenya.

"Jadi, dimana pasien saya, Mister Fremantle?" tanya Dokter Damian seraya mengedarkan pandangannya di ruangan luas berinterior mewah itu mencari-cari manusia selain mereka berdua.

Jordan pun berjalan mendahului dokter pribadinya menuju ke tempat tidurnya. "Kucing kecil yang terluka itu ada di atas ranjangku, Dok. Hati-hati karena dia sedikit bengal!" Tawa Jordan terdengar membahana di kamar tidurnya.

"Pasti seorang wanita bertemperamen panas ya? Baiklah—" Dokter Damian mengikuti langkah Jordan hingga dia bertemu dengan pasiennya yang penampilannya sedikit berantakan, tetapi tak mengurangi kadar kemolekannya dari sisi manapun. "Menarik!" gumamnya saat bertemu pandang dengan sepasang mata hijau bak zamrud Colombia.

Dokter Damian pun mengitari ranjang raksasa tersebut lalu duduk di tepiannya. Dia berkata dengan nada ramah, "So ... apakah ada yang perlu saya sembuhkan, Nona Cantik? 

Melihat dokter muda itu sepertinya tertarik kepada Chantal, dengan suara keras bernada tajam Jordan berseru, "Obati pergelangan tangannya, Dokter Damian. Pembuluh darahnya cedera karena terlalu halus dan aku memegangnya agak kencang tadi!"

Kedua kepala di atas ranjang lebar itu sontak menoleh bersamaan ke arah Jordan. Aura dominan dan sebersit keposesifan terasa nyata menggantung di udara. Dokter Damian Brinkeley pun tahu diri, kliennya nampaknya memiliki hubungan spesial dengan makhluk cantik di hadapannya itu.

"Ohh, baiklah. Saya akan memeriksanya segera, Mister Fremantle!" sahut Dokter Damian lalu dengan cekatan tanpa banyak bicara dia mulai memeriksa pergelangan kanan tangan Chantal.

"Siapa namamu, Miss?" tanya Dokter Damian sembari mengambil sebuah tube salep dari tas medisnya. Kemudian dia mengoleskan salep tersebut ke pergelangan tangan yang membiru kemerahan akibat kondisi hematoma. 

Sembari tersenyum ramah wanita muda itu menjawab, "Namaku Chantal Brickman, Dok. Apakah ini tidak berbahaya? Rasanya nyeri dan tanganku sedikit tak bertenaga sekarang."

"Ohh—benar, itu efek pecah pembuluh darah nadi. Istirahatkan sejenak tangan kananmu dan oleskan salep ini 3 kali sehari maka segalanya akan membaik, oke?" tutur Dokter Damian Brinkeley seraya menyerahkan tube salep tersebut ke telapak tangan Chantal.

Setelah memeriksa tekanan darah, reflek pupil, dan ritme napas serta jantung pasiennya, Dokter Damian memutuskan bahwa kondisi Chantal secara umum baik-baik saja. Dia pun bangkit dari tepi ranjang dan berkata kepada Jordan, "Nona ini baik-baik saja kondisinya selain hematoma di pergelangan tangan kanannya. Saran saya lebih baik perlakukan dia dengan lebih lembut karena dinding pembuluh darahnya tipis sehingga mudah pecah bila tertekan keras."

"Baiklah, akan kuingat pesan darimu, Dok. Pembayaran jasa Anda akan ditransfer sekretaris pribadiku. Terima kasih sudah mau datang ke mari," ujar Jordan sembari mengantar Dokter Damian menuju ke pintu keluar penthousenya.

"Sama-sama, Sir. Kalau begitu saya pamit dulu. Sampai jumpa!" balas Dokter Damian tanpa ingin berlama-lama di sana. Dia melangkah cepat menuju ke lift untuk turun dari lantai 80 gedung pencakar langit yang tinggi menjulang di tengah kota Los Angeles tersebut.

Kepergian dokter pribadi Jordan bertepatan dengan pegawai room service yang mengantar pesanan makan malam Jordan. Dia pun membiarkan pria muda itu masuk menghidangkan berbagai masakan Italia di meja makan bundar di penthousenya.

Dengan langkah ringan Jordan pun menjemput Chantal di tempat tidurnya. Dia mengulurkan tangan kanannya seraya berkata, "Dinner is ready. Ayo Cantik isi perutmu sebelum jatuh sakit. Hari masih panjang, aku ingin kau bersiap setelah makan untuk menghadiri undangan pesta mewah di hotel tak jauh dari sini bersamaku."

"Terserah saja, bukankah aku saat ini berstatus tawananmu, Jordan?" sahut Chantal dengan nada dingin. Satu hal yang terpenting adalah mengisi perutnya yang kosong dan kadar gula dalam darahnya agaknya menurun drastis karena puasa yang dipaksakan.

Sembari menikmati makan malam yang agaknya terlalu awal, Jordan memandangi cara makan Chantal yang anggun. Dia pun penasaran untuk mengetahui latar belakang kehidupan wanita itu lebih dalam lagi. 

"Pada hari biasa, apa yang kau kerjakan, Chantal? Kuharap bukan sekadar menghabiskan uang papamu yang didapat secara haram," tanya Jordan dengan sarkastis.

Chantal tidak menyukai dirinya dihakimi dengan semena-mena atas dosa papanya. Dia sama sekali tak ada hubungannya dengan raibnya modal jumbo milik pria yang duduk di samping kursinya saat ini.

"Apa perlu aku menjawab pertanyaan dengan disertai tuduhan tanpa dasar darimu, Sir?" balas Chantal dengan keenganan nyata. Dia pun tersenyum sinis sembari mengunyah polpette di mulutnya.

"Katakan saja jawaban yang kuminta, Cantik. Kau terlalu gemar memancing amarahku!" Jordan bersikap acuh dan mengambil menu lain di meja makan untuk mengenyangkan perutnya.

Chantal pun menjawab santai, "Aku desainer fashion dari sebuah rumah mode terkemuka berkelas internasional. Aset berharga bagi majikanku, kalau aku menghilang ... mereka pasti akan mencariku." 

"Hmm ... pekerjaan yang menarik. Setidaknya kau bukan wanita tak berguna yang hanya bisa menghamburkan uang dan penggila pesta dengan seks bebas pada umumnya wanita di Hollywood," balas Jordan merendahkan Chantal sekali lagi hingga wanita itu memutar bola matanya.

"Menghina orang sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging dalam dirimu, Jordan. Sepertinya aku akan mengalami tekanan batin akut bila terlalu sering bersama denganmu!"  Chantal menggunakan tangan kirinya untuk mengangkat gelas bertangkai tinggi berisi air mineral untuk minum lalu dia meletakkannya kembali ke meja. 

"Permisi!" Wanita bermata hijau itu bangkit berdiri dari kursi dan hendak meninggalkan meja makan. Namun, lengan Jordan menangkap pinggang ramping Chantal dengan sigap hingga bokong wanita itu sontak jatuh ke pangkuannya.

"AAARRGHH!" pekik Chantal terkejut. Bibirnya segera dikuasai oleh Jordan hingga tak mampu melancarkan protesnya. 

Kepalan tangan wanita itu terlalu mungil untuk mencederai Jordan dengan pukulan-pukulannya. Ketika ciuman paksa itu berakhir, napas keduanya tersengal-sengal dan mereka saling bertukar tatapan.

"Aku suka bibirmu yang manis, tapi berbisa itu, Chant! Kau lebih cantik bila tidak berbicara sinis seperti ini," ujar Jordan membelai bibir bawah Chantal dengan ibu jari tangannya. 

"Sayangnya aku bukanlah istrimu, aku hanyalah tawananmu untuk memancing papaku keluar dari tempat persembunyiannya bukan, Mister Jordan Fremantle?" tepis Chantal dengan nada kesal.

Alis Jordan berkerut sengit. Dia pun menjawab perkataan Chantal, "Kalau dengan menikahimu maka bisa menjinakkan temperamen liarmu ini, ada bagusnya kita lakukan usaha itu, Chantal Brickman. Aku tidak keberatan dan ketahuilah bahwa aku seorang pria single potensial yang menjadi incaran banyak gold digger di luar sana. Kau beruntung!"

Mulut Chantal ternganga dengan tidak anggun mendengar ucapan Jordan. Dia tak menyangka akan ada pikiran sekonyol itu dalam diri pria egois di hadapannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Fitri Sulaekah
hmmmm asikkkk
goodnovel comment avatar
Aan Supriyatin
up Thor cerita suka sekali
goodnovel comment avatar
Nanda Yusra
bagus dong bisa jadi istri
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Terlarang Sang CEO   Love is Blind (THE END)

    "Hello, Gorgeous!" Perempuan itu tersenyum miring di ambang pintu penthouse Calvin Fremantle yang berada di Queens, New York.Calvin mendengkus geli sembari bersedekap menghadapi Jessica Carrera. Dia sudah sebulan ini menghindari wanita muda yang merengek meminta alamat tempat tinggalnya sekarang."Bagaimana bisa kau mendapatkan alamat tempat tinggalku, Jess?" tanya Calvin menghela napas dalam-dalam lalu mempersilakan wanita yang jauh-jauh terbang dari Los Angeles ke tempatnya itu masuk.Ketika Calvin menutup pintu penthousenya, Jessica segera memeluknya erat dari belakang punggungnya. "Aku mendesak Jordan agar memberi tahukan alamatmu. Kau tega meninggalkanku, Honey!" rajuknya."Hmm ... memang hanya Jordan yang mengetahui tempat tinggalku dan beberapa kolega dekatku yang pastinya tak kau kenal," jawab Calvin dengan perasaan bercampur aduk. Dia lalu bertanya, "Jess, untuk apa kau mencariku? Bukankah banyak pemuda yang berlutut di bawah kakimu untuk mendapatkan perhatian darimu?"Jessi

  • Gairah Terlarang Sang CEO   Akhir Kemelut Dari Pembalasan Dendam David Guilermo

    "Welcome home, Jordan, Chantal!" sambut Calvin di ruangan CEO Sky Eternity Intercontinental Tower. Dia memeluk hangat putera dan menantu kesayangannya bergantian. Kemudian dia menggendong cucu pertamanya sembari menyapa Raphael juga yang menjawab dengan bahasa bayi."Papa, maaf telah merepotkanmu begitu lama!" ujar Jordan sambil terkekeh mengamati kakek dan cucunya yang cepat sekali akrab itu."Hey, it's okay. Duduk dulu di sofa dan mengobrol," ajak Calvin berjalan menuju ke sofa vinyl hitam.Setelah duduk Jordan bertanya, "Apa Papa tertarik untuk menetap di LA? Aku akan suruh bawahanku menyiapkan unit mewah yang kosong di SEI Tower."Penthouse Jordan hanya memiliki sebuah ranjang dan dia telah kembali meninggalinya tak lama lagi. Calvin pun mengerti itu tanpa harus dikatakan secara lugas oleh puteranya. Maka dia pun menjawab, "Lebih baik sore nanti Papa kembali ke Queens, tak perlu repot-repot menyiapkannya, Jordan!""Aku ikut apa yang baik menurut Papa saja. Di SEI Tower banyak unit

  • Gairah Terlarang Sang CEO   Ulang Tahun Pertama Raphael

    Pemberhentian kapal Fortune Marine selanjutnya adalah Norwegia. Negara yang tenang dan sedikit penduduknya itu alamnya masih banyak yang tak tersentuh karena terdiri dari fyord, pegunungan tinggi yang tertutup salju, dan lembah bertebing curam. Julukannya adalah The Land of Midnight Sun karena pada puncak musim panas bulan Mei dan Juni, matahari masih tampak bersinar pada malam hari. Namun, saat itu bulan Oktober.Kapal Jordan mengarungi perairan Laut Norwegia menuju ke Kepulauan Lofoten di malam hari dengan kecepatan yang diperlambat oleh Kapten Andres Fuller. Malam itu Jordan sengaja mengajak Chantal naik ke dek kapal untuk melihat langit menakjubkan yang bertabur bintang dan dapat melihat perubahan cahaya warna-warni di kejauhan di atas daratan."Indah bukan?" tanya Jordan memegangi gelas berisi port wine dengan seringai lebar di wajahnya sembari menemani Chantal yang sedang mengamati langit dengan teleskop tersangga sebuah tripod.Donovan dan John sekali lagi beralih profesi menja

  • Gairah Terlarang Sang CEO   Melintasi Samudera Atlantik Hingga Tiba Di Portugal

    Tiga minggu lamanya Jordan dan Chantal berada di Afrika Selatan. Mereka berpidah-pindah kota dari Johannesburg ke ibu kota Pretoria yang jalanannya dinaungi pohon Jacaranda di tepian kanan kiri hingga nampak rindang. Pada musim semi bunganya yang berwarna ungu penuh mengiasi setiap rantingnya yang subur.Kemudian juga mereka mengunjungi Pantai Nahoon di East London yang berombak dan cocok untuk berselancar. Jordan menyukai surfing, dia menyewa papan selancar di tempat persewaan bersama Donovan serta beberapa rekan pengawalnya yang memang bisa berselancar. Sedangkan, Chantal duduk bersantai di tepi pantai bersama Raphael menikmati sinar hangat matahari sambil minum air kelapa muda asli yang banyak dijual di sana.Setelah itu mereka juga mengunjungi Knysna, sebuah kota di sebelah laguna yang dihiasi hutan-hutan kuno indah dan pegunungan yang mengelilinginya. Di sana mereka berkunjung ke Taman Nasional Tsitsikamma.Upington yang berada di tepi Sungai Orange tak ketinggalan didatangi juga

  • Gairah Terlarang Sang CEO   Welcome to Africa

    Mendekati perairan Afrika Selatan gelombang lautan semakin tenang, cuaca cerah dan mataharu bersinar terik di siang hari. Jordan dan seisi kapal Fortune Marine sudah tidak memerlukan pakaian rangkap lagi seperti ketika mereka melintasi perairan Antartika."Sebetulnya apa yang membuatmu ingin mengunjungi Afrika, Jordan?" tanya Chantal yang berdiri bersama suaminya di dek kapal. "Afrika Selatan negara yang unik, percayalah ... perjalanan berat kita akan terbayar saat kau melihat-lihat seperti apa Negeri Pelangi itu. Hanya Afrika Selatan yang memiliki 3 ibu kota di seluruh dunia, Pretoria, Cape Town, dan Bloemfonstein. Namun, kota terbesarnya adalah Johannesburg yang menjadi penghasil emas, berlian, nikel, dan logam lainnya. Selain itu hanya di negara ini kita bisa menemukan satwa the big five yang liar paling sulit diburu; macan tutul, badak, kerbau Cape, gajah Afrika, dan singa. Aku akan mengajakmu ke Kruger National Park, itu salah satu game reserve terbesar di dunia. Kita akan kelil

  • Gairah Terlarang Sang CEO   Ingin Bercinta Dari Pagi Hingga Pagi Berikutnya

    Kapten Andres Fuller ternyata tidak menemukan kerusakan pada bodi maupun mesin kapal Fortune Marine. Maka Jordan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan bertolak dari dermaga di siang hari usai makan siang di salah satu restoran yang ada di pelabuhan. "Aku senang kita bisa berlayar lagi. Suhu udara yang membekukan hingga ke tulang nampaknya tak cocok denganku, Jordan!" ujar Chantal saat kapal sudah mulai melaju dalam kecepatan stabil 21 knots.Gelombang laut Samudera Selatan masih tenang dan Kapten Andres memanfaatkan waktu di mana matahari masih bersinar sekalipun tidak secerah di daerah tropis. "Nampaknya kita akan menghabiskan waktu agak lama di lautan, semoga bahan bakarnya cukup," jawab Jordan yang tidak terlalu optimis dengan perjalanan mereka. "Mungkin akan membosankan, Jordan. Aku rindu menetap di daratan," ujar Chantal dengan nada lesu. Tidur di atas kapal yang terombang-ambing di tengah lautan terkadang membuatnya cemas.Kapal itu melaju setiap hari di saat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status