Share

Keputusan Sulit

Author: Ririichan13
last update Last Updated: 2025-09-19 20:13:42

Nara memacu motornya dengan kecepatan sedang cenderung tinggi. Setelah mendapat telpon dari Arka, pikirannya langsung kalut dan membayangkan yang tidak-tidak.

Ia pun akhirnya memutuskan untuk pulang, meskipun harus kembali berdebat kecil dengan Marvel karena lelaki itu tak mengijinkannya.

Begitu selesai memarkirkan motornya, ia melangkah tergesa menuju lantai tiga, tempat dimana Gabby di rawat.

Di depan ruang rawat, Nara bisa melihat jelas Arka sedang berdiri dengan gelisah. Tanpa pikir panjang, ia buru-buru menghampirinya meskipun dengan sedikit terengah.

"Ar, ada apa? Gabby nggak apa-apa kan?" tanyanya dengan napas yang memburu.

Arka menoleh, mencoba tersenyum sebelum akhirnya menggeleng pelan.

"Tadi ... Gabby sempat kejang, Mbak, dan Mbak diminta segera menemui dokter Setya di ruangannya," ucapnya lirih sambil tertunduk.

Nara terdiam sebentar, melongok ke arah kamar pasien, lalu melirik sekilas ke ujung lorong. Ia mendesah pelan, lalu mendorong pintu kamar pasien, memilih untuk bertemu sang anak dulu.

Begitu masuk, hatinya kembali teriris melihat keadaan sang anak. Tubuh mungil anak itu terbaring lemah dengan selang oksigen yang masih terpasang. Matanya tertutup, napasnya naik turun dengan pelan.

“Gabby … Ibu sudah di sini,” bisiknya di telinga sang anak.

Air mata yang tadi berhasil ia tahan, kini kembali jatuh. Nara menunduk, mencium jemari putranya berkali-kali.

Tak lama, pintu kamar kembali terbuka. Arka masuk bersama seorang dokter yang merawat sang anak. Dialah Dokter Setya.

"Selamat sore, Bu Nara," sapanya dengan nada selembut mungkin. "Ada yang perlu saya bicarakan soal kondisi Gabriel."

Nara buru-buru berdiri, menyeka air mata dengan punggung tangannya. "Iya, Dok. Bagaimana kondisi anak saya sekarang? Apa jantungnya masih aman?"

Dokter Setya menarik napas panjang, lalu menatapnya penuh empati.

"Kita bicarakan di ruangan saya saja bagaimana? Takutnya jika di sini, Gabriel akan dengar dan memicu jantungnya kembali terkejut."

Nara menatap ke arah Gabby sebentar sebelum akhirnya mengangguk mantap.

Dokter Setya melangkah lebih dahulu keluar dari ruangan, baru setelah itu Nara menyusulnya dari belakang.

***

"Silakan duduk dulu, Bu Nara," ucap Dokter Setya ramah.

"Terimakasih, Dok," ucap Nara seraya duduk di depan meja kerja sang dokter.

Suasana pun sedikit hening dan canggung untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Dokter Setya kembali bersuara.

"Jadi gini, Bu. Kami di sini sudah berusaha memberikan perawatan terbaik untuk Gabriel. Tapi sayangnya, kita butuh tindakan lanjutan. Kita harus segera melakukan operasi pemasangan ring di jantungnya. Karena kalau tidak segera ... saya khawatir kondisinya makin memburuk."

Jantung Nara serasa diremas. Ia kehilangan kata-kata. Ia hanya bisa menunduk sambil memainkan jemarinya.

"Harus sesegera mungkin kah, Dok? Tak bisa menunggu 3 atau 4 hari lagi? Atau mungkin minggu depan?" tanya Nara pelan, nyaris seperti bisikan.

Dokter Setya mendesah pelan sebelum akhirnya menggeleng. "Tidak bisa, Bu, maaf. Saya menyarankan dalam waktu dua hari ini, kalau bisa Gabriel harus segera dilakukan tindakan."

"Du-- dua hari?" tanya Nara memastikan.

"Iya, Bu, dan ini hasil pemeriksaan yang kita lakukan siang tadi terkait kondisi jantung Gabriel," jawab sang dokter seraya menyerahkan selembar kertas kepadanya.

Tubuh Nara seketika melemas. Ia menelan ludahnya, suaranya tercekat.

"Ba-baik, Dok. Akan segera saya usahakan. Apapun, asal Gabby bisa selamat dan segera sembuh.

Dokter Setya hanya mengangguk pelan, lalu segera berdiri dari duduknya dan menghampiri Nara. Ia menepuk pelan pundak wanita itu sambil berkata, "terimakasih, Bu. Kami akan menunggu keputusan ibu secepatnya. Karena setiap jam yang berlalu sangat berharga bagi Gabriel."

Nara hanya mengangguk lalu segera bangkit dan ijin pamit keluar dari ruangan itu.

Begitu keluar dari ruangan Setya, ia kembali melangkah menuju ruangan sang anak. Namun, ia tak langsung masuk ke dalam.

Ia berdiri sejenak di sana, menggenggam erat kertas hasil pemeriksaan yang diberikan sang dokter tadi. Ia menggeleng pelan, berusaha menahan sesak dan tangis yang hampir keluar.

"Astagfirullah, aku harus apa sekarang?" tanyanya lirih, kepada dirinya sendiri.

Setelah beberapa saat, barulah ia berani membuka pintu kamar ruangan sang anak.

Arka masih berada di sana, duduk di sebelah Gabby seraya menggenggam jemari sang anak.

Nara melangkah menghampiri, lalu mengecup pelan pucuk kepala sang anak.

"Bismilah ya, Nak, kita berjuang bersama ya," bisiknya pelan.

"Mbak, kita harus cari jalan," ucap Arka tiba-tiba.

"Aku punya ide, kita jual aja rumah peninggalan Papa Mama gimana? Terus kita ngontrak dan aku juga bakalan berhenti sekolah dan kerja buat bantu Mbak."

Sontak, ide yang Arka keluarkan membuat Nara seketika terkejut. Ia menoleh lalu menggeleng dengan tegas.

Ia segera menghampiri sang adik, lalu membelai rambut adik lelakinya itu dengan lembut.

"Jangan pernah berpikir yang tidak-tidak, Arka! Rumah itu adalah satu-satunya harta yang kita punya dari orang tua kita. Sampai kapanpun kakak nggak akan pernah jual rumah itu," ucapnya datar tapi penuh penekanan.

"Dan satu lagi, jangan pernah berpikir untuk berhenti sekolah. Jangan buat Mbak merasa kembali gagal sebagai pengganti orang tua, Dek."

Arka tertunduk diam, ingin rasanya membantah tapi ia pun tak kuasa untuk melawan.

Nara melangkah menjauh, memilih duduk di sofa sambil menenggelamkan wajahnya ke salah satu bantal.

Dalam diamnya, bayangan tawaran Marvel kembali berputar di kepala.

'Kamu butuh uang untuk pengobatan anakmu, dan saya butuh kamu untuk memuaskan hasrat saya. Bukankah itu adil?'

Kalimat itu terus terngiang di telinganya, membuat kepalanya terasa berdenyut hebat. Ia memejamkan mata sebentar, lalu meremas rambutnya dengan kedua tangan.

“Ya Allah … apa ini satu-satunya jalan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 24

    Begitu tiba di parkiran motor, Arka berdiri sebentar lalu celingukan mencari motor sang kakak."Motor Mbak dimana? Kok nggak ada?" tanya Arka sedikit bingung.Nara hanya tersenyum lalu menggeleng pelan. "Hari ini, Mbak dijemput sama Pak Marvel. Jadi, nggak bawa motor. Mbak nebeng kamu yah. Nanti, kita mampir di warung pecel depan gang."Arka mengangguk lalu tersenyum senang. Warung pecel depan gang adalah tempat makan favoritnya. Selain karena harganya yang murah, rasa ayam gorengnya juga bikin nagih dan enak.Ia pun segera menyalakan motornya lalu memakai helm. Nara pun segera naik di jok belakang dan memegang pinggang Arka.Perlahan, motor pun mulai melaju meninggalkan rumah sakit.Sekitar dua puluh menit kemudian, akhirnya mereka pun tiba di warung pecel depan gang. Nara turun duluan lalu disusul oleh Arka dibelakangnya."Mau makan di sini atau bawa pulang, Ka?" tanya Nara pelan."Makan di sini aja, Mbak. Aku kangen makan berdua sama Mbak tanpa gangguan Gabby," jawabnya ceplas-cepl

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 23

    "Jadi gini, Ka," ucap Nara pelan, berusaha meredam gemuruh di dadanya."Kan, Bu Aluna ini model yah. Dia itu super sibuk banget dan jarang banget buat ada di rumah. Sementara Pak Marvel, itu selalu stay di sini maksudnya di daerah sini. Paling jauh pun cuma ke Bandung itu pun untuk pekerjaan kantor. Nah, maksud Bu Aluna ini, dia minta tolong sama Mbak buat ngurus semua perlengkapan dan keperluan pribadinya Pak Marvel gitu. Jadi, Bu Aluna bisa fokus ke karirnya."Arka terdiam sesaat, mencoba mencerna ucapan dari sang kakak saat itu. Setelah beberapa saat, ia pun kembali bersuara."Jadi, Mbak kek ngurusin segala keperluan Pak Marvel gitu kah? Kek nyiapin makan, baju terus ngatur jadwal di kantor dan dirumah, gitu bukan?" tanya Arka berusaha mencerna semuanya."Yup, bener banget. Tapi, hanya sebatas itu, pikiran mu jangan kemana-mana yah," ucap Nara sambil menyentil pelan kening Arka.Arka terkekeh pelan. Sepertinya sang kakak tau kemana arah pembicaraan mereka."Asal nggak sampe kejadia

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 22

    Nara kembali mendesah pelan. Ia tahu, kali ini Marvel tidak akan main-main. Ia sudah hafal karakter sang bos jika bernegosiasi. Jika ia sudah menawarkan jaminan masa depan untuk anak dan adiknya, pasti lelaki itu akan menepatinya.Tapi yang jadi masalahnya adalah harga yang harus Nara bayarkan sangatlah mahal. Ia dituntut untuk meninggalkan semua moral yang selama ini ia pegang teguh."Mau ke rumah sakit atau langsung pulang?" tanya Marvel. Suaranya terdengar lebih pelan dan juga ringan."Rumah sakit saja, Kak. Kemungkinan Gabby malam ini akan pindah ke ruang rawat. Jadi, sudah pasti saya harus mendampinginya," jawab Nara.Marvel hanya mengangguk lalu kembali fokus pada jalanan di depannya.Setelah hampir setengah jam kemudian, akhirnya mobil pun tiba di parkiran rumah sakit."Sudah tidak ada rapat lagi kan setelah ini?" tanya Marvel memastikan."Sudah, Kak," jawab Nara. "Pertemuan dengan ABC Corp di reschedule ulang menjadi besok pagi, karena itu malam ini tidak jadi."Marvel kembali

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 21

    Nara membelalak matanya tak percaya. Tubuhnya pun mendadak kaku dan wajahnya berubah menjadi pias. Bukan karena tawaran Marvel saja, melainkan karena cara Marvel melontarkan kata-kata itu, terlalu mudah dan juga dingin."A--apa? Apa maksud kakak?" tanya Nara dengan sedikit tergagap.Nara menggosok kupingnya pelan, berharap agar kalimat yang ia dengar tadi adalah salah. Namun, saat Marvel kembali mengatakan itu, reaksi tubuhnya tetap sama."Maksud apa? Aku hanya menawarkan bagaimana kalau kita menikah siri. Apa ada yang salah?" tanyanya lagi.Suaranya tetap sama seperti tadi, tenang dan juga dalam.Nara menggeleng pelan, ia tak percaya bahwa Marvel akan mengatakan itu dengan tiba-tiba.Hening pun kembali menyelimuti mereka berdua. Tak ada percakapan lagi, hanya ada kecanggungan yang ada. Hingga akhirnya, getaran ponsel Nara membuyarkan keheningan diantara mereka.Nara bergegas mengambil ponselnya, melihat siapa yang menelpon. Nama 'Aluna' terpampang jelas di layar ponselnya.Nara mengg

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 20

    Setelah mengatakan itu, keduanya pun saling melirik satu sama lain dan mengangguk mantap.Nara segera menutup tab-nya begitu pun dengan Marvel yang segera berdiri dan merapihkan jas mahalnya."Saya akan berikan waktu 1 x 24 jam untuk Anda mempertimbangkan ulang. Jika Anda setuju dengan kenaikan maksimal 5%, kita lanjutkan. Jika tidak, anggap saja kontrak ini berakhir," tambahnya seraya berbalik.Bu Tania yang sedang terkejut itu masih diam sampai akhirnya ia bisa menguasai keadaan."Pak Marvel, tunggu!" panggil Bu Tania, namun sayangnya Marvel dan Nara sama sekali tak menggubrisnya.Keduanya melangkah dengan mantap menuju lift dan turun ke lantai bawah, tanpa sekalipun melirik ke arah belakang.Saat keduanya sudah berada di dalam mobil, Nara tak kuasa untuk tak memuji ketenangan Marvel tadi."Gila, Kak! Sumpah itu keren banget tau! Hampir semua orang tau, kalau Bu Tania itu paling susah di lobby, tapi sama kakak ... keren! Aku nggak bisa berkata-kata lagi!" seru Nara dengan antusias,

  • Gairah Terlarang Sang Presdir    Bab 19

    Nara terdiam. Kata-kata itu seolah menamparnya secara halus. Lelaki itu benar, sangat benar malah.Semalam, ia menikmati apa yang dilakukan oleh Marvel terhadap tubuhnya, bahkan ia bisa tidur nyenyak setelahnya. Padahal beberapa hari ini jadwal tidurnya sempat terganggu dan hanya tidur-tidur ayam.Tapi, berbeda dengan malam itu. Rasa lelah yang berada di tubuhnya seolah pergi begitu saja, meninggalkan sedikit kenyamanan di tubuhnya.Namun, tentu saja Nara malu mengakuinya. Tidak. Tidak untuk saat ini, begitu lah pikirnya.Ia menghembuskan napas pelan, menata suaranya agar terdengar biasa saja meskipun saat itu ada sedikit rasa bersalah yang mendera."Menikmati, ya? Kenapa Kakak begitu yakin jika saya menikmati sentuhan kakak semalam?" tanyanya pelan.Marvel menoleh, memicingkan matanya sedikit sebelum akhirnya kembali fokus ke jalanan macet yang ada di depannya."Entah. Tapi hanya feeling saja. Buktinya, kamu langsung menerima tawaran Aluna untuk mengurus semua keperluan saya dan ting

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status