Sepanjang perjalanan, terlihat Ayuna lebih banyak bicara, entah apa yang gadis itu bicarakan, sehingga membuat Jaka yang mendengar tersenyum."Oh, jadi dulu Neng Ayuna dan Mba Lola satu fakultas?" tanya Jaka. Ternyata gadis itu sedang menceritakan tentang kehidupannya saat dulu dirinya berkuliah di kota."Ya, begitulah. Kamu sendiri?""Hah? Apanya Neng?" Jaka merasa bingung dengan pertanyaan gadis itu, hingga beberapa saat kemudian Jaka mengerti arah pertanyaan gadis itu. "Oh, saya hanya tamatan SMK Neng, makanya hanya bisa jadi buruh pabrik," jelas Jaka."Oh, maaf aku tidak tahu." Entah kenapa Ayuna tiba-tiba saja merasa tidak enak, namun saat melihat senyum pemuda itu seketika membuat gadis tersebut mengerutkan dahi. "Kenapa kamu senyum begitu?" tanya Ayuna yang merasa sedikit heran. "Tidak apa-apa, Neng tidak perlu merasa tidak enak, karena pada dasarnya, itu memang sesuatu kenyataan," jelas Jaka. Ayuna tidak lagi bicara, gadis itu terlihat sibuk dengan pikirannya, sedangkan Jaka
Mendengar ada seorang pria yang mengaku sebagai kekasih Ayuna membuat Jaka sedikit terkejut. Karena setahu lelaki itu, Ayuna tidak memiliki seorang kekasih, bahkan gadis itu juga pernah mengatakan hal itu padanya. Namun sekarang tiba-tiba ada yang mengaku sebagai kekasih dari gadis itu, Jaka berpikir mungkinkah waktu itu Ayuna berbohong? pikir Jaka."Ridwan, kau di sini?" tanya Ayuna sedikit terkejut. Gadis itu melirik kearah Jaka yang terlihat diam, bahkan lelaki itu seolah tidak perduli dengan keberadaan lelaki yang bernama Ridwan tersebut."Tentu Sayang, aku mencari mu selama ini, dan akhirnya kita bertemu secara tidak sengaja di tempat ini, bukankah berarti semua itu takdir?" ucap lelaki tersebut."Hah, Takdir? sepertinya kau terlalu naif, kita itu tidak ada hubungan apapun, bahkan sejak dulu. Kau jangan mengaku-ngaku sebagai kekasihku, aku tidak suka kau berbicara seperti itu, karena kau akan membuat orang lain salah paham," ucap Ayuna, sambil melirik ke arah Jaka, yang ada itu m
Ridwan masih menatap dengan pupil mata yang melebar, mulutnya juga terlihat sedikit terbuka. Masih tidak percaya jika Ayuna berani melakukan hal tersebut di depan matanya."Sekarang kamu puas? Bisa tinggalkan kami?!Ridwan yang kehabisan kata-kata, langsung meninggalkan keduanya dengan perasaan yang kesal. Sementara Ayuna menghela nafas lega, namun itu hanya sementara, setelah ini gadis itu akan menghadapi amarah Jaka. Ya, Ayuna merasa bersalah pada lelaki itu karena perbuatannya barusan.Ayuna menatap kearah Jaka dengan tatapan bersalahnya, sedangkan lelaki itu menatap datar. "Jaka aku minta maaf karena sudah melibatkan mu dalam urusanku, aku--""Sebaiknya kita pergi dari sini, saya tidak ingin semangkin jadi tontonan oleh semua orang," ucap Jaka dengan nada dingin, Jaka yang biasanya selalu lembut dan kalem, namun saat ini terlihat berbeda, membuat Ayuna menelan ludahnya susah payah. Ayuna yakin jika Jaka sangat marah padanya, tatapan mata lelaki itu berbeda dari biasanya.Ayuna men
Di salah satu penginapan yang ada di pinggiran kota, terlihat sepasang anak manusia yang terlihat terus menatap ke arah luar jendela. Menatap langit yang sedikit gelap, dikarenakan hujan yang turun dengan derasnya di siang hari tersebut. Ayuna dan Jaka terpaksa memilih untuk mencari tempat berteduh karena hujan yang datang secara tiba-tiba. Sebenarnya bisa saja mereka berteduh di dalam mobil, namun karena Ayuna melihat ada penginapan di seberang jalan, akhirnya gadis itu mengajak Jaka untuk berteduh di sana. Awalnya pemuda tersebut menolak, karena itu adalah sebuah hotel. Rasanya lelaki itu kurang nyaman jika datang dan berteduh di tempat tersebut bersama dengan seorang wanita. Namun karena Ayuna terus memaksa, akhirnya Jaka hanya bisa pasrah.Jaka menengadah ke atas langit yang terlihat masih di tutupi oleh awan hitam. "Sepertinya hujannya semangkin deras, bagai mana ini," gumam Jaka. Beberapa waktu yang lalu, Indah kekasihnya baru saja mengirim pesan padanya, dan mengatakan ingin b
"Mengapa Neng Ayuna berkata seperti itu? Apa kamu sengaja ingin menggodaku?""Hah?" Ayuna mengedip beberapa kali, sambil mencerna ucapan Jaka barusan, apa dia tidak salah dengar? Apa lelaki itu baru saja memintanya untuk tidur bersama?"Maaf, saya tadi hanya bercanda Neng, tidak perlu diambil hati," ucap Jaka yang merasa tidak enak. Tadinya ia hanya ingin membalas candaan gadis itu, namun sepertinya Ayuna menanggapi serius, Jaka takut gadis itu salah paham dan malah menyebutnya sebagai lelaki berengsek. Ayuna memang cukup kaget, hingga membuat gadis itu terbengong, sebab memang lelaki itu tidak pernah memberikan candaan yang seperti itu, sebab Jaka selalu sopan padanya, berbeda halnya jika yang mengatakan itu adalah Ciko, pasti Ayuna akan bereaksi lain."I-iya,"'Jika pun kamu berkata dengan sungguh-sungguh, mungkin aku akan memikirkannya Jaka,' batin Ayuna."Jaka sebaiknya kamu tetap berada di kamar ini, aku bisa tidur di tempat lain kok,"Jaka menarik nafas dalam, dan membuangnya pe
Malam semakin larut, kini waktu sudah menunjukan pukul dua belas malam, walaupun sudah sangat larut, namun tidak membuat seorang pemuda bisa memejamkan matanya. Bagai mana mungkin dirinya bisa tidur, jika di depan matanya ada seorang gadis cantik. Dan siapa lagi pemuda itu kalau bukan Jaka, seorang pemuda biasa saja, namun memiliki sejuta pesona, sehingga bisa membuat semua gadis kampung menyukainya, termasuk gadis tercantik, yaitu putri dari seorang Juragan kampung, siapa lagi kalau bukan Ayuna. Gadis itu bahkan bertekat akan membuat Jaka menjadi miliknya bagai manapun caranya.'Bagai mana bisa gadis itu tidur dengan begitu nyenyak? Apa dia tidak takut satu kamar dengan seorang pria?' batin Jaka sambil terus memperhatikan wajah Ayuna. Terlihat sangat cantik, wajah polos tanpa make'up. Membuat lelaki mana saja pasti akan langsung jatuh cinta padanya, munafik jika Jaka tidak terpesona dengan kecantikan yang dimiliki oleh wanita itu, namun bagi Jaka, dirinya hanya sekedar kagum dengan p
Feri baru saja menyalakan mesin motornya, dan bersiap untuk berangkat kerja. Sedangkan di dalam kamar, Lola juga tengah bersiap untuk pergi, rencananya wanita itu akan melakukan misi. Ya, Lola akan mengintai suaminya bekerja, walaupun awalnya Lola berniat untuk tidak ingin perduli, namun semua itu hanya karena amarahnya saja. Bagai mana mungkin ia akan diam begitu saja, jika suaminya diluar sana ketahuan bermain api, maka Lola akan membuat perhitungan, dan akan membuat lelaki itu menyesal seumur hidup.Setelah kepergian suaminya, Lola langsung mengeluarkan motor matic miliknya yang tersimpan di garasi samping rumah, motor yang sangat jarang ia gunakan, sebab selama ini Feri selalu melarangnya bepergian tanpa dirinya, dan jika pun ada kepentingan diluar, maka Lola harus pergi bersama Feri.Dari kejauhan Lola bisa melihat motor yang dikendarai suaminya, wanita itu sedikit melajukan motornya agar tidak kehilangan jejak, entah mengapa hati Lola mengatakan jika suaminya itu tidak langsung
Di perkebunan, terlihat Jaka sedang beraktivitas seperti biasanya, panen kali ini seperti biasa, selalu memuaskan. Jaka dan satu orang temannya terlihat sedang mengumpulkan buah kelapa sawit, sedangkan yang lain masih sibuk mengaitkan pisau tajam, yang sedikit panjang dengan bentuk yang melengkung itu dibagian pelepah sawit, memotong batang daun tersebut, agar mudah untuk mengambil buahnya."Aakkh ..." pekik Jaka saat kakinya tidak sengaja tertimpa buah kelapa sawit. Untung saja bukan jatuh dari atas pohon, melainkan dari tangan Jaka saat hendak memindahkan buah kelapa sawit tersebut. Jaka yang saat itu kurang hati-hati membuat buah itu terlepas dari tangannya dan langsung jatuh mengenai ujung kakinya."Astaga Jaka, kau tidak apa-apa?" Cepat temannya itu menyingkirkan buah kelapa sawit tersebut dari kaki Jaka, terlihat kaki pemuda itu berdarah, mungkin karena tertusuk buah tersebut yang memang cukup tajam."Ada apa? Kaki kau kenapa Jak?" tanya beberapa orang teman lainnya yang datang