Satu tepukan di bahu gadis itu membuat Ayuna tersentak, dan langsung membuyarkan lamunannya. Gadis itu berbalik untuk melihat siapa yang telah menepuk pundaknya itu."Bu Romlah," ucap Ayuna dengan suara lirih. Tadinya gadis itu merasa sedikit kesal karena tepukan tersebut, namun saat melihat ternyata orang tersebut adalah ibu dari lelaki pujaan hatinya, Ayuna langsung tersenyum."Kenapa berdiri di sini saja? Di sana juga ada Indah, ayo bergabung bersama mereka," ajak Bu Romlah tanpa tahu bagai mana sakitnya perasaan Ayuna saat ini. Sebenarnya rumah tersebut tidaklah luas, hanya saja dari pintu masuk ke arah ruang tengah, memiliki setengah dinding yang menghalangi, sehingga baik Jaka maupun Indah tidak begitu jelas jika melihat dari arah ruang tamu."Jaka, ini ada Neng Ayuna datang. Katanya mau jenguk kamu," ucap Bu Romlah sambil melangkah bersama Ayuna, menuju di mana Jaka dan Indah berada. "Eh, Neng Ayuna datang." Jaka tersenyum menyambut kedatangan Ayuna. Sementara Indah terlihat j
Ayuna mengepalkan tangannya, matanya tiba-tiba memanas, bahkan mata itu kini sudah mulai mengembun, dan siap tumpah dari kelopak matanya. Mendengar kenyataan pahit, langsung dari mulut orang yang bersangkutan membuat hati Ayuna hancur berkeping-keping, bahkan perasaan itu belum ia ungkapkan sama sekali kepada pemilik hatinya tersebut, rasa kekalahan sebelum berperang membuat gadis itu terpuruk. Ayuna mengepalkan tangannya, lalu mencengkram kuat kursi rotan yang ada dikedua sisi tempat duduknya. Gadis itu menyorot tajam, ke arah sepasang kekasih yang masih terlihat sibuk bicara, Jaka yang menjelaskan hubungan diantara mereka berdua kepada Indah, sang kekasih hati, tanpa memperdulikan Ayuna yang masih berada di sana. Hingga akhirnya lelaki itu bisa meluluhkan kembali hati sang pujaan hati, dengan ucapannya yang penuh dengan kata cinta. Yang tanpa disadari oleh Jaka, malah membuat hati gadis lain yang ada di sana hancur tiada berbentuk."Jadi kamu percaya kan sama Abang?""Iya, aku perca
Tiga hari sudah berlalu, terlihat Jaka sudah bersiap, sepertinya pemuda itu akan berangkat untuk pergi ke perkebunan."Loh Nak, kau mau kemana sudah rapi begitu?" tanya Bu Romlah. Wanita paruh baya itu sedang menata makanan di atas meja, untuk sarapan pagi keluarga kecilnya."Mau ke perkebunan Bu," jawab pemuda itu seadanya. Lalu menarik kursi dan mendudukinya."Apa kakimu sudah sembuh?""Sudah mendingan Bu, Jaka bosan terus berdiam diri dirumah, Jaka mau bekerja saja," "Baiklah kalau memang itu keputusanmu, tetapi kamu harus hati-hati kalau bekerja, jangan suka melamun, kalau lelah istirahat. Mengerti?" Bu Romlah memberikan wejangan kepada putranya tersebut."Iya Bu, Jaka mengerti. Oya, kemana Bapak?""Oh, Bapakmu tadi pagi-pagi sekali pergi ke kampung sebelah, ada urusan dengan Pamanmu,"Setelah sarapan, Jaka lalu berpamitan pergi ke perkebunan, pemuda itu mengendarai motor tua milik ayahnya dengan kecepatan sedang. Sedangkan di tempat lain, terlihat Ayuna baru saja keluar dari rum
"Hah?" Jaka melongo mendengar penuturan temannya tersebut. Sebenarnya sejak awal Jaka juga sempat berpikir jika Ayuna bersikap terlalu baik padanya, dalam hati Jaka apakah gadis itu menyukainya? Namun dengan cepat lelaki itu menghalau pikiran halu nya tersebut, mana mungkin seorang putri juragan kampung bisa menyukai lelaki miskin seperti dirinya. Jaka yang tidak ingin ge'er mencoba mengabaikannya saja saat itu."Yaelah Jaka, jadi kau tidak tahu? Ck, sayang sekali, padahal bening gitu, anak tunggal pula. Mungkin jika kau mau jadi kekasihnya, kau akan dapatkan semuanya Jaka," ucap Wawan dengan pikiran konyolnya."Pikiranmu itu sudah tidak waras ya Wan? Kau sendiri tahu kalau saya memiliki Indah, mana mungkin bersama Neng Ayuna." Jaka kesal mendengar ucapan temannya itu, yang menurutnya sangat ngawur."Ha ...ha ... aku hanya bercanda, dan menggoda mu, siapa sangka tanggapanmu akan semarah ini,""Saya tidak suka bercanda masalah perasaan Wan, sudahlah sebaiknya kita jangan membahas ini l
Jaka berjalan menuju gedung berlantai dua, milik Juragan Wildan. Beberapa saat yang lalu, Wawan baru saja memberitahunya jika Juragan Wildan sedang mencarinya. TokTokTokJaka mengetuk pintu, yang memang tidak tertutup. Alias pintu ruangan tersebut terbuka dengan sempurna. Pemuda itu melihat Ayuna sedang berbicara dengan Juragan Wildan, entah apa yang sedang dibicarakan ayah dan anak tersebut, namun terlihat sangat serius. Jaka tidak ingin mengganggu dan masih setia menunggu keduanya sampai selesai bicara."Ya sudah Ayah, kalau begitu aku pergi dulu," ucap gadis itu sambil tersenyum kepada ayahnya. Ayuna melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan tersebut, begitu sampai didepan Jaka, gadis itu menatap Jaka dengan tatapan datar, membuat Jaka yang melihat itu merasa heran, sebagai tidak biasanya Ayuna bersikap seperti itu. Setelah itu ayuna langsung melangkah keluar tanpa mengatakan apapun kepada lelaki itu, membuat Jaka sedikit penasaran atas sikap gadis itu yang berbeda dari bia
Jaka memarkirkan motornya dihalaman rumah, lalu melangkah dengan lesu memasuki rumah di mana dirinya tinggal selama 23 tahun ini. Baru saja akan masuk kedalam Jaka langsung mendapat teguran dari Pak Agus, yang memang sedang menunggu kedatangannya sejak tadi. Setelah mendapat kabar jika putranya telah melakukan kecurangan Pak Agus langsung tidak tenang."Jaka apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Juragan Wildan mengatakan jika kau telah menjual puluhan ton buah kelapa sawit pada seorang penadah?""Pak, sabar dulu. Biarkan Jaka duduk dulu, ayo Nak, kau duduk dulu, dan ini di minum air nya," ucap Bu Romlah menenangkan suaminya, lalu setelah itu menyodorkan segelas air kepada putranya tersebut.Jaka mengambil minuman tersebut, lalu meneguknya hingga tandas, memikirkan semua masalah yang tiba-tiba menimpanya membuat tenggorokannya terasa kering, dengan kepala yang berdenyut nyeri."Sekarang coba kamu jelaskan sama ibu dan Bapakmu Nak, apa yang terjadi di perkebunan? Dan kenapa Juragan Wildan
"Saya tidak mau tahu Agus, saya mau anakmu tetap bertanggung jawab. Kalau tidak saya akan memasukan Jaka kedalam penjara." Juragan Wildan menatap tajam kearah Pak Agus."Bagai mana caranya Juragan? Kami hanya orang miskin, dan kami tidak punya uang untuk mengganti rugi, saya mohon Juragan, " ucap Pak Agus. Lelaki paruh baya itu mengatupkan kedua tangannya di atas dada, memohon berharap sang juragan kampung, agar anaknya Jaka tidak dimasukan dalam jeruji besi, apa lagi Juragan Wildan meminta uang yang dikembalikan menjadi tiga kali lipat dari tuduhan tersebut, yang awalnya 50 juta menjadi 150 juta. Tentu itu membuat Pak Agus semakin bingung.Juragan Wildan melirik kearah Ayuna, terlihat gadis itu menggeleng pelan. Melihat itu Juragan Wildan hanya bisa menghela nafas berat."Maaf Gus, asal kamu tahu, karena ulah Jaka, saya mengalami kerugian yang sangat besar, dan saya tidak bisa memaafkan begitu saja,"Jaka menatap orang tuanya dengan tatapan sedih, hatinya sangat marah, karena kebodoh
Orang itu merasakan panas di hatinya, saat sepasang kekasih itu terlihat romantis."Kita lihat, apakah setelah ini kalian masih bisa saling menempel seperti ini," gumamnya. Setelah itu orang tersebut langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.Indah menyandarkan kepalanya di bahu sang kekasih. "Bang Jaka, Bapak ingin bertemu dengan Abang," ucap Indah yang langsung membuat Jaka langsung menoleh ke arah gadis itu."Kapan?""Besok Bang, sepertinya mau membahas masalah pernikahan kita," jawab gadis itu sambil tersenyum. Namun senyum itu surut kala melihat Jaka tidak bereaksi apapun, Jaka terlihat melamun dan memikirkan sesuatu, membuat gadis itu sedikit penasaran.Ya, seharusnya Jaka merasa senang dengan berita ini, ini adalah keinginan pemuda itu sejak lama, namun yang kini Jaka rasakan malah sebaliknya, pada kenyataannya lelaki itu malah merasa jika ini belum waktunya, masih ada masalah, dan ini harus diselesaikannya terlebih dahulu."Ada apa Bang? Apa Abang tidak suka dengan kabar bah