Beranda / Romansa / Gairah Tersembunyi Bos Killer / Bab 8. Rahasia Dibalik Sandwich

Share

Bab 8. Rahasia Dibalik Sandwich

Penulis: El Hawra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-15 16:55:38

Seorang pria yang sudah dikenal Nathan langsung masuk, ia nampak terkejut melihat Nathan yang terbatuk-batuk, ia melihat ke atas meja, terhidang beberapa potong sandwich yang terlihat menggugah selera. Nathan segera meraih gelas dan meneguk air putih untuk menetralisir tersedaknya.

“Brengsek! Kenapa masuk nggak ketuk pintu dulu?” hardik Nathan.

Lelaki yang baru datang itu menggaruk rambutnya sambil nyengir, “He he, sorry bos, aku lupa,” jawab Michael polos. Tanpa disuruh ia langsung duduk di samping Nathan.

“Wah, sepertinya lezat, Tan. Aku nggak ditawari, nih?” Rengek Michael sambil menatap sandwich di meja.

“Memang belum sarapan, Mike?” tanya Nathan melanjutkan makannya, Michael menggeleng.

“Ya sudah, ambil sepotong aja, jangan lebih,” tegas Nathan.

“Ha ha ha, sejak kapan bos yang satu ini pelit sama sarapan, biasanya kalau  makanan langsung dikasih aku untuk dihabiskan.” Michael tertawa sambil menggerutu, namun tangannnya aktif meraih sepotong sandwich.

“Ck, berisik! Ini beda, ini spesial.” Kedua pria itu sibuk mengunyah makanan di atas meja hingga ludes tak bersisa.

“Tan, enak banget. Pesan di mana? aku mau pesan juga besok.” Michael berkata serius.

“Enak, kan?” tanya Nathan sambil tersenyum.

“Nagih,” jawab Michael, “beli di mana? aku mau pesan.” Nathan tidak menjawab, pria itu hanya tersenyum.

“Ya elah, Tan. Aku mau beli sendiri, gak minta ditraktir, kasih aku nomor teleponnya aja, aku mau pesan.”

“Ck, apa sih, Mike. Itu kan hanya sandwich, kamu bisa pesan di mana pun.” Nathan beralasan, ia tidak mungkin mengatakan kalau itu buatan Nina, belum waktunya sahabatnya ini tahu.

“ini beda, Tan. Seperti buatan chef terkenal.” Michael berkata serius, “kamu tahu kan, aku tuh penggila kuliner, jadi bisa tahu mana buatan tangan orang biasa, mana buatan seorang chef.”

Nathan tertawa mendengar analisa sahabatnya, Michael tertegun manakala Nathan menjelaskan kalau itu hanya buatan tangan biasa, bukan chef. Namun Nathan berkeras tidak memberitahu, membuat Michael semakin penasaran.

“Tenang saja, besok akan aku pesankan lagi, kamu datang saja ke mari,” ujar Nathan.

“Serius, Tan?” tanya Michael berbinar, Nathan mengangguk, “eit, tapi ada syaratnya,” imbuh Nathan. Michael menatap sahabatnya penuh tanya. “Ketuk pintu dulu sebelum masuk, kamu hampir saja membuat aku mati karena tersedak.”

Michael tak bisa menahan tawanya, ia terbahak-bahak melihat tingkah aneh sahabatnya itu, “Okay, boss. Sorry.”

Kedua sahabat sekaligus sepupu itu pun terlibat perbincangan serius, apalagi kalau bukan masalah pribadi Nathan dengan keluarganya.

“Hmm, jadi begitu?” gumam Nathan.

“Benar, Tan. Kamu harus meyakinkan kakek supaya hubungan formalitas kalian segera diakhiri.” Michael berpendapat, ia merasa gerah melihat wanita yang secara formalitas menjadi bagian keluarga besarnya, namun tingkahnya sangat bertolak belakang dengan prinsip keluarga besar mereka.

“Kakek nggak akan bisa berbuat apa-apa, Mike. Karena term and conditions nya sudah jelas, jika aku menikah dengan gadis yang aku cintai dan mencintai aku, maka hubungan formalitas itu akan berakhir dengan sendirinya.” Nathan menegaskan.

“Iya tapi sampai kapan, Tan. Kamu sendiri seperti gunung es begitu sama perempuan, bagaimana kamu akan bisa mendapatkan cinta sejati. Tiap hari ngedate sama berkas-berkas terus,” keluh Michael, ia prihatin dengan kehidupan sahabatnya ini.

Nathan tersenyum menatap sahabatnya, “Tenang, Bro. Matahari hangat akan segera melelehkan bongkahan es itu, saat itu musim semi akan tiba, bunga-bunga akan bermekeran indah.” Nathan menepuk bahu Michael yang terbengong-bengong mendengarkan ucapan sepupunya itu.

Nathan bergegas ke luar untuk meeting dengan klien, sebelumnya ia berpesan pada Emi agar siang nanti Richard dan Nina harus sudah siap mempresentasikan laporan mereka.

“Emi,” panggil Mike yang masih terdiam membeku di ruangan Nathan.

“Iya, Pak Mike,” jawab wanita itu sigap.

“Apa bos kamu salah minum obat?” tanya Mike dengan kebingungannya.

“Maksudnya bagaimana, Pak?” jawab Emi heran, “Pak Nathan sehat-sehat saja, jadi tidak meminum obat apa pun.”

Michael menghela napas, “Maksudku ada yang aneh sama bos kamu itu, kata-katanya barusan bukan seperti ucapan seorang Nathan.”

“Maaf, Pak. Kalau mengenai kata-kata itu saya tidak mengerti, tapi aktifitas pak Nathan biasa saja, tidak ada yang aneh.” Emi terdiam sejenak, “oh iya, bedanya pagi ini Pak Nathan sarapan sandwich.”

“Nah sandwich,” potong Michael, rasa penasarannya kembali muncul, “Nathan pesan sandwich di mana?”

“Itu tidak pesan, Pak. Tapi kiriman dari seseorang,” ucap Emi.

“Seseorang? Siapa?” tanya Michael semakin bingung.

“Maaf, Pak. Saya tidak bisa memberitahukan.” Emi akan selalu mejaga rahasia bosnya, itu adalah bagian dari tugasnya. “Saya permisi, Pak. Masih banyak yang harus saya kerjakan.” Wanita itu pun segera berbalik, meninggalkan Michael yang masih kebingungan.

“Tunggu-tunggu, Emi!”  Michael bergegas mengejar Emi. Wanita itu berhenti, lalu menatap Mike.

“Apakah yang mengirim perempuan?” tanya Michael.

“Ya, perempuan,” jawab Emi datar, ia bergegas melangkah dengan kaki panjangnya. Michael mengangguk-angguk sambil tersenyum.

“Sepertinya si Nathan sudah menemukan tambatan hatinya, tapi gadis mana yang tahan sama gunung es itu, tapi ini menarik, aku harus cari tahu, sepertinya ada rahasia dibalik sandwich lezat itu,” gumam Michael, lelaki yang berprofesi sebagai lawyer itu bergegas meninggalkan kantor Nathan.

Emi secara terpisah memberitahukan pesan Nathan pada Nina dan Richard.  Asisten Nathan itu juga memberikan sebandel berkas yang telah ia buat salinan hard copy dari laporan proposal yang dibuat Nina.

Jam makan siang pun tiba, Laura segera mengajak Nina makan siang bersama, seperti biasanya. Nina tidak banyak bicara, gadis cantik yang biasanya energik itu menjadi pendiam, terlihat ada kemurungan dan kegugupan di wajah cantiknya.

“Nina, kamu kenapa?” tanya Laura bingung. Belum sempat Nina berucap, tiba-tiba seorang pria telah berdiri di depan mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mila Comel
serruuuu banget jadi kepo sama ending nya nih gimana mhuhehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 166. Bayi Kembar

    Nathan tertegun, “Maaf, maksudnya bagaimana?” “Begini, Sir. Saya adalah president direktur di salah satu perusahaan di Belfast, jadi saya bisa dengan mudah memberikan Anda jabatan di perusahaan saya, sehingga Anda tidak menganggur di sini.” Pria itu berkata dengan bangga, ia adalah suami dari salah satu sepupu Nina yang tidak memiliki peranan di Kastil O’Meisceall, ia bisa hadir di acara itu karena sang istri mendapat undangan, sebab ayahnya adalah salah satu sepupu Lord Arthur. “Oh, terima kasih atas penawaran dan kebaikan Anda.” Nathan menjawab sambil tersenyum, meskipun jauh di hatinya ia kesal, karena secara tidak langsung mereka menuduh Nathan menumpang hidup pada keluarga istrinya. Secara kebetulan Aran mendengar pembicaraan lelaki itu, ia merasa berkewajiban meluruskan semuanya. “Haha, apa yang kau tawarkan pada Sir Nathan Wilson tadi?” Aran tertawa sambil mendekati Nathan dan pria tadi, tentu saja tawa Aran itu mengundang perhatian yang lain, sehingga mereka semua menoleh

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 165. Sir Nathan

    “Tan, kamu harus segera kembali ke Philly.” Kakek Wilson meminta Nathan kembali. Nathan tertegun, mengapa kakeknya memintanya kembali. Sang kakek pun menjelaskan kalau ia sudah berunding dengan paman dan tante Nathan akan mengadakan perayaan atas kehamilan Nina. Karena ini adalah cicit pertamanya dan cucu pertama mereka. “Ya ampun aku kira ada apa, Kek.” Nathan tertawa mendengar penjelasan kakeknya. “Tapi maaf kek, aku dan istriku belum bisa kembali dalam waktu dekat ini, karena saat-saat ini adalah saat-saat rawan untuk kehamilan istriku, ia akan kelelahan melakukan penerbangan jauh.” Terdengar helaan napas kakek Wilson. “Apa kondisi Nina kurang bagus?” “Oh, semuanya bagus, kek. Di sini aku tidak perlu khawatir, karena di Kastil ini ada dokter dan perawat keluarga yang mengawasi dengan ketat, termasuk makanan untuk istriku pun dibuat khusus dengan nutrisi yang tepat untuk usia kehamilan istriku. Selain itu, di sini juga aku tidak perlu khawatir ada orang-orang yang berniat tidak b

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 164. Kabar Bahagia

    “Hal penting, hal penting apa Nathany?” tanya Nina bingung.“Sayang, sebulanan ini kita full bercinta, tidak ada libur semalam pun.”“Kamu bosan, Nathany? Atau lelah?” potong Nina cepat, keduanya adalah pasangan muda yang masih sangat bergairah dalam berhubungan intim.Nathan terkekeh mendengar komentar istrinya. “Bagaimana mungkin aku bosan, sayang. Kamu tahu sendiri kan, aku sering minta nambah.”“Hm, terus?” Nina bingung dengan sikap suaminya.“Aku hanya heran untuk bulan ini, buan-bulan sebelumnya aku biasa libur seminggu di awal bulan, menunggu tamu bulananmu selesai, tapi bulan ini ...”“Nathany.” Nina tersentak mendengar suaminya menyinggung soal tamu bulanan, ia segera bangun dan mengambil ponselnya untuk melihat kalender bulanannya.“Ya Tuhan! Nathany!” Nina terpekik seraya menutup mulutnya.“Kenapa, sayang?” Nathan bangun dan ikut tegang.“My Hubby Baby, aku sudah telat 6 hari,” ujar Nina gembira.“Oh, benarkah?” Nathan terkejut, Nina mengangguk sambil menunjukan jadwal kale

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 163. Keajaiban

    “Dad...” Aran bergumam, matanya berkaca-kaca melihat sang ayah terlihat gagah dan sehat. Sungguh suatu keajaiban. Sebelumnya, sang ayah terlihat tak berdaya, jangankan untuk bisa berjalan seperti itu, untuk bangun saja harus dipapah.Lord Arthur tersenyum pada Aran dan Nathan hangat, ia pun menuju kursi tempat duduknya di tengah-tengah, sedangkan Nina duduk di sebelah kanan di dekatnya, Nathan duduk di samping Nina. Aran duduk berseberangan dengan Nina, ia berada di sebelah kiri ayahnya.“Maaf ya kalau kalian lama menunggu, tadi babby Aliceku tertidur,” ucap Lord Arthur tersenyum sambil melihat Nina yang juga tersenyum malu.“Tidak apa-apa, Dad. Aku sangat bahagia melihat kondisi Daddy sekarang, sungguh suatu keajaiban.” Aran berkata dengan antusias.“Itu benar, Aran. Kita akan merayakan kedatangan Lady Maxwell, sekaligus pengukuhan gelarnya dan pencatatan namanya di daftar keluarga Maxwell.”Lord Arthur berkata dengan penuh semangat, ia memerintahkan Fred untuk mempersiapkan segala s

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 162. Cinta sang Ayah

    “Masalahnya, aku curiga dengan istriku, kak.” Nathan berujar sambil menatap kakak iparnya, wajah tampannya terlihat serius. Wajah Aran pun tak kalah serius melihat adik iparnya seperti itu, curiga? Curiga apa?“Maksudnya bagaimana? Curiga sama Alice? Curiga dalam hal apa?”Rentetan pertanyaan meluncur dari mulut bangsawan muda itu. Nathan menghela napas, ia menjelaskan kalau Nina masih muda, energik dan bukan tipikal wanita manja yang suka mengeluh. Sejak kecil, ibunya telah melatihnya untuk bisa mandiri. Ia selalu tahan menghadapi kesulitan apa pun tanpa pernah mengeluh. Kalau hanya naik turun tangga, itu bukan hal yang bisa membuatnya mengeluh.Dari semenjak Nathan mengenal Nina, tidak pernah wanita itu mengeluh hal apa pun padanya, mereka memang suka mendiskusikan berbagai hal, namun bukan sebagai keluhan. Namun, Nathan ingat, Nina pernah mengeluh sering lelah, gampang merasa capek dan inginnya bermalas-malasan di kamar. Dan itu terjadi beberapa hari sebelum insiden penabrakan terj

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 161. Baby Alice

    Nina dan Nathan tertegun, berita penting? Berita penting apa? Bukankah jamuan makan malam masih akan berlangsung satu jam lagi? Nina dan Nathan segera menemui tuan Fred, lelaki itu diutus secara pribadi oleh Lord Arthur untuk menjemput Nina ke ruangan pribadinya. Nina tertegun, jantungnya berdetak tak menentu, hal yang telah lama ia nanti-nantikan, bertemu langsung dengan sang ayah sebagai anak dan ayah. Nathan bisa merasakan kegelisahan sang istri, ia menepuk bahu Nina dengan lembut, lalu menggenggam erat tangan Nina yang mulai terasa dingin. Nathan mengangguk sambil tersenyum untuk memberikan dukungan. “Ayo sayang, ini waktu yang sekian lama kamu tunggu-tunggu. Aku akan menggendongmu sampai ke bawah.” Nathan mengelus sang istri dengan lembut, Nina mengangguk, support dari sang suami telah membuatnya tenang. Nathan menggendong Nina menuruni anak tangga, meskipun Nina menolak namun Nathan langsung membopong sang istri. “Silahkan sayang, aku akan menungggumu di depan paviliun ini s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status