Share

Bab 7. Sarapan Istimewa

Laura terperanjat, sahabatnya diam mematung memperhatikan sosok seseorang dari kejauhan. Apa sebenarnya yang terjadi dengan Nina? Laura kembali memperhatikan sosok yang sudah menyita perhatian sahabatnya itu. Sosok angkuh dan dingin, yang siap membekukan apa saja, lebih dingin dari es di kutub utara.

“Pak Nathan ganteng ya, Nin. Tapi sayang …”  Laura menggantung kata-katanya untuk memancing Nina.

“Apa?”  tanya Nina linglung, gadis itu seperti baru tersadar dari tidurnya. Laura terkekeh menggoda Nina, kalau Nina tertarik dengan gunung es itu. Namun diluar dugaan Laura justru sahabatnya itu melontarkan pertanyaan yang membuat bola matanya hampir keluar.

“Ra, Pak Nathan itu sudah menikah belum sih?”  tanya Nina santai.

“What?!” respond Laura dengan full keterkejutannya, “Nina, kamu nggak salah minum obat kan, Nin?”

Nina menggelengkan kepalanya dengan bingung, apa yang salah dengan pertanyaannya? Ia pun menjelaskan maksud pertanyaannya, pasalnya ia penasaran dengan sikap sang bos, bisa jadi ia punya masalah di rumah atau keluarganya, sehingga bersikap seperti itu.

Laura pun mengangguk, masuk akal juga apa yang disampaikan Nina. Bisa jadi sang boss punya masalah yang ia tutupi dengan sikap angkuhnya itu.

“Hmm, kalau soal itu aku juga nggak tahu sih, Nin,” gumam Laura pelan, “sepertinya kehidupan pribadi bos kita itu terkunci rapat, hanya orang-orang tertentu yang tahu.”

“Orang-orang tertentu?” ulang Nina.

“Ya, seperti sahabat-sahabat dan keluarganya, kalau karyawannya … sepertinya nggak ada yang tahu.” Laura menjelaskan, ia termasuk karyawan yang sudah lama bekerja di kantor itu, tapi tidak pernah mendengar desas-desus apa pun tentang masalah big bossnya itu.

“Eh tapi ada satu orang yang pasti tahu semua tentang Pak Nathan,” ujar Laura tiba-tiba, Nina menatapnya penasaran. Laura menghela napas sebelum menyebutkan nama yang membuat Nina tersenyum. “Miss. Emi.”

Keduanya pun tertawa, sudah pasti perempuan robot itu tahu, karena ia adalah asisten Nathan, tapi jangan harap dapat informasi apa pun dari mulut perempuan yang oleh para karyawan dijuluki perempuan robot itu.

Laura pun mengingatkan Nina agar berhati-hati dengan rasa penasarannya itu, karena bisa-bisa ia akan jatuh cinta pada laki-laki yang meskipun terlihat angkuh dan dingin, namun sangat kharismatik dan tampan, ia adalah salah satu keajaiban ciptaan Tuhan yang sempurna.

Nina menanggapi ucapan sahabatnya dengan santai dan tertawa kecil, namun Laura menatapnya dengan serius.

“Aku serius, Nina. Kalau kamu beneran tertarik sama Pak Nathan, kamu akan mendapatkan saingan yang berat.” Laura berkata dengan nada khawatir sekaligus mengingatkan.

“Maksudnya gimana, Ra?” Nina bertanya penasaran, ia memang tidak banyak tahu gosip yang beredar di kantor ini.

Laura menghela napas, ia segera melihat ke luar dari arah pintu. Seorang wanita yang tadi terlihat berjalan tergopoh-gopoh, sedang berbicara dengan Nathan. Rupanya wanita itu mengejar Nathan, makanya terlihat terburu-buru.

“Itu …” Nina tidak melanjutkan kata-katanya, ia menatap Nathan yang sedang mendengarkan wanita yang sedang berbicara di hadapannya.

“Ya, itu adalah Bu Victoria, salah satu manager senior yang cukup diperhitungkan kedudukannya di perusahaan ini.” Laura menjelaskan.

“Lalu …?” tanya Nina masih tetap memperhatikan kedua orang yang sedang bercakap-cakap yang jaraknya tidak terlalu jauh itu.

“Lalu? Pertanyaan macam apa itu, Nina.” Laura menggelengkan kepala, “kamu tahu, Nin. Bu Victoria sangat tertarik dengan Pak Nathan, ia berusaha mendapatkan Pak Nathan, ia akan menyingkirkan gadis lain yang akan menjadi pesaingnya.”

“Oh, jadi begitu, aku tidak tahu, Ra.” Nina menjawab polos, membuat Laura menepuk keningnya.

Nathan yang sedang mendengarkan Victoria dapat merasakan tatapan seseorang yang sedang mengawasinya, ia mengalihkan pandangannya ke dalam café, dan sekilas melihat Nina yang sedang menatapnya. Lelaki itu mengucapkan sesuatu pada victoria lalu berbalik pergi ke ruangannya, diikuti sang asisten.

Victoria terlihat sangat kesal dan geram, ia berbalik dan masuk ke dalam café lalu memesan minuman.  Laura dan Nina merasa tidak leluasa, keduanya pun beranjak hendak pergi, namun Victoria menyapanya.

“Saya baru masuk kok kalian mau pergi?” tanya wanita itu, kekesalan masih melintasi wajahnya yang dihiasi makeup lumayan tebal.

“Maaf, Bu. Kami sudah selesai ngopinya,” sahut Laura sambil tersenyum.

“Tidak mau nambah lagi? Pesan saja nanti saya yang bayar.” Wanita itu berkata santai, namun nadanya terdengar dingin..

“Maaf, Bu. Kami harus menyelesaikan pekerjaan yang kemaren tertunda.” Laura beralasan, ia tahu jika tetap di sini bersama Victoria, pasti akan jadi pelampiasan perempuan itu. Tiba-tiba Victoria menatap Nina, dari atas sampai bawah.

“Kamu karyawan baru?” tanyanya sambil menatap Nina, gadis cantik itu mengangguk.

“Sudah berapa lama?” tanya Victoria penasaran.

“7 bulan, Bu,” sahut Nina mantap.

Victoria kembali menelisik Nina, sebagai manager senior ia bisa menilai tipikal seperti apa Nina itu, entah mengapa, jauh di lubuk hatinya ia merasa iri dengan kecantikan gadis muda di hadapannya itu, hanya dengan make-up tipis, namun terpancar aura kecantikan luar biasa yang berasal dari dalam dirinya. Victoria seperti menangkap sinyal, kalau gadis ini karyawan yang istimewa. Ia bisa melihat dari cara berbicaranya, tatapan matanya dan gestur tubuhnya.

Akhirnya Laura dan Nina pun kembali ke ruangan mereka masing-masing, Nina masih ingat pesan Laura sebelum mereka berpisah, “Nina, sedapat mungkin hindari berurusan dengan Bu Victoria.” Kenapa memangnya? Apa perempuan itu jahat? Apa dia sangat berkuasa? Nina menghela napas, sepertinya banyak sekali rahasia yang harus ia kuak.

Sementara itu, ketika Nathan masuk ke ruang kerjanya, ia melihat sebuah totebag di mejanya. Emi menjelaskan kalau itu titipan dari Nina, ia mengangguk dan tersenyum. Lelaki itu segera membuka box makanan yang dititipkan Nina, matanya berbinar melihat beberapa potong sandwich yang terlihat menggugah selera itu. Ia mencobanya sepotong, ternyata sangat enak membuat wajah pria itu berseri-seri.

Ketika ia sedang asik menikmati sarapan spesialnya, tiba-tiba pintu ruangannya di buka tanpa diketuk terlebih dahulu, membuat lelaki itu tersedak karena terkejut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status