Home / Rumah Tangga / Gairah di Balik Tirai Kehidupan / Bab 104: Garis Batas yang Memudar

Share

Bab 104: Garis Batas yang Memudar

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-04-01 23:50:50

Langit Jakarta yang kelabu menyambut Alena saat ia memasuki gedung pencakar langit tempat ia bekerja. Sudah hampir seminggu berlalu sejak pertemuannya dengan Manuel Rivera, dan dokumen-dokumen itu masih tersimpan rapat dalam laci meja kerjanya—seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Lift berdenting pelan saat mencapai lantai 24. Alena menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah keluar. Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya tersenyum sopan, namun Alena tidak bisa mengabaikan tatapan penuh arti dan bisik-bisik yang mengikutinya.

"Selamat pagi, Alena," sapa Dina, resepsionis yang selalu ceria. "Pak Adrian sudah menunggu di ruang konferensi. Rapat pagi dimulai sepuluh menit lagi."

"Terima kasih, Dina," Alena memaksakan senyum. Nama Adrian membuat jantungnya berdegup lebih cepat—campuran antara antisipasi dan kecemasan yang tak bisa ia jelaskan.

Alena bergegas ke mejanya, meletakkan tasnya, dan membuka laptop. Email yang masuk semalam membutuhkan perhatian segera, tetapi piki
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 249

    Alena hampir menabrak Nadira yang sudah berdiri gelisah di depan pintu ruangan Adrian."Len! Apa yang terjadi? Kamu pucat sekali!""Kita harus pergi. Sekarang juga," kata Alena sambil menarik tangan Nadira menuju lift."Tapi—""Please, Nadi. Aku akan cerita nanti. Sekarang kita harus pergi dari sini."Mereka baru sampai di lobby ketika ponsel Alena berdering. Nama "Reno" muncul di layar.Alena menatap ponsel itu seolah melihat bom yang akan meledak. Sudah berhari-hari ia menghindari panggilan dari suaminya, tapi kali ini..."Angkat," kata Nadira lembut. "Kamu harus menghadapinya cepat atau lambat."Dengan tangan gemetar, Alena mengangkat telepon."Halo?" suaranya hampir tak terdengar."Alena." Suara Reno terdengar berbeda. Bukan marah seperti yang ia kira, tapi... lelah. Sangat lelah."Reno, aku—""Jangan bilang apa-apa dulu. Aku cuma mau tanya satu hal, dan aku mau jawaban jujur. Bisa?"Alena menelan ludah. "Iya.""Apakah ini yang kamu pilih? Apakah... apakah pria itu lebih penting d

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 248

    Keesokan paginya, ketika Alena masih terbaring di tempat tidur masa kecilnya dengan mata bengkak karena menangis sepanjang malam, ponselnya berdering. Nomor yang tidak dikenal."Halo?""Alena, ini Sarah, sekretaris Mr. Adrian. Bapak minta Anda datang ke kantor hari ini. Ada hal penting yang perlu dibicarakan."Alena duduk tegak. "Katakan pada dia, aku tidak akan datang.""Ibu Alena," suara Sarah terdengar tidak nyaman, "Bapak bilang... ini menyangkut masa depan Anda. Dan dia berjanji ini akan jadi pertemuan terakhir."Setelah menutup telepon, Alena menatap layar ponsel dengan perasaan campur aduk. Bagian dari dirinya ingin mengabaikan panggilan itu sama sekali, tapi bagian lain—bagian yang sudah terlanjur terjerat dalam permainan Adrian—merasa penasaran dengan apa yang ingin dikatakan pria itu.Nadira, yang sudah menginap di rumah Alena sejak malam sebelumnya, langsung menggeleng ketika mendengar rencana Alena."Len, ini trap. Dia cuma mau manipulasi kamu lagi.""Tapi bagaimana kalau

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 247

    Reno duduk di ruang kerjanya yang sepi, menatap layar laptop dengan mata yang memerah. Artikel demi artikel tentang skandal Adrian Hartono terbuka di berbagai tab browser. Tapi yang membuatnya benar-benar terpukul adalah foto-foto itu—foto Alena tersenyum di samping pria lain, foto mereka berdua yang terlihat begitu intim di restoran mewah.Restoran yang sama tempat Reno dulu bermimpi mengajak Alena untuk merayakan anniversary pernikahan mereka yang kelima."Pak Reno?" Sinta, asistennya, mengetuk pintu dengan hati-hati. "Meeting dengan klien Jepang dimulai lima belas menit lagi.""Cancel," jawab Reno tanpa mengalihkan pandangan dari layar."Tapi Pak, ini meeting yang sudah dijadwalkan sejak—""AKU BILANG CANCEL!" bentak Reno dengan suara yang membuat Sinta tersentak mundur.Setelah Sinta pergi, Reno menutup laptop dengan keras. Tangannya gemetar, entah karena marah atau sakit hati. Atau mungkin keduanya.Selama berbulan-bu

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 246

    Sophia berjalan masuk ke kantor dengan langkah ringan, seolah hari ini adalah hari biasa. Ia menyapa beberapa rekan kerja dengan senyum ramah, berbeda 180 derajat dengan suasana tegang yang menyelimuti seluruh gedung Hartono Digital Solutions."Pagi, Soph," sapa Rina, rekan satu divisinya, dengan wajah cemas. "Kau sudah dengar berita tentang Pak Adrian?""Berita apa?" tanya Sophia dengan ekspresi polos yang dipraktikkan di depan cermin semalam. "Aku tidak sempat baca berita pagi ini.""Ada skandal besar! Pak Adrian ketahuan punya hubungan dengan wanita bersuami. Fotonya sudah tersebar di mana-mana."Sophia membuka mulutnya dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat. "Serius? Dengan siapa?""Belum tahu identitasnya, tapi katanya wanita itu sering datang ke kantor. Mungkin karyawan sini.""Astaga," Sophia menggeleng dengan dramatis. "Padahal aku selalu menganggap Pak Adrian sebagai profesional yang bisa memisahkan urusan pribadi dan pekerjaan."Sementara percakapan itu berlangsung, Sophi

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 245

    Suara Nadira di ujung telepon terdengar khawatir tapi hangat. "Alena? Astaga, aku sudah khawatir sekali. Kau menghilang berbulan-bulan! Apa yang terjadi?"Alena mengusap air mata yang masih mengalir. "Nadi, aku... aku dalam masalah besar. Bisakah kau datang?""Tentu saja. Aku akan ke sana sekarang. Kirim alamatmu."Setelah menutup telepon, Alena duduk terdiam di sofa, menatap pantulan dirinya di layar TV yang mati. Pipinya masih terasa perih, tapi yang lebih menyakitkan adalah kesadaran betapa jauhnya ia telah tersesat dari dirinya sendiri.Sementara itu, di kantor Hartono Digital Solutions, suasana sangat berbeda. Adrian duduk di ruang rapat utama, dikelilingi oleh tim hukum, tim PR, dan beberapa direktur senior. Laptop terbuka di depannya menampilkan puluhan artikel berita yang terus bermunculan."Situasinya semakin buruk, Pak Adrian," lapor Sari, kepala divisi PR dengan wajah tegang. "Portal berita besar sudah mengangkat story ini. Media sosial juga mulai ramai dengan spekulasi.""

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 244

    Alena terbangun karena suara benturan keras—Adrian membanting ponselnya ke meja dengan wajah yang memerah. Jam menunjukkan pukul 6.30 pagi, dan Adrian sudah berpakaian rapi, tapi ekspresinya sangat berbeda dari biasanya."Adrian? Ada apa?" tanya Alena, masih setengah mengantuk."Bangun. Sekarang." Suara Adrian dingin dan berbahaya. "Kita perlu bicara."Alena bangkit dengan perasaan cemas. Ada sesuatu dalam cara Adrian berdiri—kaku, seperti binatang yang siap menyerang. Ia mengambil ponselnya dari nakas, tapi Adrian lebih cepat merebutnya."Jangan sentuh itu," bentak Adrian. "Duduk."Alena duduk di tepi tempat tidur, hatinya berdebar kencang. "Adrian, kau membuatku takut. Ada apa sebenarnya?"Adrian mengambil laptopnya dan membukanya di hadapan Alena. Di layar terpampang website berita bisnis terkemuka dengan headline yang membuat darah Alena membeku:"CEO MUDA BERBAKAT DALAM PUSARAN SKANDAL PERCINTAAN: Diduga Menjalin Hubungan dengan Wanita Bersuami""Baca," perintah Adrian dengan sua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status