Beranda / Rumah Tangga / Gairah di Balik Tirai Kehidupan / Bab 26: Kecemburuan yang Terpendam

Share

Bab 26: Kecemburuan yang Terpendam

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-05 23:45:55

Hari-hari berlalu, dan meskipun Alena berusaha untuk tetap seimbang antara pekerjaan dan rumah tangga, sesuatu mulai terasa berubah. Reno, yang sebelumnya sangat mendukung karier Alena, mulai menunjukkan ketegangan yang semakin jelas. Kecemburuan, yang semula tersembunyi, kini muncul ke permukaan, terutama setiap kali Alena pulang terlambat dari lembur di kantor.

Suatu malam, saat Alena baru saja pulang setelah lembur, ia merasa sangat lelah. Seperti biasa, ia masuk ke rumah dengan tas laptop yang berat dan sepatu hak tinggi yang sudah mulai terasa tidak nyaman. Reno sedang duduk di ruang tamu, menonton televisi dengan tampak tidak terlalu antusias. Wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya.

Alena meletakkan tasnya di meja, berusaha tersenyum lelah. "Maaf, Ren. Lembur lagi. Ada banyak hal yang harus diselesaikan di kantor," ujarnya, sambil melepaskan sepatunya.

Reno hanya mengangguk pelan, tidak mengatakan apapun. Namun, Alena bisa merasakan ketegangan di udara. Ada sesuatu yang be
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 27: Perhatian yang Mulai Terungkap

    Hari-hari berlalu, dan Alena mulai merasa bahwa hubungan profesionalnya dengan Adrian semakin bergeser. Meskipun mereka masih berada di dalam batasan yang jelas, ada momen-momen kecil yang menunjukkan perhatian pribadi dari Adrian yang semakin sulit untuk diabaikan.Suatu pagi, saat Alena sedang menatap layar komputer di ruang kantornya, Adrian datang ke mejanya. Ia membawa secangkir kopi seperti biasa, namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda dalam cara dia mendekatinya. Alih-alih langsung memberikan kopi itu dan meninggalkan ruangannya, Adrian berdiri di depan meja Alena, memperhatikannya sejenak sebelum berbicara."Alena, aku baru saja ingat, kamu bilang suka berjalan di taman saat akhir pekan. Masih sering melakukannya?" tanyanya dengan nada yang terkesan lebih personal, meskipun matanya tetap tampak serius.Alena terkejut, karena selama ini percakapan mereka selalu berfokus pada pekerjaan. Meskipun Adrian pernah berbicara tentang kehidupan pribadi sesekali, itu tidak pernah sebes

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 28: Tertekan oleh Perhatian yang Terlihat

    Hari-hari di kantor semakin berat bagi Alena. Semakin lama, perhatian Adrian terhadapnya semakin sulit untuk disembunyikan. Meskipun mereka berdua berusaha menjaga batas profesionalisme, ada momen-momen kecil yang tidak dapat dihindari—momen yang terlalu jelas bagi rekan-rekan kerja mereka.Di sebuah rapat penting yang dihadiri oleh hampir seluruh tim, Alena merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Adrian meminta Alena untuk menjelaskan salah satu proyek yang sedang mereka kerjakan, dan meskipun Alena berbicara dengan lancar, ada perasaan canggung yang terus membebani bahunya. Setiap kali Adrian menatapnya, dia merasa seperti ada lebih dari sekadar profesionalisme yang tersirat dalam pandangan itu.Setelah rapat selesai, beberapa rekan kerja mendekati Alena, memberikan senyum-senyum yang tidak bisa ia artikan dengan mudah. Vanessa, yang selalu memandang Alena dengan rasa iri, tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar."Sepertinya Adrian sangat memperhatikanmu akhir-akhir ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 29: Hadiah yang Terlalu Pribadi

    Pagi itu, suasana di kantor terasa sedikit berbeda. Alena baru saja menyelesaikan sebuah proyek besar yang menjadi ujian nyata bagi kemampuannya. Selama berhari-hari ia bekerja tanpa henti, berusaha memenuhi ekspektasi Adrian yang semakin tinggi. Terkadang ia merasa tercekik oleh beban yang ada, tetapi ia tahu bahwa setiap langkah yang ia ambil adalah untuk masa depannya—baik di perusahaan maupun dalam hidup pribadi.Saat Alena tengah duduk di meja kerjanya, tiba-tiba pintu ruangan terbuka, dan sekilas bayangan Adrian muncul di ambang pintu. Dengan langkah mantap, pria itu mendekatinya sambil memegang sebuah kotak kecil berwarna hitam. Alena menatapnya dengan penasaran, mencoba menyembunyikan kegugupannya."Alena," suara Adrian terdengar serius namun lembut, "Aku ingin memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih atas kerja kerasmu belakangan ini. Proyek ini berhasil berkat usaha yang tak kenal lelah darimu."Dengan perlahan, Adrian meletakkan kotak kecil itu di meja Alena. Alena mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 30: Ketegangan yang Meningkat

    Hari itu, Alena pulang lebih awal dari biasanya. Setelah seharian bekerja keras di kantor dan menerima hadiah dari Adrian, ia merasa sedikit tertekan. Hadiah itu—sebuah jam tangan elegan—terus berputar dalam pikirannya. Meskipun ia berusaha untuk tidak memikirkan hal itu terlalu dalam, ada perasaan yang semakin mengganggu hati dan pikirannya.Sesampainya di rumah, ia merasa agak canggung. Reno sedang di ruang tamu, sibuk menonton televisi. Alena meletakkan tasnya di meja dan menuju ke kamar untuk melepaskan kelelahan sejenak. Ketika membuka lemari untuk mengganti pakaian, matanya tertumbuk pada jam tangan yang tadi ia letakkan begitu saja di atas meja.Namun, sebelum ia sempat mengalihkan pandangannya, Reno muncul di pintu kamar. Alena bisa melihat ekspresi wajahnya yang langsung berubah saat matanya tertuju pada jam tangan yang tergeletak di meja itu."Apa itu?" tanya Reno, nada suaranya terdengar datar, namun ada ketegangan yang mulai terasa di udara.Alena merasa terperangah. Ia ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 31: Makan Malam yang Berbeda

    Alena merasa sedikit cemas ketika ia menerima undangan makan malam dari Adrian. Dalam email yang dikirimnya, Adrian menjelaskan bahwa mereka perlu membahas sebuah proyek penting yang membutuhkan perhatian lebih dari keduanya. Awalnya, Alena tidak berpikir banyak—itu adalah pertemuan bisnis, seperti biasa, untuk membahas detail dan strategi lebih lanjut. Ia bahkan sedikit lega, karena bisa mengalihkan pikirannya dari ketegangan yang semakin memuncak di rumah dengan Reno.Namun, saat Alena tiba di restoran yang disebutkan dalam undangan, sebuah perasaan aneh mulai menyelimuti dirinya. Restoran ini jauh lebih mewah daripada yang biasa ia kunjungi, dengan suasana yang sangat tenang dan elegan. Lantai marmer yang mengkilap, pencahayaan lembut, dan dekorasi yang penuh dengan kemewahan terasa sangat berbeda dari lingkungan kerjanya yang biasanya. Seakan-akan, semua ini bukan hanya tentang bisnis.Ketika ia memasuki ruang makan, Adrian sudah menunggunya di sebuah meja yang terletak di sudut r

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 32: Sisi Lain Adrian

    Makan malam itu berlangsung dengan suasana yang jauh berbeda dari pertemuan-pertemuan bisnis sebelumnya. Adrian, yang biasanya begitu serius dan terfokus pada pekerjaan, tampak lebih santai. Ia bahkan lebih sering tersenyum, dan alih-alih berbicara tentang proyek atau laporan, percakapan mereka meluas ke topik-topik yang lebih personal—sesuatu yang jarang terjadi di antara mereka.Saat pelayan membawa hidangan utama, Adrian mulai menceritakan tentang makanan favoritnya, sesuatu yang tampaknya tidak pernah ia bicarakan sebelumnya. "Aku suka pasta," katanya sambil menyandarkan punggung ke kursi, matanya tampak lebih hidup dari biasanya. "Tapi bukan pasta yang terlalu rumit, hanya yang sederhana—spaghetti dengan saus tomat dan keju parmesan. Itu selalu membuatku merasa seperti di rumah."Alena tersenyum mendengarnya. Ia tak pernah membayangkan Adrian, yang selalu tampil begitu terorganisir dan penuh perhitungan, bisa menikmati sesuatu yang sederhana seperti itu. "Itu terdengar enak," jaw

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 33: Berbagi Cerita

    Setelah makan malam yang santai itu, interaksi antara Alena dan Adrian mulai berubah. Percakapan mereka yang biasanya terfokus pada pekerjaan kini meluas ke topik-topik pribadi. Adrian, yang awalnya selalu menjaga jarak, mulai bertanya tentang kehidupan Alena di luar kantor. Suatu sore, setelah rapat yang panjang, Adrian mengundangnya untuk duduk di ruang kerjanya."Saya ingin tahu lebih banyak tentangmu, Alena," ujar Adrian sambil menatapnya dengan mata tajam namun penuh perhatian. "Aku sudah banyak mendengar tentang kemampuanmu di kantor, tapi belum banyak yang kutahu tentang kehidupanmu di luar sini."Alena merasa canggung mendengar itu. Ia selalu menjaga kehidupannya terpisah dari pekerjaan, dan berbagi kisah pribadi bukanlah sesuatu yang mudah baginya. Namun, melihat keseriusan dalam tatapan Adrian, ia merasa ada niat baik di balik pertanyaannya. Mungkin, ini adalah kesempatan untuk membuka sedikit pintu ke kehidupannya yang lebih personal."Seperti apa yang ingin kamu tahu?" tan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 34: Pertanyaan yang Mengejutkan

    Malam itu, suasana di ruang kerja Adrian terasa lebih santai daripada biasanya. Mereka duduk berhadapan, duduk di kursi empuk yang nyaman, setelah percakapan panjang tentang berbagai hal di luar pekerjaan. Alena merasa lebih lega daripada yang ia kira, dengan suasana yang lebih terbuka antara mereka. Meskipun ia sadar bahwa hubungan mereka tetap dibatasi oleh profesionalisme, ia mulai merasa lebih mengenal Adrian, dan entah mengapa, ada ketenangan yang muncul setiap kali ia berbicara dengannya.Namun, suasana nyaman itu tiba-tiba berubah ketika Adrian melontarkan sebuah pertanyaan yang langsung menghentikan percakapan mereka."Pernahkah kau berpikir untuk mencari seseorang yang bisa mendukungmu, bukan hanya secara finansial, tetapi juga secara emosional?" tanya Adrian, suara lembut namun penuh makna. Tatapannya tetap tajam, seakan menunggu jawaban dari Alena.Alena terkejut. Jantungnya berdegup kencang, dan sejenak ia merasa seperti ada beban berat yang mendekat. Ia mengalihkan pandan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08

Bab terbaru

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 211

    Kantor desain grafis tempat Alena bekerja biasanya selalu dipenuhi energi kreatif dan tawa. Tapi hari ini, suasananya terasa berbeda begitu ia melangkah masuk. Beberapa rekan kerjanya melirik dengan tatapan penasaran, lalu berbisik-bisik. Alena berusaha mengabaikannya dan berjalan lurus menuju mejanya."Hei," sapa Dina yang sudah menunggunya di sana. "Kau baik-baik saja? Wajahmu pucat."Alena mengangguk lemah. "Sudah ke kantor polisi tadi.""Bagaimana?" tanya Dina, suaranya rendah agar tidak terdengar oleh yang lain."Mereka akan menyelidikinya. Tapi inspektur yang menangani kasusku mengatakan sesuatu yang membuatku berpikir..."Sebelum Alena bisa melanjutkan, ponselnya berdering. Pesan dari Adrian."Sudah sampai kantor?"Alena memutar matanya, kelelahan dengan rutinitas ini. "Ya, baru saja," balasnya singkat."Dina sudah di sana?"Alena mengernyitkan dahi membaca pesan itu. Bagaimana Adrian tahu Dina menunggunya?"Ya. Kenapa?" balasnya."Tidak apa-apa. Hanya bertanya. Jam makan siang

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 210

    Alena terdiam di tengah apartemennya, pikirannya masih berkecamuk tentang pilihan sulit yang harus ia hadapi. Di satu sisi, ada Reno dengan ancaman nyatanya yang telah terbukti—foto-foto yang mengintip ke sudut paling privat kehidupannya. Di sisi lain, ada Adrian dengan cintanya yang semakin lama semakin terasa mengekang. Menghela napas panjang, ia memutuskan untuk pergi ke kantor polisi sebelum memulai harinya.Di kantor polisi, Alena menceritakan semua yang terjadi—dari keributan yang dibuat Reno di depan apartemennya dua minggu lalu, hingga foto-foto mengerikan yang Adrian tunjukkan pagi ini. Petugas polisi wanita yang menangani laporannya, Inspektur Ratna, mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali mencatat detail penting."Jadi, Anda belum melihat laporan resmi tentang penyelidikan ini? Hanya foto-foto yang ditunjukkan oleh kekasih Anda?" tanya Inspektur Ratna, alisnya terangkat sedikit."Benar," jawab Alena. "Adrian bilang dia sudah melaporkan ini ke polisi dan mengontak dete

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 209

    Air mata mulai menggenang di mata Adrian. "Aku melakukan semua ini karena aku mencintaimu.""Aku tahu," Alena menggenggam tangan Adrian. "Dan aku juga mencintaimu. Tapi cinta seharusnya tidak terasa seperti ini—mencekik, mengawasi, menakutkan.""Apa kau tidak percaya padaku tentang Reno?" tanya Adrian, suaranya terdengar terluka.Alena menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin percaya. Tapi aku butuh bukti, Adrian. Kau bilang ada detektif, ada laporan, ada foto-foto. Tunjukkan padaku."Adrian melepaskan tangannya dari genggaman Alena, mundur selangkah. Ekspresinya berubah menjadi campuran terkejut dan... sesuatu yang lain. Kemarahan? Kekecewaan?"Kau tidak percaya padaku," katanya, lebih sebagai pernyataan daripada pertanyaan."Aku ingin percaya," ulang Alena. "Tapi aku juga perlu tahu bahwa semua ini nyata, bukan hanya... ketakutanmu yang berlebihan."Adrian terdiam lama, menatap Alena dengan tatapan yang sulit dibaca. Akhirnya, ia

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 208

    "Berjanjilah kau akan selalu berhati-hati," bisik Adrian di telinganya."Aku janji," balas Alena, melepaskan diri dari pelukan itu dengan lembut. "Dan kau juga perlu berhati-hati, Adrian. Jangan biarkan ketakutan mengendalikanmu."Adrian menatapnya lama, seolah ingin mengatakan sesuatu tetapi mengurungkan niatnya. Akhirnya, ia hanya mengangguk pelan.Dalam perjalanan pulang, pikiran Alena dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan. Apakah Adrian mengatakan yang sebenarnya tentang Reno? Atau itu hanyalah taktik untuk membuatnya setuju pindah? Dan jika itu benar, seberapa besar bahaya yang mengancam mereka?Satu hal yang Alena yakini—hubungan mereka telah berubah. Dan keputusan yang ia buat selanjutnya akan menentukan arah perubahan itu, entah mengembalikan apa yang pernah mereka miliki, atau mendorong mereka ke jalur yang lebih gelap.Ketika taksi berhenti di depan gedung apartemennya, Alena menatap ke sekeliling dengan waspada, mencari tanda-tanda k

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 207

    "Siapa?" tanya Adrian ringan, meskipun Alena bisa mendengar nada penasaran di balik pertanyaan itu."Oh, hanya Dina. Menanyakan kabar."Adrian mengangguk pelan, meletakkan tiramisu di hadapan Alena. "Kau dan Dina sangat dekat.""Ya, dia sahabat terbaikku sejak kuliah.""Apa yang kalian bicarakan saat makan siang kemarin?"Pertanyaan itu terasa seperti pukulan mendadak bagi Alena. "Apa?"Adrian mengangkat bahu, mencoba terlihat acuh tak acuh meskipun matanya menatap tajam. "Aku hanya penasaran. Kalian terlihat serius saat berbicara di kafe itu."Alena merasakan darahnya mulai berdesir. "Kau... memata-mataiku?""Tidak, tentu saja tidak," Adrian cepat-cepat menyangkal. "Aku kebetulan lewat dan melihat kalian. Aku tidak ingin mengganggu, jadi aku tidak mampir."Alena tidak sepenuhnya yakin dengan penjelasan itu, tetapi ia memutuskan untuk tidak mempermasalahkannya. "Kami hanya mengobrol tentang hal-hal biasa. Pekerjaan, kehi

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 206

    "Kau tidak perlu melakukan ini," kata Alena pelan."Aku tahu. Tapi aku ingin." Adrian mengulurkan tangannya, dan setelah sedikit ragu, Alena menyambutnya. "Aku membawakanmu makan malam. Nasi goreng dari restoran favoritmu."Sentuhan hangat Adrian dan senyumnya yang tulus meluluhkan keraguan Alena. Mungkin ia memang terlalu sensitif. Mungkin ini hanyalah bentuk cinta Adrian yang berusaha melindunginya setelah kejadian traumatis.Ketika mereka masuk ke apartemen dan Adrian membantunya menata makan malam, Alena berusaha menyingkirkan kegelisahannya. Namun, ada satu pertanyaan yang terus menghantuinya: sampai kapan Adrian akan terus seperti ini? Dan yang lebih penting, bagaimana jika ini bukan hanya fase sementara, melainkan perubahan permanen dalam hubungan mereka?Saat mereka makan dalam keheningan yang nyaman, Alena mencuri pandang ke arah Adrian. Ada ketegangan samar di bahunya, seolah ia selalu siaga. Matanya sesekali melirik ke arah jendela dan pintu, s

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 205

    Setelah insiden dengan Reno, Adrian mulai berubah. Ia semakin sering menghubungi Alena, memastikan keberadaannya setiap saat. Awalnya, Alena menganggap ini sebagai bentuk perhatian, tetapi lama-kelamaan, ia merasa ada sesuatu yang berbeda.Pagi itu, Alena terbangun oleh suara notifikasi ponselnya. Seperti biasa, ada pesan dari Adrian yang masuk tepat pukul enam pagi. "Sudah bangun? Jangan lupa sarapan." Alena tersenyum kecil membaca pesan itu. Ini adalah hari ketujuh berturut-turut Adrian mengiriminya pesan pagi. Sementara ia bangkit dari tempat tidurnya yang nyaman, ponselnya kembali bergetar. Pesan lain dari Adrian."Hari ini jadwalmu apa saja? Beritahu aku ke mana kau akan pergi."Alena mengernyitkan dahinya. Pertanyaan ini juga menjadi rutinitas baru. Setiap pagi, Adrian selalu menanyakan jadwalnya dengan detail—ke mana ia akan pergi, dengan siapa, dan berapa lama. Pada awalnya, Alena merasa tersanjung. Setelah lima tahun bersama, Adrian masih memperhatikan detail-detail kecil dal

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 204

    "Seorang jurnalis dari Bisnis Metro meneleponku pagi ini. Mereka akan mempublikasikan artikelnya besok." Alena mengalihkan pandangannya ke danau. "Jadi, apapun yang ingin kau katakan, tolong pertimbangkan bahwa besok, seluruh Jakarta akan tahu tentang hubungan kita."Adrian mengusap wajahnya, ekspresinya berubah dari terkejut menjadi marah. "Aku akan menelepon pengacaraku sekarang juga. Kita bisa mengajukan gugatan pencemaran nama baik.""Dan membuat skandal ini semakin besar?" Alena menggelengkan kepalanya. "Bukan itu yang kuinginkan, Adrian.""Lalu apa yang kau inginkan, Lena?" Adrian menatapnya lekat. "Katakan padaku, dan aku akan melakukannya. Apapun."Alena menarik napas dalam-dalam, menyiapkan diri untuk kata-kata yang akan ia ucapkan. "Aku ingin mengundurkan diri dari Pratama Group.""Apa? Tidak, Lena. Itu tidak perlu—""Aku sudah memikirkannya semalaman, Adrian. Ini keputusan yang terbaik.""Tapi karirmu di sana—"

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   BAB 203

    Alena berjalan ke arah jendela, memandangi titik-titik hujan yang menghantam kaca dengan ritme acak. Bayangan Adrian yang menjauh di bawah guyuran hujan masih terlihat jelas di matanya. Tangannya bergetar saat ia mengambil ponsel dari saku dan membuka galeri foto. Di sana, foto pertama yang ia lihat adalah dirinya bersama Adrian di pantai Bali tiga minggu lalu—hari-hari bahagia yang kini terasa begitu jauh."Apa yang harus kulakukan?" bisiknya pada keheningan apartemen.Ponselnya berdering—sebuah pesan dari Reno."Maafkan aku soal tadi. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Aku hanya ingin kau mengetahui faktanya sebelum terlalu jauh terlibat. Jika kau butuh teman bicara, aku selalu ada untukmu."Alena menatap pesan itu lama. Lima tahun bersama Reno telah memberinya keamanan dan stabilitas—meski tanpa gairah yang ia rasakan bersama Adrian. Reno adalah pilihan aman, pilihan yang akan disetujui keluarga dan teman-temannya.Tapi Adrian... Adrian adalah badai yang mengacaukan semua keterat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status