Share

Bab 403

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-19 22:49:59

Pagi datang bersama suara panci dan wajan dari dapur. Aroma kopi dan roti panggang menyelinap lewat celah pintu kamar. Dulu, bau itu menenangkan bagi Alena—tanda perhatian, tanda rumah. Tapi kini, baunya hanya berarti satu hal: kurungan.

Alena duduk di tepi ranjang, menatap layar ponsel. Pesan dari Rachel semalam masih tertera. Maya hilang. Rachel sedang menyiapkan penyelamatan. Dan Adrian ternyata memiliki jaringan orang-orang yang bisa mengeksekusi rencananya tanpa ia harus meninggalkan jejak.

Ia harus berpikir jernih. Panik tidak akan menyelamatkan Maya, dan tidak akan menyelamatkan dirinya sendiri.

Ketukan di pintu memecah lamunannya.

“Sarapan sudah siap,” suara Adrian terdengar. “Aku buatkan roti panggang dengan stroberi kesukaanmu.”

“Aku tidak lapar.”

“Kau harus makan. Kau semakin kurus.”

“Aku bilang tidak lapar.”

Suara kunci elektronik terdengar. Adrian masuk membawa nampan berisi sarapan.

“Kalau begitu, aku bawakan ke sini.”

Ia meletakkan nampan di meja samping ranjang. Roti p
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 416

    Kata-kata David tentang Adrian membuat ruang ICU tiba-tiba terasa dingin. Alena merasakan tangannya bergetar, sementara Nadine langsung menegangkan tubuhnya."David," kata Alena pelan, berusaha menjaga suaranya tetap tenang, "kamu ingat tentang Adrian?"David mengerutkan dahinya, seolah berusaha menggapai ingatan yang samar. "Tidak... tidak persis. Hanya ada perasaan gelap setiap kali nama itu muncul di kepalaku. Seperti ada bahaya yang mengintai.""Dokter bilang kamu mungkin akan mengalami amnesia," kata Nadine sambil mendekat. "Tapi aneh sekali kalau kamu bisa mengingat nama Adrian.""Mungkin karena trauma itu begitu kuat," gumam Alena. "Bawah sadarnya masih menyimpan memori tentang ancaman."David menatap keduanya bergantian. "Kalian terlihat ketakutan setiap kali aku menyebut nama itu. Siapa Adrian? Apa dia yang menyebabkan aku di sini?"Sebelum Alena bisa menjawab, ponsel Nadine berdering keras. Nama yang muncul di layar membuat wajahny

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 415

    Enam bulan kemudianSuara alarm rumah sakit menggema di koridor yang steril. Alena duduk di kursi roda, tangannya masih bergetar saat dia memandang ke arah ruangan ICU di mana David terbaring dengan berbagai selang yang menempel di tubuhnya."Kondisinya stabil," kata dokter dengan nada yang berusaha menenangkan. "Kerusakan otaknya tidak separah yang kami perkirakan awalnya. Dia beruntung.""Beruntung?" Alena menatap dokter itu dengan mata kosong. "Dia koma selama enam bulan karena kesalahanku, dan Anda bilang dia beruntung?""Nona Alena," kata Nadine sambil menggenggam bahunya, "ini bukan salahmu. Sama sekali bukan."Alena menoleh ke sahabatnya yang wajahnya masih menunjukkan bekas luka di pelipis—suvenir dari malam mengerikan itu. "Kalau aku tidak membuat keputusan bodoh untuk pergi sendirian—""David akan tetap diculik. Adrian sudah merencanakan semuanya sejak lama." Nadine duduk di kursi sebelah Alena. "Kamu sudah men

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 414

    Suara tembakan itu membuat semua orang di ruangan terdiam sesaat. Adrian mencengkeram Alena lebih erat, pisau di lehernya bergetar mengikuti tangannya yang gemetar."MUNDUR!" teriak Adrian kepada petugas-petugas yang mengarahkan senjata kepadanya. "MUNDUR ATAU AKU BUNUH DIA!""Tenang, Adrian," kata salah satu petugas dengan suara yang berusaha menenangkan. "Tidak ada yang perlu terluka hari ini. Lepaskan pisau itu dan kita bisa bicara baik-baik.""TIDAK ADA YANG BISA DIBICARAKAN!" Adrian menyeret Alena mundur ke arah sudut ruangan. "KALIAN SEMUA TIDAK MENGERTI! KALIAN TIDAK MENGERTI APA ITU CINTA SEJATI!"Alena merasakan ujung pisau menekan kulitnya. Setetes darah mulai menetes dari luka kecil di lehernya. "Adrian," bisiknya, "kumohon. Jangan seperti ini.""Mereka yang memaksa, sayang. Aku tidak mau berpisah denganmu. Tidak akan pernah."Dari sudut matanya, Alena melihat Nadine dan David masih terikat di kursi mereka. Nadine menatapnya denga

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 413

    Mobil hitam itu terus mengikuti Alena dari jarak yang pas. Setiap kali ia berbelok, mobil itu ikut berbelok. Setiap kali ia memperlambat laju, mobil itu juga melambat. Seperti bayangan yang tidak bisa dilepaskan.Alena mencengkeram setir erat-erat. Telapak tangannya basah oleh keringat dingin. Ia tahu betul, ini bukan kebetulan. Adrian mengendalikan permainan sejak awal.Ponselnya berdering. Nama Adrian muncul di layar.“Angkat,” bisiknya pada diri sendiri. “Tetap tenang, Alena.”“Halo, sayang.” Suara Adrian terdengar begitu dekat, seolah ia duduk di kursi penumpang. “Aku senang kamu akhirnya memutuskan untuk datang.”“Di mana David? Aku sudah dalam perjalanan, sesuai janjimu.”“David aman… untuk sementara. Tapi ada sedikit perubahan rencana.”Jantung Alena berdegup kencang. “Apa maksudmu?”“Aku tidak menunggu di gudang. Terlalu mud

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 412

    Foto itu terlepas dari tangan Alena yang gemetar. Gambar David—terikat di kursi, matanya ditutup kain hitam, mulutnya disegel—seolah memancarkan teriakan tanpa suara, meminta pertolongan."Tidak… tidak… tidak…" bisik Alena, kepalanya menggeleng berulang kali. "Kenapa harus David? Kenapa dia?"Nadine segera meraih ponsel dari tangan Alena dan membaca pesan yang menyertainya. Wajahnya langsung pucat. "Kita harus segera hubungi Inspektur Wijaya.""Tidak!" Alena cepat-cepat merebut kembali ponselnya. "Adrian bilang aku harus datang sendirian. Kalau dia tahu aku melibatkan polisi—""Alena, ini jelas jebakan! Kamu tidak boleh pergi sendiri!""Lalu aku harus apa, Nadine? Diam saja? Membiarkan David mati karena aku?"Nadine memegang bahu Alena erat-erat. "Ini bukan salahmu! Adrian yang gila! Dia yang memilih melakukan semua ini, bukan kamu!""Tapi David tidak ada hubungannya dengan semua ini!" Alena mulai mondar-mandir, kepanikan semakin menyesakkan dadanya. "Dia bahkan sudah menjauh setelah

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 411

    Telepon itu terlepas dari genggaman Alena. Suara suster tadi—"Adrian melarikan diri"—masih bergema di kepalanya, seperti mantra mengerikan yang tak bisa dihentikan."Nona?" Suster itu mendekat, matanya penuh kecemasan. "Anda baik-baik saja?"Alena tidak menjawab. Kakinya mendadak lemas, napasnya tersengal. Ruangan rumah sakit yang semula terasa aman tiba-tiba berubah menjadi sangkar rapuh yang bisa ditembus kapan saja.Dengan suara bergetar, ia akhirnya berbisik, "Panggil... Inspektur Wijaya. Sekarang juga."Tak sampai sepuluh menit, Inspektur Wijaya datang bersama dua petugas berseragam. Wajahnya tegang, langkahnya cepat."Nona Alena," katanya tanpa basa-basi, "kami harus segera memindahkan Anda ke tempat yang lebih aman."Alena menatapnya penuh kebingungan. "Bagaimana bisa dia kabur? Bukankah rumah sakit itu dijaga ketat?""Memang seharusnya begitu. Tapi ada kelalaian. Adrian memanfaatkan saat pergantian shift petugas. Dia hilang sejak pukul dua dini hari." Inspektur membantu Alena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status