Share

Galang & Gladis
Galang & Gladis
Penulis: Blue

Sahabat

Fakta remaja, terkadang perasaan dan kejiwaannya berubah-ubah tidak dapat di tentukan seiring waktu. 

"Hu ... hu ... huuu .... " begitulah deru nafas Lady yang terdengar ngos-ngosan karena lari untuk menghampiri meja tempat para sahabatnya berkumpul.

"Telat lagi?" tanya Kesya dengan datar.

"Hmm," jawab Lady acuh masih sambil mengatur nafas.

"Pasti kesiangan lagi gara-gara begadang nonton drakor?!" kali ini Fira yang bertanya dengan nada ketusnya.

"iya," Lady mengangguk dengan senyum yang menunjukan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi.

"Heran gue sama lo gak ada kapok-kapoknya telat udah tau bakalan dihukum, ini untung aja buk siska gak masuk karena sakit kalau gak pasti lo dihukum lari keliling lapangan plus hormat bendera, pasti lo gak bakal dibolehin masuk." kali ini Gladis yang angkat bicara dengan panjang lebar karena dia peduli. 

"Gladis, lo tu bawel banget sih. Gue juga sebenernya kapok cuman gue gak bisa berhenti ngedrakor, jadinya gue begadang dan akhirnya kesiangan deh," balas Lady tak mau salah sambil ngaca menggunakan kaca yang selalu dia bawa kemanapun.

"Ya ampun muka gue keringetan, pasti bedak gue luntur deh terus rambut gue pasti lepek kena matahari, aduh gimana nih untung gue udah pake sunblock yang tebal," lanjut Lady sambil memanyunkan bibirnya.

"Lebay lo," ketus Fira yang hanya dibalas tatapan tak senang dari Lady.

"Lo gak mesti berhenti nge drakor, lo cukup ngebatasin jam nontonnya aja. Usahain tidur jangan sampai subuh,  selain lo bisa kesiangan juga gak baik buat kesehatan lo sendiri," Kesya mengucapkan kalimat tersebut masih dengan wajah datarnya.

"Iya, betul tu kata Kesya, gue malam juga ngedrakor kok, tapi gue tau waktu beda sama lo yang gak tau waktu. Mau banjir, kebakaran, kemalingan juga lo gak peduli, tetep aja ngedrakor, heran gue.  Lagian kita bawel gini karena kita care sama lo, tiap hari kita nasehatin aja lo gak berubah apalagi gak kita nasehatin," ucap Gladis. 

"Ululu ... iya iya sahabatku yang paling care, memang kalian itu yang paling the best deh, thankyou be," ujar Lady dengan mencubit-cubit pipi Gladis gemes.

"Aduh lepasin sakit tau pipi gue," ujar Raisa kesel.

"Sorry," balas Lady dengan senyum tak berdosanya.

Iya, begitulah kondisi persahabatan keempat remaja perempuan tersebut.

Bersahabat sejak TK sampai kelas XI sekarang ini membuat mereka sudah seperti saudara, tidak ada lagi rasa canggung ketika menjahili atau emosi ketika dijahili, paling kesel doang, hehe. 

Ditambah lagi, mereka selalu sekelas karena pemilik sekolah mereka dari TK, SMP, sampai SMA sekarang ini adalah keluarga Gladis, jadi dia dengan mudahnya meminta pihak sekolah diam-diam untuk menyatukan mereka berempat di dalam kelas yang sama.

Tetapi walaupun Gladis anak pemilik sekolah, dia tidak pernah mengumbarnya. Bahkan yang tahu Gladis anak pemilik sekolah hanya para sahabat dan guru-gurunya, sementara murid yang lain tidak tahu, karena mereka juga tidak ingin mencari tau. Gladis punya alasan tersendiri mengapa ia merahasiakan semua ini.

Hanya Kesya saja yang pernah berpisah itu pun hanya 1 tahun ketika SMP karena dia harus mengikuti orang tuanya yang pindah ke Bandung untuk mengurus neneknya yang sakit-sakitan, mereka berpikir bahwa mereka berempat tidak akan saling berjumpa lagi dengan Keysia tapi ternyata takdir berkata lain, nenek Kesya meninggal tepat saat kenaikan kelas sehingga Kesya dan keluarganya bisa langsung balik ke Jakarta. Kesya pun kembali bersekolah bersama keempat sahabatnya.

Bukan berarti Kesya senang nenek nya meninggal hanya, betul kata orang setiap masalah pasti ada hikmahnya.

Mereka berlima memiliki sifat yang berbeda-beda. Hanya satu yang sama yaitu sifat labil mereka. Ya begitulah fakta remaja, terkadang perasaan dan kejiwaannya berubah-ubah tidak dapat di tentukan seiring waktu. 

Gladis yang pintar tapi bawel, Kesya yang pemberani soalnya dia atlet karate tapi berwajah datar, Fira yang jago nyanyi tapi jutek, dan Lady yang jago debat bahasa inggris tapi pemalas. 

Mereka semua memiliki sifat peduli yang tinggi. Mereka juga sangat kompak, buktinya mereka semua sama-sama menyandang status jomblo terhormat. Bukan karena mereka tidak laku melainkan karena mereka belum menemukan yang cocok atau lebih tepatnya belum mau mencari yang cocok.

Walaupun tidak berpacaran, tetapi ada satu diantara mereka yang sudah lama jatuh cinta pada kakak kelas diatas mereka. Gladis, gadis itu sudah sejak lama memendam sebuah rasa untuk kakak kelasnya, Galang. Tetapi, dia lebih memilih memendam perasannya. Jangankan mengungkapkan rasa, mendekati Galang saja dia sudah takut duluan. Dia takut Galang ilfiel jika di dekati olehnya, padahal dia cantik tapi tetap saja insecure. Katanya, lebih baik memendam rasa dan memandangi dari jauh walaupun dari jauh setidaknya masih bisa memandangi dari pada harus kehilangan sesungguhnya. Yang lebih membuat Gladis tidak percaya diri adalah karena sering kali kedua pasang mata remaja berlawanan jenia itu bertemu, yang artinya kedua bola mata Galang bertemu dengan kedua bola mata Gladis, lelaki tampan itu akan menatap Gladis dengan mengintimidasi seolah dirinya tak suka jika Gladis melihatnya.

*Beste Freundin=seperti julukan sahabat terbaik dalam bahasa filipina.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status