#7
"Ma, kenapa nggak ada sarapan?" tanya Reno."Kenapa kamu tanya sama Mama? Memangnya harus Mama yang bikin sarapan?" sungut Bu Kamila.Reno dan Bu Kamila terlihat kelimpungan di pagi hari tanpa Alma. Ibu dan anak itu agak syok saat melihat meja makan mereka yang kosong. "Aku harus berangkat kerja, Ma. Masa' aku harus masak juga?" protes Reno."Mama kan juga bukan pembantu di sini. Masa' semua pekerjaan rumah harus Mama yang beresin sendiri?"Setelah Alma pergi, tidak ada lagi orang yang bisa mereka andalkan untuk mengurus rumah. Tidak hanya rumah saja yang nampak tak terurus, Reno sendiri juga terlihat kacau setelah istrinya pergi."Ya ampun, kenapa bajunya kusut semua begini?" omel Reno saat pria itu tengah menyiapkan pakaian kerja.Tidak ada satu pun pakaian rapi yang bisa dikenakan oleh Reno. Semuanya lecek dan harus disetrika terlebih dahulu. Sementara, Reno tidak mempunyai banyak waktu untuk menyetrika pakaian. Alhasil, pria itu pun terpaksa mengenakan pakaian yang belum disetrika. Penampilan Reno pun terlihat acak-acakan dengan kemeja tersebut."Ya ampun, udah jam segini! Aku bisa telat ke kantor!" Reno segera mengambil tas kerjanya dan bergegas berangkat ke kantor."Reno, kamu mau ke mana? Sini bantuin Mama dulu!" teriak Bu Kamila pada Reno yang sudah berlari menuju ke pintu keluar."Nggak ada waktu lagi, Ma! Aku harus berangkat ke kantor sekarang!""Reno, kamu nggak mau sarapan dulu?"Reno terpaksa melewatkan sarapannya. Dengan perut keroncongan, pria itu memulai aktivitasnya tanpa semangat.Sementara di rumah Bu Kamila, wanita tua itu nampak kerepotan mengurus pekerjaan rumah. Kini, semua tugas Alma pun dibebankan pada Bu Kamila. "Astaga, sampai kapan aku harus beberes begini? Kenapa dari tadi nggak selesai juga, sih?" gerutu Bu Kamila.Wanita paruh baya itu terus mengomel dan menggerutu tanpa henti sejak tadi. Bu Kamila mulai uring-uringan tidak jelas selama di rumah.Bu Kamila menyapu lantai dengan asal-asalan. Wanita itu juga mencuci baju tanpa peduli entah pakaiannya akan bersih atau tidak. Piring-piring yang dicuci oleh Bu Kamila juga tidak bersih kesat. Cara wanita itu mengurus pekerjaan rumah benar-benar buruk."Capek banget, sih!" Sejak tadi wanita itu tidak mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius. Namun, Bu Kamila terus mengeluh kelelahan. "Kuku hasil manicure aku jadi rusak."Bu Kamila mendengus kesal. Wanita itu beristirahat sejenak sembari mengusap keringat yang mengucur di pelipisnya."Udah capek beres-beres, tapi aku masih harus masak juga?"Bu Kamila segera mengambil dompet dan pergi membeli sayur di tukang sayur langganannya. Saat Bu Kamila datang, tukang sayur tersebut tengah dikelilingi oleh para ibu-ibu yang juga sedang berbelanja."Mau beli sayur, Bu?" sapa beberapa tetangga Bu Kamila."Iya, Bu. Hari ini saya pengen masak ikan," sahu Bu Kamila."Silakan, Bu! Ikannya seger-seger! Sayurnya juga komplit," tawar tukang sayur memperlihatkan barang dagangannya.Ibu-ibu di sana nampak antusias memilih bahan makanan yang akan mereka beli. Mereka tak hanya berbelanja saja, tapi juga berbincang bersama membahas gosip-gosip mengenai warga kompleks sekitar."Semalem ada yang denger suara orang berantem nggak?" cetus seorang ibu-ibu seraya melirik ke arah Bu Kamila."Iya, Bu! Saya juga denger. Arahnya dari rumah Bu Kamila, ya?" sahut tetangga yang lain.Ternyata keributan yang terjadi di rumah Bu Kamila terdengar ke tetangga sekitar. Teriakan Bu Kamila, bentakan Reno, suara Alma, semuanya didengar oleh tetangga yang tinggal berjejer dengan Bu Kamila."Ada apa di rumah Bu Kamila semalam? Lagi ribut ngejar-ngejar tikus, ya?" sindir beberapa tetangga.Karena tak bisa melarikan diri, Bu Kamila pun memilih untuk mengungkap pertengkaran yang terjadi antara dirinya, Reno dan Alma semalam. Tentunya Bu Kamila akan membuat cerita dramatis dengan mengorbankan Alma sebagai pihak antagonis."Maaf, ibu-ibu. Saya beneran nggak tahu kalau keributan di rumah saya semalam kedengaran sampai ke rumah ibu-ibu," ucap Bu Kamila dengan wajah memelas."Ada apa, Bu? Ibu lagi berantem sama anak?""Bukan saya, Bu. Tapi menantu saya yang bikin keributan," ungkap Bu Kamila. Wanita itu mulai bersiap menceritakan segala keburukan Alma di depan semua tetangga."Alma kenapa, Bu?""Saya beneran nggak habis pikir sama menantu saya itu, Bu. Alma seenaknya berteriak di depan saya sama Reno. Alma sama sekali nggak punya santun. Semalam Reno dan saya sempat bertengkar dengan Alma. Alma sampai menampar saya, Bu," ungkap Bu Kamila berlagak seperti korban.Ibu-ibu di tukang sayur tersebut cukup terkejut saat mendengar perkataan Bu Kamila."Alma itu cuma sok alim aja di luar. Sebenarnya, Alma itu cuma wanita kasar yang nggak punya sopan santun sama orang tua. Padahal saya cuma mengajak Alma berbicara. Tapi tiba-tiba Alma main tangan ke saya, Bu. Reno mencoba membela saya, tapi Alma malah balik berteriak ke suaminya. Istri macam apa itu?" sambung Bu Kamila makin bersemangat menjelek-jelekkan menantunya yang sebentar lagi akan dicerai oleh sang putra."Alma yang memulai pertengkaran semalam. Perempuan itu memang suka cari ribut. Saya nggak tahu apa salah saya, tapi Alma tiba-tiba nyerang saya," imbuh Bu Kamila.Ibu-ibu yang mengerubungi Bu Kamila tidak memberikan komentar apa pun. Mereka membiarkan Bu Kamila berbicara sesuka hati."Karena Alma udah kurang ajar sama saya, Reno pun akhirnya nalak Alma. Reno memang anak yang berbakti. Buat apa dia belain menantu durhaka seperti Alma? Saya beneran seneng lihat Reno yang berani nalak istrinya," ujar Bu Kamila."Reno nalak Alma? Terus sekarang Alma di mana, Bu?" tanya seorang tetangga."Yang jelas, Alma udah ada nggak tinggal di rumah saya. Ngapain juga Reno bertahan sama perempuan macam Alma? Reno anak saya kan ganteng dan mapan. Reno pasti bisa dapetin istri yang lebih cantik dan lebih baik dari Alma," tukas Bu Kamila dengan sombongnya."Ibu-ibu jangan gampang tertipu sama perempuan berwajah sok polos seperti Alma. Perempuan itu nggak sebaik yang kita kira," ungkap Bu Kamila mengakhiri ceritanya.Wanita paruh baya itu pun berpamitan setelah puas menggunjing menantunya di depan banyak orang. Bu Kamila merasa dirinya sudah berhasil menjatuhkan reputasi Alma di lingkungannya."Ibu-ibu percaya sama cerita Bu Kamila?" Semua wanita paruh baya yang ada di tempat itu pun menggeleng. Nampaknya para tetangga sudah hafal dengan tabiat Bu Kamila. Orang tua sombong itu kini menjadi target gosip ibu-ibu setelah wanita itu meninggalkan tempat tukang sayur. "Ibu-ibu jangan gampang percaya sama omongan Bu Kamila," ucap seorang tetangga."Kami juga udah tahu watak Bu Kamila. Pertengkaran semalam pasti bukan karena Alma. Udah jelas pasti Bu Kamila duluan yang cari gara-gara sama mantunya," sahut yang lain."Saya jadi kasihan sama Alma. Untung aja Alma udah pergi ninggalin rumah mertuanya yang sombong dan sok kaya itu," celetuk yang lain.Ternyata para tetangga memihak pada Alma dan mendukung keputusan Alma berpisah dari Reno. Mereka sudah tahu kalau bukan Alma yang bermasalah, melainkan Bu Kamila. "Semoga Alma mendapatkan mertua baru yang lebih waras dari Bu Kamila."***#48"Saya serius sama kamu, Alma," sambungnya.Rafael mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kemudian menyodorkannya pada Alma. "Saya selalu membawa cincin ini ke mana pun saya pergi. Saya harap, suatu hari nanti saya bisa menemukan waktu yang tepat untuk memberikan cincin ini ke kamu. Saya rasa, hari ini adalah hari yang tepat untuk memberikan cincin ini ke kamu, Alma."Alma tak dapat berkata-kata lagi. Lidahnya terasa sangat kelu. Dengan menyerahkan cincin tersebut, secara tidak langsung Rafael sudah menunjukkan keseriusannya pada Alma dan berniat untuk meminang Alma."Apa kamu mau jadi istri saya?" tanya Rafael bersungguh-sungguh.Alma masih tak percaya ia akan menerima lamaran secepat ini. Wanita itu menoleh ke arah Lily sebelum menjawab pertanyaan dari Rafael. "Saya tanya sekali lagi Alma, apa kamu mau menikah dengan saya?" tanya Rafael lagi. "Kamu nggak perlu jawab sekarang. Ta
#47Tok, tok!Reno mengetuk pintu perlahan. Saat ini pria itu sudah berdiri di depan rumah Bu Kamila.Butuh waktu lama bagi Reno untuk membuat keputusan ini. Setelah mempertimbangkan baik-baik, akhirnya pria itu pun pulang untuk menemui sang ibu. Reno ingin tahu bagaimana keadaan ibunya saat ini. Ia hanya mendengarkan setiap nasihat Alma padanya. Jika saja Alma tak pernah menasihatinya maupun memberi kabar tentang sang ibu, mungkin Reno tidak akan pernah berdiri di sini, saat ini."Mama masih tinggal di sini kan?" gumam Reno seraya celingukan ke kiri dan ke kanan. Pria itu tampak menelisik kondisi rumah yang terlihat sangat sepi, namun beberapa bagian dinding terlihat sangat kotor.Reno berdiri cukup lama di teras rumah. Tak ada satu orang pun yang muncul untuk membukakan pintu."Mama nggak ada di rumah, ya?" Reno membuka gagang pintu rumah tersebut, kemudian membukanya. Ternyata pintu
#46"Alma, mau pulang bareng saya? Kebetulan saya ada urusan di dekat rumahmu. Saya bisa antar kamu pulang sekalian," ajak Rafael pada Alma saat jam pulang kerja tiba.Ini bukan pertama kalinya Rafael menawarkan diri untuk mengantarkan Alma pulang. Tidak hanya mengantar pulang, Rafael juga makin sering mengajak Alma makan siang bersama.Setelah Rafael tahu kalau Alma sudah resmi bercerai dari Reno, Rafael pun makin gencar mendekati Alma. Rafael tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sebelum Alma jatuh ke pelukan pria lain, Rafael harus segera bertindak untuk mendapatkan hati Alma. Apalagi sang Mama juga sudah mendukung penuh mengenai kemauan Rafael untuk membuat Alma menjadi istrinya, sehingga Rafael tidak ragu lagi dalam menunjukkan perasaannya pada Alma."Terima kasih atas tawarannya, Pak. Tapi saya belum mau pulang. Saya juga masih ada urusan di luar," tolak Alma secara halus. Wanita itu masih enggan terhadap Rafael, seolah memb
#45Alma pulang ke rumah dengan perasaan kalut. Wanita itu tidak tega melihat Bu Kamila yang tertawa dan menangis sendirian di tengah jalan tanpa mengenakan alas kaki."Kenapa nasib Mamanya Mas Reno jadi begini?" gumam Alma.Meskipun Alma hanya mempunyai kenangan buruk dengan Bu Kamila, tapi Alma sama sekali tidak menyimpan dendam. Alma ikut sedih melihat kondisi Bu Kamila yang cukup memprihatinkan."Nduk, Ibu mau masak makan malam. Kamu pengen dimasakin apa?" tawar Bu Hasna pada Alma.Alma hanya diam. Wanita itu sibuk melamun, memikirkan Bu Kamila."Nduk, kamu dengar ibu nggak sih?" Bu Hasna menepuk pelan bahu Alma.Alma terkesiap. Wanita itu tersadar dari lamunannya. "E–eh, kenapa, Bu? Ibu butuh apa?" tanya Alma gelagapan.Bu Hasna mengulas senyum tipis. "Kamu lagi ngelamunin apa?" tegur sang ibu."Aku nggak melamun kok, Bu.""Kamu nggak perlu bohong, Alma. Bilang sama Ibu, kamu lagi mikirin apa?" desak Bu Hasna.Alma menarik napas dalam-dalam. Sepertinya, wanita itu harus memberita
#44"Emas-emasku pada ke mana?"Bu Kamila menatap wadah perhiasan miliknya yang sudah kosong. Wanita paruh baya itu terlihat linglung. Sepertinya Bu Kamila tidak sadar kalau ia sudah menjual semua emas-emasnya hingga ludes."Hilang ke mana emasku? Kenapa wadahnya kosong?" gerutu Bu Kamila mengomel sendiri di dalam kamarnya."Pasti jatuh di bawah lemari! Atau aku lupa naruh? Nggak mungkin ada pencuri masuk ke sini, kan?"Bu Kamila mengobrak-abrik seisi kamarnya. Wanita itu mulai uring-uringan, mencari perhiasannya yang sudah raib.Kamar Bu Kamila yang sudah berantakan pun makin terlihat acak-acakan. Tidak hanya kamar saja, beberapa ruangan lain yang ada di rumah tersebut juga tidak terawat.Sepertinya Bu Kamila mengalami stress berat setelah ditinggal oleh putranya. Demi menyambung hidup, Bu Kamila terpaksa menjual harta benda miliknya, termasuk emas-emas yang ia punya. Sekaran
#43Alma melirik ke arah jam dinding. Wanita itu sudah berpakaian rapi dan siap untuk pergi ke suatu tempat.Hari-hari berlalu begitu cepat tanpa ia sadari. Setelah melewati drama yang panjang, akhirnya tiba saatnya Alma untuk berjumpa dengan sang suami di meja hijau.Hari ini adalah hari sidang pertama perceraian Alma dan Reno. Sebentar lagi, Alma benar-benar akan lepas dari cengkraman Reno."Udah jam segini. Aku harus berangkat sekarang," gumam Alma.Alma melangkah menuju ke ruang sidang dengan senyum cerah. Wanita itu sudah siap menyambut lembaran hidup barunya dengan status baru."Semoga sidang hari ini lancar!"Alma berpapasan dengan Reno di depan pintu masuk ruang sidang. Alma langsung membuang muka begitu ia melihat sang mantan suami. Keduanya masuk secara bersamaan ke ruang sidang. Alma dan Reno membeberkan satu persatu alasan mereka ingin berpisah. Beruntung sidang dapat berjalan dengan lancar tanpa di