"Kamu bisanya habisin uang anak saya saja! Bisa-bisanya kamu memakai uang anak saya untuk mengumrohkan ibumu, Alma!" Bagaimana bisa Bu Kamila menuduh Alma menghabiskan uang Reno untuk mengumrohkan ibunya. Padahal sang besan sudah menabung cukup lama dari gaji yang Alma sisakan tiap bulan untuknya. Apakah Alma akan bertahan dengan hinaan Bu Kamila-sang mertua, atau justru memilih untuk pergi dan berpisah dari Reno?
View More#1
"Alhamdulillah, akhirnya Ibu bisa berangkat umroh tahun ini," ucap Alma sembari memeluk erat tubuh wanita yang telah melahirkannya 28 tahun silam.Lusa adalah hari keberangkatan ibu dengan jamaah umroh lainnya. Sehingga, Alma perlu memastikan kondisi sang ibu fit sebelum hari keberangkatannya. "Iya, Nduk. Alhamdulillah. Doakan Ibu supaya pergi dan pulang dengan selamat ya, Nduk," ucap Bu Hasna sambil mengelus pelan punggung Alma. Rasa nyaman seketika menjalari hati Alma seiring pelukan hangat itu berlangsung. Tak terasa tetesan air mata kini membasahi pipi wanita itu. Bagaimana tidak, sekian tahun lamanya Bu Hasna menabung akhirnya beliau bisa berangkat umroh dari uang gaji Alma yang tak seberapa dia sisakan untuk wanita tua itu. "Tentu saja, Bu. Aku pasti akan mendoakan Ibu di manapun Ibu berada," ucap Alma sembari melerai pelukan kami. Seulas senyum segera terukir di wajah cantik Alma. Ia terharu karena akhirnya sang ibu dapat mewujudkan impiannya menjadi tamu Allah SWT di ka'bah-Nya.Mereka berdua saling menangis haru. Rumah sederhana tempat Alma lahir dan dibesarkan itu kini menjadi saksi bahwa Alma sangatlah bersyukur bisa mengumrohkan sang ibu."Udah sore, Bu. Aku harus pulang, takutnya Mas Reno udah pulang dan aku belum masak apa-apa," ucap Alma berpamitan ketika menyadari sudah cukup lama berada di rumah Bu Hasna, rumah ternyamannya dalam hidup ini. Seharusnya sepulang dari tempat kerja, Alma harus pulang ke rumah mertuanya yang ditempati selama delapan tahun pernikahannya dengan Reno, tetapi karena ingin mengunjungi Bu Hasna dan mengucapkan salam sebelum sang ibu berangkat umroh. Jadilah, Alma menyempatkan diri untuk mampir. "Iya, Nduk. Pulanglah. Salam untuk ibu mertuamu dan cucu Ibu ya," ucap Bu Hasna seraya berdiri dan mengambil sesuatu dari kamarnya. Tak lama wanita yang sudah berusia setengah abad lebih itu kembali dan memberikan sesuatu untuk Alma."Ini, bawa ke rumah ya, Nduk." Bu Hasna menyodorkan sebuah kantong kresek yang tidak Alma ketahui isinya. "Ini apa, Bu?" tanya Alma seraya melipat kening."Ini cuma kue kering buatan ibu saja, Nduk. Buah tangan buat ibu mertuamu," ucap Ibu tulus."Terima kasih, Bu. Aku pulang dulu kalau begitu." Alma pun keluar dari rumah sang ibunda, lalu menstater motor dan mengarahkannya pulang ke rumah sang mertua.Delapan tahun menikah, Alma dan Reno masih tinggal bersama Bu Kamila, ibu kandung Reno. Bukannya mereka tidak ada niat untuk pindah dan tinggal terpisah. Akan tetapi, sejak awal Bu Kamila sudah menekankan kalau dia tak ingin tinggal berjauhan dengan anak semata wayangnya. "Kalian tinggal di sini saja, Ibu menempati lantai pertama dan kalian di lantai dua." Begitulah ucapnya ketika mereka sempat mengutarakan niat untuk pindah. Reno pun akhirnya tak mau ambil pusing, dan keduanya pun membuang jauh-jauh pikiran untuk tinggal terpisah. Rumah Bu Hasna dan Bu Kamila hanya berjarak 5 km. Masih satu kecamatan, hanya berbeda desa saja. Sehingga tak butuh waktu lama bagi Alma hingga akhirnya sampai di rumah. *Alma memarkirkan motor, lalu membawa langkah masuk sambil menenteng kantong plastik pemberian Bu Hasna. "Assalamualaikum," sapa Alma saat baru saja masuk ke rumah.Sang mama mertua tampak sedang asyik selonjor kaki sambil menonton acara TV favoritnya. Namun, entah mengapa saat dia melirik sekilas ke arah Alma tampak sekali kalau beliau sedang kesal pada menantunya. Entah apa alasannya. Bahkan salamnya pun tidak dijawab."Lily mana, Ma?" tanya Almaberbasa-basi menanyakan putrinya yang berusia 7 tahun itu. "Ada di atas," jawabnya dengan nada ketus yang cukup mengejutkan Alma.'Apa aku ada buat salah sama Mama? Kenapa reaksinya begitu?' batin Alma bertanya-tanya."Ma, ini aku bawakan …." "Bagus ya! Kamu hambur-hamburkan terus uang suamimu itu, hah!" bentak Bu Kamila memotong kalimat Alma begitu saja.Alma tersentak melihat kemarahan sang mertua yang mendadak seperti ini. Entah salahnya di mana. "Maksud Mama apa?" Alma lantas memberanikan diri untuk bertanya setelah menenangkan degupan jantungnya. "Masih nggak ngerti juga, hah! Kenapa sih kamu itu bisanya ngabisin uang anak saya saja. Bisa-bisanya kamu memakai uang anak saya untuk mengumrohkan ibumu!" pekik Bu Kamila berang. Matanya mendelik tajam ke arah sang menantu. Dia bahkan berdiri dari posisi duduknya dan menunjuk tepat di wajah Alma. Deg!Bentakan Bu Kamila lagi dan lagi membuat Alma tercengang. Namun, yang lebih mengherankan adalah kalimat terakhirnya. Bagaimana bisa Bu Kamila berpikir kalau besannya umroh dengan uang dari Reno, yang merupakan putranya."Saya aja nggak pernah umroh, Alma!" tekan Bu Kamila lagi masih dengan pelototan tajamnya."Maaf, Ma. Kayaknya mama salah paham deh," ucap Alma berusaha meluruskan pola pikir mama mertuanya yang keliru itu. "Halah, salah paham gimana menurutmu, Alma! Saya ini kaya lho, tapi saya nggak pernah tuh umrah umroh segala! Kok bisa ibumu yang miskin itu bisa umroh. Gimana lagi kalau bukan mengeruk harta menantunya, benar kan!" tuduh Bu Kamila semakin menjadi-jadi. Amarahnya terlihat menggebu. Kantong plastik yang Alma bawa sontak jatuh berserakan begitu saja usai mendengar kata-kata tajam yang baru saja terucap dari bibir mama mertuanya. "Kita duduk dulu dan bicara, Ma," ucap Alma berusaha menenangkan diri agar tidak ikut tersulut emosi. Rasanya sungguh sakit ketika sang ibu difitnah sedemikian rupa."Halah, bicara apa lagi? Mau jelasin apa, semuanya nggak perlu!" ketusnya lagi sambil mengerucutkan bibirnya. Namun, akhirnya wanita itu tetap duduk. Alma pun melakukan hal yang sama agar kesalahpahaman ini segera selesai dan tidak merembet kemana-mana. "Ma, tolong jangan menghina dan mempermalukan ibuku seperti itu," ucap Alma memulai obrolan berharap beliau mau menerima penjelasannya. "Lalu apa? Kenyataannya memang begitu kan. Ngaku saja kalau ibumu itu sudah manfaatkan anakku biar bisa pergi umroh. Apa saya salah ngomong, Alma!" Bu Kamila bersikeras dengan pendapatnya dan tetap merasa paling benar. Alma meraaa tidak tahan lagi dengan semua tuduhan mama mertuanya hingga aku pun membuka suara. "Ibu saya berangkat umroh dengan gaji saya sendiri, Ma. Saya nggak menyentuh sepersen pun dari gaji anak Mama, paham?" ucap Alma membela Bu Hasna di hadapan mertuanya. "Saya ini kaya, Alma. Tapi saya nggak pernah umroh!" Bu Kamila tetap tidak mau disalahkan. "Mas Reno kan selalu ngasih uang bulanan ke Mama. Mama tentu bisa menabungnya untuk umroh," ucap Alma yang sudah hilang respect pada wanita di hadapannya."Ck, per bulan cuma lima juta, mau nabung sampai kapan coba!" ucapnya sambil melengoskan wajah."Tapi mama nggak punya tanggungan!" sergah Alma berani.Bu Kamila menoleh dan makin jelas kilat amarah di wajahnya. "Orang miskin memang sukanya menyahut omongan orang yang lebih tua!" sentak wanita itu meninggikan suaranya. "Yang penting, aku bisa menaikkan derajat ibuku," tukas Alma lagi yang enggan mengalah dan pasrah saja kali ini. Kesabarannya sudah habis menghadapi Bu Kamila yang selalu membenci ibunya selama ini. Ini adalah titik lelah Alma memaklumi sikap sang mertua pada Bu Hasna yang menurutnya tidak selevel dengannya."Ada apa ini? Kenapa ribut-ribut sih?" Reno yang baru saja pulang kerja menghampiri Alma yang tengah bersitegang dengan mamanya di ruang tamu. Bu Kamila langsung sigap menyambut langkah Reno dengan wajah memelas, beliau berucap, "Istrimu, Ren … dia berani membentak Mama." "Alma, apa benar yang mama katakan?" tanyaReno dengan tatapan menghakimi dan intonasi meninggi seolah istrinya lah penjahatnya di sini.***#48"Saya serius sama kamu, Alma," sambungnya.Rafael mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kemudian menyodorkannya pada Alma. "Saya selalu membawa cincin ini ke mana pun saya pergi. Saya harap, suatu hari nanti saya bisa menemukan waktu yang tepat untuk memberikan cincin ini ke kamu. Saya rasa, hari ini adalah hari yang tepat untuk memberikan cincin ini ke kamu, Alma."Alma tak dapat berkata-kata lagi. Lidahnya terasa sangat kelu. Dengan menyerahkan cincin tersebut, secara tidak langsung Rafael sudah menunjukkan keseriusannya pada Alma dan berniat untuk meminang Alma."Apa kamu mau jadi istri saya?" tanya Rafael bersungguh-sungguh.Alma masih tak percaya ia akan menerima lamaran secepat ini. Wanita itu menoleh ke arah Lily sebelum menjawab pertanyaan dari Rafael. "Saya tanya sekali lagi Alma, apa kamu mau menikah dengan saya?" tanya Rafael lagi. "Kamu nggak perlu jawab sekarang. Ta
#47Tok, tok!Reno mengetuk pintu perlahan. Saat ini pria itu sudah berdiri di depan rumah Bu Kamila.Butuh waktu lama bagi Reno untuk membuat keputusan ini. Setelah mempertimbangkan baik-baik, akhirnya pria itu pun pulang untuk menemui sang ibu. Reno ingin tahu bagaimana keadaan ibunya saat ini. Ia hanya mendengarkan setiap nasihat Alma padanya. Jika saja Alma tak pernah menasihatinya maupun memberi kabar tentang sang ibu, mungkin Reno tidak akan pernah berdiri di sini, saat ini."Mama masih tinggal di sini kan?" gumam Reno seraya celingukan ke kiri dan ke kanan. Pria itu tampak menelisik kondisi rumah yang terlihat sangat sepi, namun beberapa bagian dinding terlihat sangat kotor.Reno berdiri cukup lama di teras rumah. Tak ada satu orang pun yang muncul untuk membukakan pintu."Mama nggak ada di rumah, ya?" Reno membuka gagang pintu rumah tersebut, kemudian membukanya. Ternyata pintu
#46"Alma, mau pulang bareng saya? Kebetulan saya ada urusan di dekat rumahmu. Saya bisa antar kamu pulang sekalian," ajak Rafael pada Alma saat jam pulang kerja tiba.Ini bukan pertama kalinya Rafael menawarkan diri untuk mengantarkan Alma pulang. Tidak hanya mengantar pulang, Rafael juga makin sering mengajak Alma makan siang bersama.Setelah Rafael tahu kalau Alma sudah resmi bercerai dari Reno, Rafael pun makin gencar mendekati Alma. Rafael tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sebelum Alma jatuh ke pelukan pria lain, Rafael harus segera bertindak untuk mendapatkan hati Alma. Apalagi sang Mama juga sudah mendukung penuh mengenai kemauan Rafael untuk membuat Alma menjadi istrinya, sehingga Rafael tidak ragu lagi dalam menunjukkan perasaannya pada Alma."Terima kasih atas tawarannya, Pak. Tapi saya belum mau pulang. Saya juga masih ada urusan di luar," tolak Alma secara halus. Wanita itu masih enggan terhadap Rafael, seolah memb
#45Alma pulang ke rumah dengan perasaan kalut. Wanita itu tidak tega melihat Bu Kamila yang tertawa dan menangis sendirian di tengah jalan tanpa mengenakan alas kaki."Kenapa nasib Mamanya Mas Reno jadi begini?" gumam Alma.Meskipun Alma hanya mempunyai kenangan buruk dengan Bu Kamila, tapi Alma sama sekali tidak menyimpan dendam. Alma ikut sedih melihat kondisi Bu Kamila yang cukup memprihatinkan."Nduk, Ibu mau masak makan malam. Kamu pengen dimasakin apa?" tawar Bu Hasna pada Alma.Alma hanya diam. Wanita itu sibuk melamun, memikirkan Bu Kamila."Nduk, kamu dengar ibu nggak sih?" Bu Hasna menepuk pelan bahu Alma.Alma terkesiap. Wanita itu tersadar dari lamunannya. "E–eh, kenapa, Bu? Ibu butuh apa?" tanya Alma gelagapan.Bu Hasna mengulas senyum tipis. "Kamu lagi ngelamunin apa?" tegur sang ibu."Aku nggak melamun kok, Bu.""Kamu nggak perlu bohong, Alma. Bilang sama Ibu, kamu lagi mikirin apa?" desak Bu Hasna.Alma menarik napas dalam-dalam. Sepertinya, wanita itu harus memberita
#44"Emas-emasku pada ke mana?"Bu Kamila menatap wadah perhiasan miliknya yang sudah kosong. Wanita paruh baya itu terlihat linglung. Sepertinya Bu Kamila tidak sadar kalau ia sudah menjual semua emas-emasnya hingga ludes."Hilang ke mana emasku? Kenapa wadahnya kosong?" gerutu Bu Kamila mengomel sendiri di dalam kamarnya."Pasti jatuh di bawah lemari! Atau aku lupa naruh? Nggak mungkin ada pencuri masuk ke sini, kan?"Bu Kamila mengobrak-abrik seisi kamarnya. Wanita itu mulai uring-uringan, mencari perhiasannya yang sudah raib.Kamar Bu Kamila yang sudah berantakan pun makin terlihat acak-acakan. Tidak hanya kamar saja, beberapa ruangan lain yang ada di rumah tersebut juga tidak terawat.Sepertinya Bu Kamila mengalami stress berat setelah ditinggal oleh putranya. Demi menyambung hidup, Bu Kamila terpaksa menjual harta benda miliknya, termasuk emas-emas yang ia punya. Sekaran
#43Alma melirik ke arah jam dinding. Wanita itu sudah berpakaian rapi dan siap untuk pergi ke suatu tempat.Hari-hari berlalu begitu cepat tanpa ia sadari. Setelah melewati drama yang panjang, akhirnya tiba saatnya Alma untuk berjumpa dengan sang suami di meja hijau.Hari ini adalah hari sidang pertama perceraian Alma dan Reno. Sebentar lagi, Alma benar-benar akan lepas dari cengkraman Reno."Udah jam segini. Aku harus berangkat sekarang," gumam Alma.Alma melangkah menuju ke ruang sidang dengan senyum cerah. Wanita itu sudah siap menyambut lembaran hidup barunya dengan status baru."Semoga sidang hari ini lancar!"Alma berpapasan dengan Reno di depan pintu masuk ruang sidang. Alma langsung membuang muka begitu ia melihat sang mantan suami. Keduanya masuk secara bersamaan ke ruang sidang. Alma dan Reno membeberkan satu persatu alasan mereka ingin berpisah. Beruntung sidang dapat berjalan dengan lancar tanpa di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments